Hati - Hati Berprasangka




Setelah selesai mengambil rapor si kecil saya langsung pulang saja. Masih ada jadwal beberapa kegiatan yang menunggu. Rasanya pagi itu berlalu cepat sekali. Sebentar-sebentar melirik jam di handphone, sambil membuat rencana kilat. Berharap semua rencana bisa saya kerjakan dengan baik dan janji terpenuhi.

Tiba di depan gang rumah, ada sebuah mobil avanza yang menghalangi saya untuk masuk. Posisinya berada di belakang pagar masuk. Tidak ada celah sedikitpun bagi motor saya.

Di dekat gang tersebut sudah biasa dipakai parkir mobil-mobil dinas maupun wali murid sebuah sekolah. Kadang-kadang kami penghuni gang itu merasa terganggu. Otomatis keramaian itu mengakibatkan kendaraan kami tidak bisa keluar dan masuk dengan leluasa. Akhirnya lewat jalan belakang.

Nah, si avanza ini saya lihat tidak bergerak sama sekali. Kalau mau parkir kenapa tidak minggir ke kiri saja. Saya tunggu di samping mulut pagar. Tetap tidak ada reaksi.

“Orangnya main hp,” kata anak saya. Dari mana dia tahu?

Dari kaca mobilnya tidak terlihat gerakan apapun (Kacanya gelap!). Atau mungkin orangnya sedang pergi entah kemana. Tapi kenapa mobil ditinggal. Kalau ada orangnya kenapa tidak turun atau bagaimana?

Saya hanya bisa diam sambil menduga saja. Lama-kelamaan, hilang kesabaran saya. Maka saya bunyikan klakson sebagai peringatan bahwa ini jalan umum. Saya berhak masuk! Rumah saya di depan itu! Dekat banget!

Klakson pertama tidak ada reaksi apapun. Disusul dengan klakson kedua hingga ketiga. Saya pikir kalau sampai tiga kali tetap tidak ada reaksi saya akan memutar arah lewat pintu belakang saja. Daripada bengong begini, sementara pikiran saya melayang-layang ke negeri antah berantah. Jengkel to the maks deh!

Saya ingat candaan bersama ustadzah, “Bu, bikin makanan yang enak buat nanti.”

“Aduh, us, waktunya mepet!”

Siang nanti ada acara perpisahan di rumah seorang teman. Intinya wali murid juga ingin berkumpul dan tentu saja sambil makan-makan. Saya senang saja, selama saya bisa datang dan membawa hasil olahan dari dapur sendiri. Tapi, kabar ini baru saya ketahui kemarin. Dan kegiatan saya menjelang Ramadhan itu seperti kereta api.

Agar jadwal saya berjalan lancar, ada si mbak yang sangat membantu (thanks ya mbak). Sebelum berangkat si mbak sudah saya minta membantu bikin camilan.

Saya masih menunggu setelah menekan klakson untuk ketiga kalinya. Tak lama, si avanza bergerak perlahan ke depan. Lalu berhenti. Saya lega. Penantian berakhir. Sayapun bisa masuk lewat gang itu.

Begitu tiba disamping mobil, kaca si sopir terbuka. “Saya sudah dengar klaksonnya! Mobil saya mogok. Saya sudah berusaha. Tapi masih mogok!” Dia berkata dengan nada tinggi.

“Iya, pak. Tapi rumah saya disini, Pak,” kata saya pelan. Perasaan saya jadi nggak nyaman

Oh, jadi itu masalahnya. Mogok! Bukan karena dia mau parkir atau putar balik. 
Tapi kenapa orangnya tidak keluar dan ngomong baik-baik.

Well, sudahlah. Yang menjadi catatan saya adalah terburu-buru bikin galau dan tidak bisa berpikir positif hingga berprasangka buruk. 

***

Illustrated by Ihsan
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Hati - Hati Berprasangka"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel