Before and After Hijrah




Suatu hari saya menemukan sebuah foto jadul di rumah bapak. Kira-kira foto itu diambil ketika saya masih duduk di bangku SD. Saya memakai dress hijau lengan pendek selutut. Saya duduk di kursi dan menghadap ke kamera.  Wajah saya masih lugu dengan rambut dibiarkan tergerai.


Lama saya memandangi foto itu. Menyaksikan potongan masa lalu pada diri ini. Tiba-tiba anak-anak datang.

“Ini fotonya siapa?” tanya mereka penasaran.

Saya jelaskan kalau itu foto saya. Eh, mereka tertawa. Tidak ada yang percaya kalau ibunya seperti itu.

“Malu! Ih, ibu nggak pakai jilbab. Kakinya kelihatan.”

“What!”

Jadi anak-anak menilai saya seperti itu. Ya, jaman dahulu anak-anak muslimah biasa tidak memakai jilbab. Tidak merasa malu. Biasa saja. Kalaupun berangkat mengaji hanya mengenakan kerudung yang sekedar menutup rambut. Seringnya kerudung itu melorot hingga jatuh ke bahu. Maklumlah kerudungnya tipis dan licin. Tidak menggunakan peniti atau bros. Bentuk dan model kerudungnya masih sederhana, ada yang panjang dan segi empat. Tapi kalau yang langsung pakai tidak ada.

Baju juga seenaknya. Boro-boro memakai baju panjang. Seingat saya, dulu anak-anak mengaji di langgar (musholla) memakai baju lengan pendek juga boleh. Sedangkan anak laki-laki biasanya memakai kaos oblong dan sarung.

Beruntunglah anak-anak jaman sekarang, mereka lebih mengerti agama. Bisa membedakan mana yang wajib dan tidak.  Belajar mengajipun lebih terarah.

Tapi sering juga loh, foto-foto jadul sebelum berhijrah itu mondar-mondir di medsos. Ada yang mulai jaman masih bayi hingga dewasa. Entah dengan maksud apa?

Ada foto saya yang anak-anak bahkan tidak mengenalinya. Tidak percaya saja kalau foto itu saya. Yang mereka lihat sejak kecil adalah saya yang sudah berhijrah. InsyaAllah. Berbeda banget dengan jaman jahiliyah, yang suka tidak jelas trend modenya.  

Kalau sudah niat berhijrah, hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu sebaiknya disimpan saja. Mantap menata masa depan. Tetap fokus untuk memperbaiki diri. Berhijirah dengan sebenar-benarnya.

Saya mengalami dilema ketika kawan-kawan mengirim foto lama, tanpa jilbab. 
Saya mengerti kalau sejatinya mereka hanya ingin bernostalgia dengan foto-foto itu. Bercanda dan berkisah layaknya kejadian di masa lampau, tanpa maksud apapun.

Saya tidak bisa mengubah masa lalu. Semuanya sudah terjadi. Meski saya menyesalinya seperti apapun, tetap sudah menjadi kenangan. Foto itu menunjukkan kita bahwa sebenarnya manusia itu selalu berproses.

Behijab adalah kewajiban muslimah yang sudah baligh. Jadi kalau ada foto-foto semacam itu sih menurut saya sebaiknya disimpan saja. Tidak perlu diunggah untuk ditunjukkan kepada umum. Itu kan sudah masa lalu, tidak perlu diungkit lagi. Bahkan untuk lucu-lucuan sekalipun.

Bersyukurlah, kita, para muslimah yang mendapatkan hidayah untuk berhijab. Mengenakan hijab dalam kehidupan sehari-hari dengan ikhlas.  Rasanya mudah dan enteng saja. Merasa nyaman apapun cuacanya. Mau panas, dingin, mau gerah mau tidak. Lha iyalah, bukankah kita sudah hijrah, sudah niat tulus melaksanakan perintahNya.

So, di momen Ramadhan tahun ini semoga kita, muslimah dimudahkan dalam menyongsong masa depan yang lebih gemilang.  InsyaAllah.

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Before and After Hijrah"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel