Yuk, Jadi Teman Curhat Yang Asyik
Selasa, 23 Agustus 2016
8 Komentar
Moms,
apa kabar?
Semoga
selalu sehat, produktif dan bahagia ya.
Pernah
nggak butuh teman buat sekedar curhat atau sebaliknya menjadi tempat curhat
buat teman? Ehm..pasti pernah dong. Kalau saya dua-duanya. Baik sebagai tempat
curhat maupun mencari tempat buat curhat. Ya, karena curhat itu merupakan hal
yang biasa buat kaum wanita.
Ada
teman yang tiba-tiba cerita tentang masalahnya. Ceritanya mengalir begitu saja.
Kadang ketika kita sedang duduk santai, atau ketika sedang main-main ke
rumahnya. Semua tampak natural saja.
Orang
mau curhat itu kadang enggak perlu permisi. Misal bilang, “Aku mau curhat ya.
Boleh nggak? Ada waktu nggak? Kapan?” Kayaknya prosedur seperti ini membuat
nafsu curhat bisa musnah seketika. Karena sesama teman itu biasanya tidak
seperti terapis yang janjian dulu sebelum bertemu.
Asyiknya
bisa curhat pada teman itu karena gratis. Awalnya say hello, tanya kabar
dsb, hingga bicara yang private seperti curhat itu. Sebelum masuk ke
bagian inti masalah, biasanya si teman bilang seperti ini, “Eh, jangan bilang
siapa-siapa ya?”
Atau
mungkin sudah keceplosan ngomong yang bagian private itu jadi harus bisa
pegang rahasia. Buntutnya terselip
kalimat penuh harapan agar rahasianya tersimpan dengan baik.
Nah,
itu dia! Nggak boleh ngomong kepada orang lain. Terus gimana dong? Ya disimpan
saja di dalam hati dan pikiran. Perintahnya seperti itu. Dia bilang percaya
sama saya karena .... (Kata-kata ini sukses membuat saya ge er. Selanjutnya
demi kebaikan bersama, saya tidak ingin ge er untuk kedua kalinya.)
Rasanya
saya dipercaya banget untuk memegang rahasia. Tapi sebelum dia ngomong begitu,
dia yakin saya adalah orang yang tepat buat diajak diskusi. Eh...tidak saya
cuma jadi pendengar saja. Sebisa mungkin saya tidak mau terlibat terlalu jauh
dalam masalahnya. It’s private!
Lalu,
apa sih yang menjadikan seseorang itu yakin bakal curhat dengan aman, tentram
dan damai? Dan tentunya tanpa menimbulkan efek atau masalah lain di kemudian
hari?
Amanah.
Untuk
meminta kita jadi teman curhat itu nggak gampang. Minimal sudah ada kedekatan
emosi dengan orangnya. Sehingga dia enteng saja untuk ngomong. Dan dia tahu
seperti apa kita. Dia yakin semua yang dikatakan akan baik-baik saja.
Tidak
ada satu orangpun yang suka aibnya tersebar kemana-mana. Meski kita menganggap
masalah itu sepele. Saya yakin kita tidak ingin memperkeruh masalahnya bukan. So,
jadi orang harus amanah, bisa dipercaya.
Ada
kesempatan.
Bisa bertemu dengan teman-teman itu
menyenangkan. Ada kesempatan untuk bertukar kabar maupun untuk sekedar ngobrol
saja. Kalau tidak ada kesempatan mana kita bisa berjodoh dengannya. Mana kita
memiliki beberapa menit untuk bertemu dan mendengar curhatnya.
Bersedia
menjadi pendengar yang baik.
Sebagai teman curhat
saya lebih suka sebagai pendengar, kecuali kalau dia benar-benar meminta
pendapat. Tapi kalau tidak tahu persis masalahnya saya hindari untuk
berkomentar.
Dengan
menceritakan suatu masalah saja mampu mengurangi beban berat yang menimpanya.
Jadi jangan ragu, mendengar sudah cukup ampuh untuk menenangkan kegalauan
teman.
Biarkan
dia bercerita dengan bebas. Jangan menyela, menguasai apalagi menghentikan
pembicaraannya. Tunggu saja sampai dia selesai. Biasanya sih setelah ngobrol
panjang lebar ini hati terasa lebih lega. Plong!
Jangan
ikut campur.
Kita tidak tahu persis
masalah yang sedang menimpanya. Kita juga tidak tahu kejadiannya,
kesehariannya, dan semua orang yang terlibat dengannya. Dengan mengambil posisi
senetral mungkin, kita tetap berharap masalahnya segera selesai. Sebisa mungkin
untuk tidak bertanya pada hal-hal yang tidak disukainya. Bisa jadi dia makin
terluka dengan pertanyaan kita. Huss!
Berat
ataupun ringan masalah seseorang bisa berbeda-beda. Tergantung banyak hal. Tidak
perlu kita menilainya. Cukup dengan mendengarkan saja.
Kecuali
kalau dia memang butuh nasihat dari kita. Bolehlah kita menyuarakannya. Kalau
saya (pribadi) sih masih ragu, sepanjang saya hanya teman curhat, hanya tahu masalah ini
dari sudut pandangnya. Saya berusaha untuk memberi jarak saja. Memberikan
nasihat itu masih dalam kadar yang normal, netral, dan umum saja. Saya lebih
memilih menjadi pendengar setia. Bukan kapasitas saya untuk memberi wejangan
panjang lebar. Bahkan saya sendiri khawatir nanti salah ngomong bisa makin
parah masalahnya.
Simpati.
Tunjukkan simpati kita. Jangan malah menyalahkan dia. Keadaan dia sedang galau,
sensitif. Bisa dengan memberikan motivasi kepadanya, misal, “Semoga ini adalah
yang terbaik...”
Kalau
teman sedang sedih masak kita mau ngakak sih.
Selipkan
kata-kata positif dan doa terindah. Saya rasa semua itu sebagai bentuk dukungan
jika sedang ada masalah. Dengan begitu akan muncul stimulus untuk menyelesaikan
masalah secara baik-baik.
Bisa
juga dengan sedikit melupakan masalahnya dan menghiburnya, misalnya dengan
mengalihkan topik pembicaraan dengan hal-hal yang ringan, lucu, atau horor.
Terserah, yang penting si teman mulai terbuka hatinya.
***
Hidup tidak hanya berhenti untuk satu masalah. Mungkin pada langkah yang kita ambil ada saja kerikil tajam yang mengganggu perjalanan. Itulah tugas kita membantu menyingkirkannya. Semoga perjalanan berikutnya lancar.
Kalau yang lagi curhat juga biasanya dia butuh support ya, Mbak. Bukan butuh omelan atau nasihat yang bisa bikin dia makin galau. Kadang yang curhat itu cuma butuh didengar, sekadar melepas beban, eh tapi ada juga sih yang minta nasihat. Kalau dia ga minta, aku ga akan kasih nasihat dulu :)
BalasHapusBener mba Efi. Saya sendiri jarang kasih nasihat. Khawatir saja kalau salah.
Hapusalhamdulilah aku punya teman curhat mbak...memang beban jadi ringan bila ada seseorang yang mau mendengar curhatan kita ya mbak
BalasHapusKarena wanita butuh didengar ya mba...
HapusSering banget. Menurutku yg penting adalah kita harus bisa menjaga rahasianya. Jangan ember. Dan jangan menggurui kalau nggak diminta pendapat kita. TFS Mak :)
BalasHapusSip, mba Grace.
Hapuskalau jadi tempat curhat.. kadang jadi bingung bersikap... takut terkesan memanasi..he2
BalasHapusJangan dong. Nanti jadi memperkeruh suasana. Saya mendingan jadi pendengar stia saja deh.
Hapus