Tinggal di Rumah Dinas atau Kontrakan?
Kamis, 04 Agustus 2016
9 Komentar
Bagi
yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta, keberadaan rumah dinas bisa
jadi sangat dirindukan. Harga rumah yang melangit, semakin tahun semakin tinggi
saja. Sementara dana untuk membeli rumah belum ada. Apalah daya, harapan
ditebar untuk segera menempati rumah dinas saja.
Sebagai
seorang istri PNS, saya telah dua kali menikmati tinggal di rumah dinas.
Pertama ketika tinggal di Surabaya. Yang kedua ketika suami dinas di
Bojonegoro. Tentu ada perbedaan antara rumah dinas dari instansi pemerintah dan
swasta. Namun di sini saya hanya akan membahas rumah dinas dari pemerintah
saja.
Untuk
mendapatkan rumah dinas di kota besar ternyata tidak mudah. Setidaknya kita
harus memiliki kesempatan dan kenalan. Bagaimana mungkin mau menempati rumah
dinas jika tidak ada yang kosong. Atau tidak ada pengumuman bahwa ada orang
yang hendak meninggalkan rumah dinas.
Jujur
selama ini tidak ada perbedaan rumah dinas di kota besar dan di kota kecil
(kabupaten). Soal fasilitas, ya seperti kita ketahui bersama, tidak ada. Semua tagihan
harus dibayar oleh orang yang menempati rumah dinas tersebut.
Hanya
saja, rumah dinas di kota besar selalu penuh. Tidak pernah kosong terlalu lama.
Semua pegawai pastilah butuh tempat tinggal. Dan setahu saya letaknya selalu
strategis.
Lain
lagi dengan rumah dinas di kabupaten. Meski ada yang berlokasi di tengah kota,
namun ada juga yang berada di pinggiran. Akibatnya banyak yang kosong dan tak
terawat. Semak belukar menyapa halaman depan. Maaf tidak ada foto karena saya
tidak tega memotretnya.
Rumah
dinas ini bisa ditempati semua pegawai hingga kepala kantor. Karena letaknya
yang strategis itulah ada saja pegawai yang enggan pindah. Ada pula yang merasa
enjoy disini walaupun sudah memiliki rumah pribadi.
Keuntungan
menempati rumah dinas:
1.
Dapat
rumah gratis. Meski ada biaya sewa yang mesti dibayarkan kepada negara, tapi
jumlahnya kecil.
2.
Letaknya
strategis. Dekat dengan jalan raya. Kemana-mana mudah.
3.
Tidak
perlu pusing memikirkan cicilan rumah pribadi. Kecuali kalau sambil tinggal
disini sambil mencicil rumah.
4.
Mengenal
teman-teman kantor (suami) dan keluarganya.
5.
Ikut
berpartisipasi dalam kegiatan kantor (dharma wanita). Karena lokasinya dekat,
maka setiap ada acara kantor mudah saja mengikutinya.
Kalau
ada keuntungan pasti (biasanya) ada kerugiannya. Tapi saya rasa menggunakan kata “kerugian”
itu kok ya tidak cocok. Karena tidak ada yang merasa rugi. Meski ada yang
mengeluhkan ini itu tentang rumah dinas, hanyalah sebatas keluhan saja. Nyatanya
masih banyak yang menginginkan tinggal disini. Masih betah dan bahagia berada
disini. Hanya saja karena sangat betah bertahan di rumah dinas ada pegawai yang
belum memiliki rumah pribadi. Nah, bagaimana?
Rumah
dinas itu tidak seperti rumah idaman. Tidak bisa seenaknya direnovasi. Kalaupun
mau merenovasi hendaknya harus memiliki rasa ikhlas karena biaya untuk renovasi
tidak sedikit dan belum tentu akan kembali kepadanya setelah meninggalkan rumah
itu.
Bagi
saya sih yang penting rumah tidak bocor. Kebutuhan akan kamar terpenuhi. Kurang-kurang
sedikit ya harap maklum. Kalaupun menunggu kantor yang merenovasi aduh...kapan?
Bisa jadi keburu kita kena mutasi.
Seperti
kebanyakan rumah dinas, penampilannya selalu berkesan ala kadarnya. Antara dirawat
dan tidak. Entahlah! Dari pagar yang tampak kusam hingga dinding yang
mengelupas. Tapi...tidak semua seperti itu. Ada juga yang merawat rumah dengan
baik. Sebagai bentuk rasa terima kasih, apa salahnya sih kalau sesekali
mengecat dinding.
Kebetulan
sekali ketika tinggal di Bojonegoro, rumah dinas ini baru saja direnovasi oleh
kantor. Jadi catnya masih kinyis-kinyis. Saya merasa beruntung sekali. Namun,
keberuntungan itu harus diuji di musin hujan.
Ternyata
rumah dinas tak mampu membuat penghuninya merasa tenang dan damai. Seperti biasa,
masalah atap yang bocor. Disaat seperti inilah kita harus
menyingkirkan ego. Bahwa ini rumah dinas berarti harus kantor yang memperbaiki.
Tidak selamanya seperti itu!
Jadi
meski tampak dari depan rumahnya sudah cakep, tapi kami masih perlu memperbaiki
sedikit kekurangan. Dan tentu saja menambahkan apa yang menjadi kebutuhan kami
di sini.
Sebagai
pegawai yang sudah berkeluarga dan belum memiliki rumah, keberadaan rumah dinas
ini sangat membantu sekali. Setidaknya kami memiliki waktu untuk bernafas. Ealah!
Memiliki waktu untuk menabung demi memiliki rumah idaman.
Bagaimana
kalau mengontrak rumah?
Diawal
menikah saya sudah merasakan tinggal di beberapa rumah petak. Kami benar-benar kontraktor
yang tiap tahun pindah rumah. Bagi pasangan yang baru menikah dan harus
mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya kontrakan itu lumayan banget. Lumayan menguras
isi dompetnya.
Tapi
tak apalah. Hidup adalah perjuangan. Dengan mengontrak rumah, kami belajar untuk mandiri. Termasuk mengatur
keuangan. Mempersiapkan tempat tinggal yang nyaman. Meski waktu itu masih
diangan-angan, alhamdulillah kami dapat mewujudkannya.
Well,
masih tinggal di rumah dinas atau kontrakan? Sharing yuk!
Aku tinggalnya masih di rumah mertua, dulu sempat kontrak rumah 3 tahun, setelah itu pemiliknya mau pake sendiri. Jadilah pindah ke rumah mertua :)
BalasHapusTinggal dimanapun yang penting hepi!
HapusDulu aku sempet ngerasain tinggal di rumah dinas. Swasta mba. Papa dulu kerja di perusahaa. Oil and gas Pt Arun di aceh. Di sana karyawan2 nya ditempatin di kawasan komplek yg memang khusus karyawan dan keluarga. Ada fasilitas rumah sakit, supermarket, bioskop, kolam renang, executive club, sekolah dr tk-smu khusus anak karywan, komplit bagt dan semuanya gratis dibayar kantoe. Itu pas masa jaya2 nya oil and gas ya begitu .. jor jor an.. tapi skr oil and gas company mah agak dikurangin ya dr segi cost dan karyawan , mengingat sumber minyaknya juga ga banyak lg.
BalasHapusKalo skr udh bekeluarga gini, tinggalnya di rumah sendiri krn kantorku ga nyediain tempat tinggal utk karyawan mbak :D. Disyukurin aja.. at least jd bisa ngajarin anak2 utk hemat ama air, listrik.. soalnya dulu kluar dr komplek Arun itu aku smpet stress krn hrs hemat air, listrik, telp dll. Lah 18 thn tinggal di sana kita bebas pakai apapun, gmn ga stress pas udh kluar :D
Asyik ya kalau dapat fasilitas lengkap gitu.
HapusTapi dengan tinggal di rumah sendiri, anak2 akan belajar bertanggung jawab. Karena semuanya tidak gratis.
Nice sharing!
Waktu suami saya dinas di Jakarta ngerasain tinggal di apartemen milik kantor yang lumayan mewah tapi hanya beberapa hari sih :D
BalasHapusPenginnya sih ya mbak, tinggal di rumah dinas yang nyaman sembari kita ngumpulin uang buat beli rumah sendiri :D #ngarep
Kalau yang namanya gratis pasti mau ya...
HapusWaktu suami saya dinas di Jakarta ngerasain tinggal di apartemen milik kantor yang lumayan mewah tapi hanya beberapa hari sih :D
BalasHapusPenginnya sih ya mbak, tinggal di rumah dinas yang nyaman sembari kita ngumpulin uang buat beli rumah sendiri :D #ngarep
Ortu sy jg tinggal di rmh dinas. Tp smuanya gratis sih. Listrik air free. Di kab kecil sih ini
BalasHapusOh, gratis semua ya mba? Kalau saya sih masih bayar listrik, air.
Hapus