Dukung Masjid Ramah Anak




Moms, pernahkah melihat anak-anak yang ditegur oleh jamaah masjid? Atau mendengar pengaduan mereka?

Buat yang memiliki anak kecil yang super aktif mungkin pernah merasakan hal ini. Termasuk anak-anak saya. Gara-gara bikin keributan di masjid. Yeah, namanya juga anak kecil, dimana-mana dianggap tempat bermain saja, tak peduli di masjid dan sedang berhadapan dengan siapa.

Dengan ditegur anak-anak biasanya sudah tahu kalau perbuatan mereka kurang berkenan buat orang lain. Intinya mereka tahu tapi tidak bisa meninggalkan dunia bermainnya. Aduh gimana ya?

Lalu mereka menganggap atau mengadu habis dimarahi. Sebenarnya tidak sepenuhnya marah, namun di hati anak-anak yang sudah kadung sensitif karena acara bermain terganggu menjadi tak suka. Akhirnya bikin laporan kepada orang tua bahwa ada bapak (biasanya yang sudah sepuh) yang memperingatkan untuk tidak bikin keramaian (teriak, lari, tertawa, berantem) pada saat sholat.

Mengajak anak kecil di masjid untuk patuh kepada kita itu susah-susah gampang. Duduk sebentar saja sudah tidak betah. Kata bapak saya, anak-anak sekarang tidak takut sama orang. Lari kesana kemari pada saat sholat itu sangat mengganggu. Bagi jamaah yang tak terbiasa melihat pemandangan seperti ini pasti tak suka. “Itu anaknya siapa sih?” Nah, orang tua kena juga.

Jika si anak bertemu dengan teman sebaya bisa bertambah ramai suasana masjid. Ada yang cekikikan, menjahili temannya, lalu membalas. Begitu seterusnya. Bahkan ada yang berlari-lari diantara shaf. Lalu menyenggol pembatas hingga hampir roboh. Untung saja ada seorang ibu yang berada di belakangnya berusaha memegangi pembatas itu. Si anak tidak apa-apa. Hanya saja beberapa jamaah yang berada di sekitarnya merasa terkejut dan was-was.

Bagi anak-anak, setelah sholat adalah waktu terbaik untuk bermain. Masjid yang luas pasti sangat menyenangkan. Padahal orang tua masih sibuk berdoa, dsb, sementara mereka sudah kabur.

Bagi anak-anak, jatuh di area masjid adalah hal yang sangat biasa. Yang cemas orang tuanya. Kejadian berulang saja. Tapi anak-anak tidak kapok. Masih kejar-kejaran, bercanda lalu terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan.

Nah, bagaimana dengan anak kita, Moms?

Semoga menjadi anak sholih/sholihah ya. Orang tua pasti berharap anak-anak akan patuh bahkan ketika kita sedang sholat. Tapi kenyataannya tidak demikian. Ada saja hal-hal sepele yang membuat mereka tertawa. Padahal sebelumnya sudah diberitahu untuk tetap tenang.

Lalu seusai sholat ada jamaah yang merasa terganggu dan menghampiri mereka. Tiba-tiba mereka diam. Tak ada huru hara lagi. Ada juga yang langsung menegur si anak, “Jangan berisik!”

Apakah dengan begitu masalah keributan anak-anak sudah berakhir?

Merasa terganggu, anak-anak berhenti dan mematuhi perintahnya. Meski sebenarnya mereka tak suka. Pernah juga anak saya menangis. Biasalah, si anak terlalu sensitif. Akhirnya dia bilang begini, “Aku nggak mau sholat disitu lagi!”

Kalau sampai begini bisa gawat. Apa yang kami perjuangkan untuk anak-anak bisa kacau. Padahal tidak semua masjid/musholla seperti itu. Sementara si anak sudah trauma. Diingat-ingat kejadian itu lalu ketakutan tiba-tiba muncul.

Saya rasa sebaiknya ada pengertian baik dari jamaah masjid maupun orang tua yang membawa anak-anak. Memang tak mudah. Tapi saya yakin dengan usaha terus menerus untuk mendekatkan anak dengan masjid insyaAllah ada jalan keluarnya.

Saya dan suami sepakat bahwa anak-anak sejak kecil harus dibiasakan dekat dengan masjid. Agar mereka mudah dan ringan mengayun langkah ke masjid. Apalagi ketiga anak saya laki-laki semua.

Ada terobosan yang dilakukan oleh sebuah masjid dengan menggandeng anak saya. Ya, anak saya diminta untuk iqomah. Pertimbangannya karena anak-anak inilah generasi penerus para pejuang masjid. Maka masjid yang didominasi oleh jamaah berusia lanjut harus akrab dengan anak-anak.

Dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak, diharapkan mereka semakin akrab dan dekat dengan masjid. Tidak takut lagi. Hingga makin banyak anak-anak yang ikut memakmurkan masjid.

Dia senang sekali diberi tanggung jawab ini. Meskipun dalam satu hari biasanya cuma sekali, tapi cukuplah untuk membuatnya merasa dibutuhkan dan membutuhkan. Yeah, dia butuh tempat untuk mengasah rasa percaya diri dengan segala kemampuannya. Sementara pihak masjid butuh anak-anak sebagai penerusnya.

Biasanya dia kalau mau berangkat ke masjid suka molor jadi lebih awal. Kalau sudah mendengar suara adzan dia bergegas pergi ke masjid. “Aku mau iqomah.” Saya juga senang karena dia mulai mengerti tanggung jawabnya.

Yang perlu diperhatikan orang tua :


  • Dampingi anak-anak. Buat anak-anak di bawah lima tahun sebaiknya bersama orang tua, atau orang lain (dewasa).

  • Sebelum sholat dimulai sebaiknya dinasihati dulu. Jangan bosan untuk mengulang-ulang nasihat. Meskipun sebenarnya si anak sudah hafal tapi ya tetap ngomong lagi.

  • Selalu berdekatan dengan anak agar terpantau keberadaannya. Kalaupun membutuhkan sesuatu mudah menanganinya. Dengan duduk berdampingan, anak akan merasa aman dan nyaman. Misalnya anak tiba-tiba ingin pipis, bisa langsung membawanya ke kamar kecil. Tidak mengompol  di tempat.

  • Anak dalam keadaan senang ketika diajak ke masjid. Sangat penting untuk memperhatikan mood si anak agar pembelajaran ibadah wajib tidak terasa dipaksa. Anak dalam keadaan senang dan tenang akan mudah diatur.
  • Sudah BAK dan BAB. Jadi ketika berada di masjid si anak tidak rewel. 

Tapi ya namanya anak-anak, sebelum berangkat diantisipasi dengan bertanya kepada si anak, “Pipis dulu ya?”


Jawabannya, “Aku tidak kebelet pipis."

Tapi apa yang terjadi disana, “Aku mau pipis!” Padahal sedang sholat.

Benar-benar kacau!

Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak mulai belajar, mencontoh, bertindak tenang dan akhirnya merasa nyaman. Semoga.

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Dukung Masjid Ramah Anak"

  1. iya niiiih... dukung pake banget saya. Sedih liat anak di larang masuk masjid, tapi juga sebel liat ortu yang gak peka buat bilangin anaknya yang berisik. eh tapi rata2 yang aku perhatiin, mereka yang ribut adalah mereka yang solat sendiri. Ortunya gak pernah ke masjid hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadinya si anak seenaknya di masjid ya. Kan gak ada ortunya...hehe..

      Hapus
  2. aku termasuk yang terganggu jika lagi datang ke pengajian lalu ada orang tua (ibu2) yang bawa anak dan dia GAGAL membuat anaknya tidak menggganggu peserta pengajian lain. duh.. jadi nggak bisa denger ceramaha ustadnya sama sekali. kesel banget. Maksudku, ikut pengajian boleh, tapi orang tua harus berkaca juga sih... kalo anaknya emang tipe pengganggu dan perusuh mending didik anaknya agar jadi anak yang anteng dan nggak ganggu orang lain dulu deh di rumah daripada bikin kesel orang lain. itu menurutku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ada yang ramai biasanya ustadznya mengingatkan, mba.

      Mungkin orang tuanya nggak merasa terganggu dengan ulah anaknya atau memang sudah terbiasa begitu, padahal orang lain terganggu...

      Hapus
  3. Aku kalo pas lebaran , kudu bawak anak ke amsjid yang gede dan jauh dari rumah suapay gakda fitnah, saat anak2ku berisik. krn tdk semua org paham. malah banyak tetanggaku yg punya anak kecil, gak salat ke msjid meski lebaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anak masih belajar, berproses, jadi mesti maklum ya.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel