Lie Detector Pada Anak-Anak
Selasa, 22 Maret 2016
Tulis Komentar
Waktu
itu saya sedang menikmati we time bersama anak-anak. Saat santai
adalah waktu yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati. Orang tua bebas
berbicara tentang hal-hal yang sepele sekalipun. Juga rahasia mereka.
Ehm...bukan
hanya orang dewasa yang punya rahasia, anak-anak juga. Apa sih yang
dirahasiakan mereka? Bisa kejadian yang
memalukan, kebohongan, dan lain sebagainya.
We
time
adalah waktu yang tepat untuk menikmati kebersamaan. Yang penting saat itu
anak-anak merasa nyaman artinya mereka tidak sedang dalam keadaan takut (takut
dimarahi, diancam dan dihukum kita).
Oke
lanjut! Saya membuat suasana nyaman. Duduk berdua dikamar. Atau sambil
memijit bagian tubuhnya yang sakit. Kadang sebenarnya tidak ada yang sakit,
tapi anak-anak tetap senang kalau orang tua memijit-mijit. Pelan-pelan saja
kayak sedang massage gitu. Lebih enak lagi kalau pijitnya pakai minyak
aromaterapi. Sambil mengelus rambutnya
atau punggungnya kita bisa bertanya macam-macam lho.
Diawali
dengan cerita-cerita lucu yang membuat mereka tertawa, saya mulai mengarahkan
pembicaraan tentang kebohongan. Coba kalau kita langsung bertanya, “Kamu bohong
ya! Ayo ngaku!”
Kira-kira
bagaimana tanggapan mereka?
Anak-anak
sama seperti orang dewasa. Mana ada yang tiba-tiba membuat pengakuan dosa. Itu
aib! Jangan dibongkar!
Dengan
mengajak anak mengakui kebohongannya saya berharap mereka akan belajar jujur.
Karena jujur itu mahal. Karena jujur itu langka. Karena jujur itu sangat berat.
Tapi saya percaya kejujuran akan mengantarkan mereka pada kebaikan-kebaikan
yang lain.
Pertanyaan
saya pada si bungsu, “Apakah adik pernah berbohong pada ibu?”
Anaknya
senyum-senyum (ketahuan deh kalau bohong), “Iya.” Lalu mengalirlah cerita
tentang beberapa kebohongannya. Katanya, aku tidak gosok gigi tapi kubilang
sudah. Aku tidak main pasir tapi sebenarnya main pasir. (Jelas gak boleh main
pasir di belakang. Itu tempat buang air bekas cucian, kenapa dipakai
main-main!)
Pertanyaan
serupa buat kakaknya. Sama seperti adiknya, dia senyum-senyum memandang wajah
saya. Wajahnya tampak lucu.
Dia
bilang hari itu tiga kali berbohong. Pertama, dia bilang tidak bersepeda jauh,
eh ternyata jauh. Kedua, dia bilang tidak jajan yang memakai MSG, eh malah
beli. Katanya sih gurih. Dan kalau bilang sama saya pasti tidak boleh. Memang
yang dilarang-larang itulah yang enak buat anak-anak. Terakhir, ini yang sering
terjadi. Belum gosok gigi tapi bilangnya sudah. Gimana ini?
Anak-anak
berbicara dengan santai dan tanpa beban apapun. Saya senang mendengarnya
sekaligus sedih. Saya senang karena mereka berani berkata jujur. Sedih karena
mereka berani berbohong.
Saya
katakan saya tidak suka. Saya serius tapi tidak mengancam. Ancaman dan
hukuman itu hanya akan membuat mereka semakin takut pada kita. Tapi tidak
takut melakukan kebohongan.
Mereka
berjanji tidak akan mengulangi lagi. Pada bagian ini saya senang. Mereka tahu
itu perbuatan tak baik. Mereka masih labil dan masih suka semaunya sendiri.
Semoga ya!
Saya
percaya orang tua memiliki kemampuan untuk mendeteksi kebohongan anak.
Berdasarkan pengalaman saya, anak-anak yang sedang berbohong biasanya
menunjukkan gelagat yang tidak wajar. Misalnya, menjauh dari keluarga, salah
tingkah, kata-katanya tidak bisa dipegang. Sedangkan untuk kebohongan yang
parah dan terus menerus sebaiknya berkonsultasi pada ahlinya. Karena saya
yakin setiap orang tua pasti menginginkan kebaikan pada diri anak-anaknya.
Belum ada Komentar untuk "Lie Detector Pada Anak-Anak"
Posting Komentar
Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!