Ketika Anak Menolak Membeli Rokok




Terlepas dari polemik rokok yang panjang, saya ingin bercerita sedikit tentang seorang anak dan penolakannya terhadap rokok.

Suatu hari seorang anak disuruh kakeknya membeli rokok satu bungkus. Si anak dengan tegas menolak. Sampai si kakek ini merayunya berkali-kali dengan iming-iming diberi upah. Tetap saja dia tak bergeming.

Si kakek menyerah.

Saya tidak berada di lingkungan yang benar-benar steril dari rokok. Meski suami dan adik saya tidak merokok, tapi dalam keluarga besar tetaplah ada yang merokok. Untungnya, bapak saya cukup mengerti kalau saya tidak suka menghirup asap rokok. Siapapun orang yang ingin sehat pasti tidak suka ya!

Jadi ketika bapak ingin merokok, biasanya ketika tidak ada saya dan anak-anak. Atau di halaman belakang. Setelah pintu belakang ditutup, bapak duduk santai sambil memandang taman dan binatang peliharaannya.

Lalu apa hubungannya dengan si anak?

Bagaimanapun ketika si anak melihat role modelnya tanpa rokok, insyaAllah akan terbentuk pemikiran yang sama. Ditambah dengan kata-kata ustadz (guru di sekolahnya), “Kamu jangan mau kalau disuruh beli rokok!”

Selain larangan tersebut, anak-anak juga diberi penjelasan tentang hukum merokok. Jadi bagi anak kecil seusia SD, biasanya taat ya pada ustadz, ustadzahnya. Mereka percaya karena ada contoh nyata dari gurunya.

Dulu ketika saya masih seumuran dia, sering sekali disuruh membelikan rokok. Saya anggap hal itu wajar. Saya sadar, saya tidak suka aktivitas merokok, tapi saya harus patuh pada bapak: membelikan rokok.

Adik saya juga demikian. Bagi orang-orang kelas menengah ke bawah rokok itu membumi. Lebih akrab dari siapapun. Ada yang mengatakan lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Kok bisa ya? *geleng-geleng kepala.

Kita boleh setuju atau tidak, tapi ini kenyataan. Saya mendengar pembicaraan seperti ini tidak sekali atau dua kali. Atas dasar sulitnya hidup, rokok adalah alasan lain.

Yang perlu diperhatikan orang tua:

Saya tidak mau berdebat masalah rokok. Yang jelas sudah ada aturan (hukum), baik dari Allah maupun dari pemerintah. Saya hanya membatasi pada pemberian contoh yang baik kepada anak-anak.
  • Orang tua adalah contoh yang bisa dilihat, diikuti. Kalau orang tua merokok sementara gurunya melarang bisa tidak sinkron. Atau sebaliknya. Saya rasa orang tua dan guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter yang baik pada anak-anak. Keduanya saling mendukung.

  • Lingkungan sangat mendukung pembentukan karakter anak. bisa jadi di rumah anak sudah dijejali dengan nasihat bijak tentang meroko. Tapi kalau lingkungan tidak mendukung, tentu akan sulit.

  • Jangan pernah menyebut uang rokok. Apalagi kalau sampai didengar oleh anak. Di tempat saya seringkali si majikan memberikan sejumlah uang kepada anak buahnya dengan menyebut “uang rokok”. Biasa juga buat tukang batu, satpam, tukang becak, dsb. Saya usahakan untuk mengganti kata “uang rokok” itu dengan kata lain. Misal, ini untuk jajan anaknya. Atau bilang saja, “Bonus, pak!”


  • Doa orang tua untuk anak sholih. Percayalah, bagi orang tua selalu ada doa terindah untuk anak-anak. semua orang tua pasti berharap memiliki anak-anak yang sholih yang bisa menjadi penolong di hari akhir. Semua pasti berusaha maksimal untuk anak-anak tercinta.

Kalau berbicara tentang lingkungan, saya suka sedih. Bagaimana mungkin anak-anak SMP hingga SMU duduk-duduk dengan damai di warung dengan asap rokok yang terus mengebul. Itu terjadi setiap hari di jam pelajaran sekolah, di warung dekat rumah bapak saya.

Sementara itu, anak-anak saya semakin hari semakin terbiasa melihat pemandangan ini. Speechless deh. Miris, tapi mau bagaimana lagi. Pemilik warung butuh uang. Dan pelanggannya adalah anak-anak sekolah itu. mereka datang ke warung itu karena dekat dengan sekolahnya. Alasan lainnya adalah karena peraturan sekolah yang mungkin longgar. Bagaimana mungkin anak-anak sekolah bisa keluar pada jam sekolah. Atau bahkan bolos dengan alasan yang tak masuk akal.

Kadang ada razia dari sekolah. Mereka melarikan diri, masuk ke gang-gang sempit. Bersembunyi diantara rumah-rumah tetangga saya. Jujur, saya jengkel sekali melihat pemandangan seperti ini dari saya masih muda hingga saat sekarang.

Sambil melihat anak-anak sekolah itu saya ajak anak-anak berdiskusi. Dengan begitu anak-anak akan tahu dan tidak mencari tahu di tempat lain.

Kalau melihat anak-anak sekolah yang bolos pasti pikiran orang tua maupun anak-anak menjadi buruk. Mengapa duduk-duduk disitu, padahal jam sekolah? Mengapa merokok? Mengapa tidak berada si sekolah saja? Atau begini, apakah gurunya tidak ada yang tahu?

Lalu membuat satu kesimpulan, perilaku seperti itu baik atau tidak? Saya rasa anak yang secara fitrah masih polos ini bisa mengerti dan membedakan lalu mencari contoh yang baik untuk ditiru.

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

30 Komentar untuk "Ketika Anak Menolak Membeli Rokok"

  1. Memang suatu yang sulit y mba suamiku perokok karena lingkungan kerjanya yang bebas merokok mau tak mau membuat suami jadi merokok daripada menjadi pasif lbh bahaya mending sekalian saja katanya. Sedih siy begitu susah upaya untuk bisa buat suami berhenti moga someday suami bisa tobat xixixi..nice sharing y mba anaknya bner2 kekeuh ga mau keren ^^

    BalasHapus
  2. Ini nih ini yang harus di baca sama bapak saya, soalnya suka nyuruh beli rokok padahal anaknya(saya) itu gak suka merokok :-) tapi kalau nyuruhnya di kasih upah, boleh dahhh :D

    BalasHapus
  3. Waktu saya menikah syarat utama calon adalah jangan merokok, karena saya benci perokok, saya takut ini jd role model anak2 saya kelak,

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah suami ngga merokok, ibu mertua punya anak laki2 semua, 4 orang mba, tapi ngga ada yg merokok. Dari kecil diajarin, bapak ngga merokok, bapak aja ngga merokok masa anak2 mau merokok :) teladan awal dari lingkungan keluarga ya mba, utamanya ortu ^^ moga anak2 mba dilindungi Allah ya mba, amin ya rabbi

    BalasHapus
  5. aku termasuk mantan perokok yg akhirnya berhenti krn tinggal di lingkungan yg ga merokok ;p.. suami ga, mertua ga, ipar ga, jdnya kebawa krn ngerasa ga enak juga :) .. tp kmudian jg krn mikir anak sih mba.. ga pgn aja mereka jd korban dgn ibunya yg merokok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salut. Semoga istiqomah dengan perjuangan untuk tidak merokok. Demi diri sendiri, keluarga dan lingkungan.

      Hapus
  6. Bapak mertua sy juga perokok berat. Yg sy ga hbs pikir itu pas bln puasa.... pas buka kan biasanya hbs minum yg dicari makanan atau cemilan ya... lha bapak mertua langsung ngrokok. Saya sampai heran habis puasa seharian apa gak lapar gitu lho... kok malah ngrokok

    BalasHapus
  7. orang dewasa bener2 harus kasih contoh yg baik ya mba. pernah loh saya dan adik nyoba2 ngerokok di usia prasekolah krn suka liat bapak2 merokok di sekeliling kita. trus batuk2 langsung, trus saya berfikir, apa enaknya merokok sih???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anak cuma meniru yang orang tua. Belum ngerti efeknya.

      Hapus
  8. Setujuuu.... walaupun masih susah nih bujukin bapaknya anak2ku buat ga ngerokok keliatan anak2 :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut mendoakan, semoga berhasil. Jangan pernah putus asa.

      Hapus
  9. Rokok memang tidak dianjurkan ya mbak untuk anak anak, tapi susah untuk melarangnya karena akibat pergaluannya tidak dibatasi mah.

    BalasHapus
  10. untuk bapak-bapak yang merokok, apa boleh anaknya ikut jadi perokok jika dewasa nanti? kira-kira mereka jawabnya apa ya...
    suamiku juga perokok mba... susah berhenti karena kerjanya di lapangan yang tiap hari ketemunya juga sama-sama perokok...

    BalasHapus
  11. iya kdang anak2 kalau dilarang, suka balikan kata, ayah juga ngerokok tuh ..
    Alhamdulilah smpe skrg saya gk ngroko..

    salam kenal..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah mampir.

      Karena orang tua adalah contoh yang nyata buat anak-anak.

      Hapus
  12. Syukurlah suami nggak merokok, aku kalo kena asapnya aja suka pusing kepala :D

    BalasHapus
  13. Sekarang sih jangankan SMP Mbak, SD juga banyak yang ngerokok. Malah pas SD dulu teman2 saya udah berapa aja yang udah ngerokok. Bukan di sekolah sih ya, tapi di luar. Denger2 obrolannya mereka berasa keren gitu udah bisa ngerokok. Duit jajan aja masih minta sama emak >_<

    BalasHapus
  14. dalam berbagai hal lingkungan berperan besar dalam memberi pengaruh, jangankan anak2 dewasapun sama, ya dalam hal ini contohnya rokok

    BalasHapus
  15. Sepertinya harga rokok dinaikin bisa jadi salah satu solusi ya mba. Alhamdulillah suami dan keluarga terdekat ga ada yg merokok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti menyenangkan berada dalam lingkungan keluarga yang tidak merokok. Contoh yang baik buat anak-anak.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel