Baju Ibu Kayak...
Senin, 13 Juni 2016
Tulis Komentar
Ceritanya
saya dan anak-anak ikut suami yang bekerja di luar kota. Sesuai rencana kami
akan menginap selama 5-6 hari. Saya kira waktu selama itu sudah cukup.
Tidak
ada rencana jalan-jalan. Karena pagi hingga sore suami harus masuk kerja. Dan bulan
ini adalah bulan Ramadhan. Hanya ikut saja, agar lebih banyak waktu bersama keluarga.
Saya
meminta anak-anak menyiapkan bajunya. Tidak perlu banyak. Yang penting cukup.
Karena barang bawaan kami lumayan banyak, maka jumlah baju dibatasi. Untuk pemakaian
juga demikian. Saya meminta mereka untuk berhemat baju.
Di
dalam ruangan saya memilih memakai daster. Baju ini cocok karena bahannya yang
mudah menyerap keringat. Disini saya hanya membawa dua daster pendek. Udara cukup
panas. Tinggal baju-baju panjang. Rasanya gerah sekali, kalau berada di ruangan
sempit tetap memakai baju itu.
Maka
saya punya ide untuk memakai kaos oblong milik suami. Ya, cuma untuk tidur
saja, kenapa harus repot. Begitu si kecil melihat saya, dia cemberut. Raut
mukanya terlihat tak senang. “Ibu kayak mas-mas,” katanya. Lalu melarang saya memakai kaos itu.
Katanya lagi nih, “Ibu kayak bapak-bapak.”
Semua
tertawa mendengarnya.
Sudah
lama saya tidak pernah lagi memakai kaos seperti ini. Saya pikir ini tidak masalah.
Lha, saya kehabisan daster.
Anak-anak
tidak pernah melihat saya memakai kaos oblong. Mungkin terlihat aneh saja. Kakaknya
yang masih SD ikut-ikutan membully saya, “Ibu menyerupai laki-laki.”
“Apa?!”
Dari
kejadian ini anak-anak paham mana baju untuk laki-laki dan wanita. Jelas
berbeda. Tapi mereka belum mengerti kondisi saya. Huf! Ini cuma memakai kaos
oblong. Bukan baju laki-laki. Apalagi bertingkah selayaknya laki-laki.
Jujur
saja, dulu bahkan saya tidak memiliki koleksi rok, gamis. Tapi sudahlah. Saya sudah
insyaf.
Anak-anak
sangat perhatian kepada saya. Hal-hal yang saya pikir sepele tapi bagi
anak-anak tidak. Dari sini akhirnya saya membuka diskusi yang hangat bersama
mereka. Membuat pembeda mana yang baju laki-laki dan mana yang wanita. Jelas! Laki-laki
dan wanita berbeda. Semua berjalan sesuai kodratnya. Semua ada manfaatnya.
Masalahnya
adalah mana yang memiliki arti “menyerupai”. Ketika saya memakai kaos itu
karena kepepet, tidak berarti saya menginginkannya. Menurut saya sih, untuk
kaos masih wajar. Bisa untuk laki-laki dan wanita. Tapi bagi anak-anak, kaos
ayah ya milik ayahnya atau bisa dipinjam kakak. Semuanya laki-laki. Tapi tidak
untuk ibu.
Seperti
halnya tayangan televisi yang biasa menampilkan laki-laki tapi memakai baju
wanita. Lalu para waria yang mengamen di jalan-jalan. Dengan contoh yang nyata seperti
ini saya berharap mereka bisa mengerti dan bisa mengambil hikmahnya. Tidak mudah.
Tetapi tidak ada yang tidak mungkin kalau kita selalu mendampingi dan
membentengi anak-anak dengan nilai-nilai Islam.
Sungguh
indah semua aturan dalam Islam.
Wallahu
a’lam.
Belum ada Komentar untuk "Baju Ibu Kayak..."
Posting Komentar
Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!