Yang Terkenang dari Pentas Seni Anak-Anak




Saya gembira mendengar anak saya akan pentas di perpisahan kakak kelas VI. Tahun ini penampilan anak-anak bisa dikatakan sangat banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Saya sangat mendukung. Setidaknya anak-anak kelas II sampai V berpeluang untuk meramaikan acara perpisahan.


Saya percaya ada banyak nilai positif yang bisa ditanamkan kepada anak-anak. Bahkan kepada mereka yang jarang mendapatkan kesempatan untuk tampil. Atau memang anaknya pemalu dan tidak suka dengan keramaian.

Dengan adanya pentas seni ini anak-anak akan berlatih sebaik mungkin. Menjaga kekompakan, kerjasama dengan teman-temannya. Tentu saja menguatkan rasa percaya diri mereka.
 
Dibutuhkan kerjasama agar pemain yang diatas tidak jatuh.
“Jadi apa, dek?” tanya saya.

“Jadi reog,” katanya. Ceritanya dia mau pentas seperti apa, mau menari seperti apa masih absurd alias tak ada bocorannya. Kalau ditanya dia cuma menjawab main teater.

Saya bertanya apakah saya dikasih undangan untuk melihatnya. Dia menyodorkan tiga lebar kertas pemberitahuan dari sekolah. Yang berhubungan dengan pentas itu saya baca sampai berkali-kali. Isinya tetap sama. Mengharapkan kesediaan wali murid untuk pengadaan kostum. Bukan undangan, sodara-sodara.

Acara perpisahan itu diadakan di sebuah gedung. Jadi sudah menjadi hal yang wajar kalau sekolah menyewa gedung. Harus cepat agar mendapatkan gedung yang diinginkan.

Well, demi anak, tanpa undangan saya datang ke gedung KSPKP. Datang pukul 07.30, ketika acara bahkan belum dimulai. Saya tidak tahu susunan acaranya. Yang saya tahu anak saya bilang dia akan tampil dua kali. Wow!

Saya sudah datang bersama teman-teman anak saya. Teman saya yang mengurusi kostum mereka saja belum datang. Saya duduk di area parkiran. Dari sini saya bisa mendengar dengan jelas acara pembukaan, tilawah, sambutan, dan tampilan rebana.

Ketika bertemu dengan ustadzah-ustazah saya disuruh masuk saja. “Us, saya tidak termasuk undangan.”

“Nggak apa-apa. Masuk saja, bu.”

Kalau masuk lewat pintu utama harus menuliskan nama. Wah, nggak banget rasanya. Tapi sudahlah lupakan masalah perasaan. Semuanya demi anak. Demi menonton aksi panggungnya.

Saya banyak melewatkan waktu ketika anak pertama saya sering tampil di atas panggung. Saya mendapat undangan! Waktu saya merasa begitu repot ketika harus datang bersama baby. Menggendong bayi dengan segala keruwetannya.

“Semuanya akan baik-baik saja,” pikir saya. Maka saya sering menitipkan anak saya kepada teman-teman atau pak becak langganan. Entah seperti apa penampilannya. Tapi saya yakin dia sudah melakukan yang terbaik.

Saya ingat, seorang pernah menasihati saya. “Datang dan lihatlah penampilan anak-anak. Meraka pasti senang. Mereka adalah anak-anak yang membutuhkan dukungan dan semangat kita, para orang tuanya.”

Saya setuju. Namun, masalah baby tetap saja mengganggu saya. Maka, ketika ada pemberitahuan tetang pentas itu saya berjanji akan datang. Meski tidak diundang.

Setelah semuanya kostum anak-anak beres, saya dan teman-teman masuk lewat pintu samping. Alhamdulillah masih dikasih snack box dan air mineral. Kami duduk, menunggu dengan tak sabar penampilan anak-anak.

Ternyata anak-anak tampil diurutan terakhir. Setelah serentetan prosesi wisuda anak-anak kelas VI, barulah tampilan aksi panggung adik-adik kelas. Kira-kira dia dan teman-temannya tampil pukul 12.00.

Setelah pembawa acara mengumumkan tampilan anak-anak, saya siap dengan kamera. Saya ingin mengabadikan penampilannya. Ingin rasanya merekam penampilan anak. Tapi saya urungkan, karena saya merasa akan mengganggu para undangan yang duduk di belakang saya. meski begitu tetap saja ada wali murid yang berdiri untuk memotret dan merekam.

Saat penampilan anak, saat itulah saya merasa galau. Saya sibuk mencari angle yang pas untuk motret. Bagi seorang pemula, eaaa...butuh waktu lama. Dan penampilan anak tidak mungkin berulang. Maka secepatnya saya berpikir, mencoba di sebelah kanan, kiri, tengah (Hilangkan rasa malu sebelum maju ke tengah tepat di karpet merah.)

Apapun penampilan anak-anak di panggung, sebagai orang tua saya sangat senang dan mendukung. Meski saya tidak secara detail melihatnya, saya tahu anak-anak bisa mengatasi semua masalah di panggung. Termasuk gerakan yang tidak sama, hingga bendera yang katanya nyangkut atau kena pemain lainnya. Itulah pengalaman berharga buat anak-anak dan kenangan indah buat orang tua.



Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

2 Komentar untuk "Yang Terkenang dari Pentas Seni Anak-Anak"

  1. Anak pasti bngga dan senang jika penampilan mreka ditonton oleh org trkasih mereka. Apalagi ortu mereka. Hhee
    Anglenya jelas mba hhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fotonya banyak yg blur juga. Yg penting main jeprat-jepret.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel