Memilih Pelajaran Ekstrakurikuler
Kamis, 08 September 2016
10 Komentar
Pada
pertemuan wali murid untuk sosialisasi pelajaran ekstrakurikuler renang, ustadz bercerita bahwa
pernah ada anak yang dipaksa memilih pelajaran ekstrakurikuler berdasarkan pilihan
orang tuanya. Kalau anaknya suka tidak akan jadi masalah. Tapi kalau
sebaliknya. Apalagi jika ternyata si anak takut air. Akhirnya, beliau berharap
tidak ada kejadian seperti ini lagi.
Pada
dasarnya pelajaran ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang asyik dan
menyenangkan untuk siswa. Bisa jadi pada pelajaran ini tercipta suasana yang
menyenangkan seolah anak-anak memiliki selingan diantara pelajaran-pelajaran di
sekolah.
Secara
umum kegiatan ekstra ini bermanfaat untuk anak-anak:
- Menyalurkan minat dan bakat anak. Jika si anak menyukai badminton akan lebih baik ikut ekstrakurikuler ini. Anak akan senang berlatih. Tidak merasa terbebani.
- Belajar disiplin. Baik untuk waktu maupun target pencapaiannya. Misalnya harus datang tepat waktu. Karena jika terlambat pasti ketinggalan. Dan tentu saja tidak asyik lagi. Untuk target, contohnya di kelas renang anak saya. Kelas satu diajarkan dasar-dasar renang hingga mampu.
- Belajar bekerjasama. jika memilih pelajaran ekstra olah raga bekelompok, anak-anak dituntut untuk bisa bekerjasama dalam satu tim. Untuk meraih kemenangan tentu dibutuhkan tim yang solid.
- Baik untuk kesehatan. Jelas bukan kalau memilih yang olah raga itu baik untuk menjaga kesehatan.
- Belajar berkreasi. Untuk menciptakan sesuatu yang baru dibutuhkan ide-ide cemerlang. Seperti pelajaran ekstrakurikuler cooking class, kalau membuat kue itu-itu saja pasti bosan bukan? Nah, sekarang waktunya berkreasi. Membuat kue lebih menarik dengan hiasan/topping, variasi rasa.
- Melatih kepercayaan diri. Anak-anak yang menguasai pelajaran ekstrakurikuler dengan baik seringkali diikutsertakan dalam perlombaan. Dengan giat berlatih, tumbuh rasa percaya diri sehingga mampu tampil maksimal.
Anak
saya kelas satu SD. Dia saya arahkan untuk memilih ekstra renang. Saya lihat
dia memiliki minat disini. Sehingga saya yakin dia akan have fun dengan
pelajaran renang. Alhmadulillah setiap datang ke kolam dia selalu bahagia.
Pada
pertemuan pertama saya dan suami ikut mengantar ke kolam renang. Saya lihat
semua anak tampak gembira. Pada dasarnya, anak kecil suka bermain air. Entah
itu air kran, air di kamar mandi, atau air hujan. Pokoknya main air deh. Kalau
kata gurunya, eksplorasi air.
Karena
anak saya masih baru disini, saya ikut menunggu. Bersama ibu-ibu lain saya
mengikuti anak. Kalau si anak berada di kolam renang A, maka kami akan duduk di
sekitarnya. Dengan begini saya tidak perlu bolak-balik antar jemput. Waktu renang
hanya satu jam. Ditambah, beberapa menit (sekitar 30 menit lagi) karena
biasanya anak-anak masih senang di kolam. Jadi saya menunggu hingga si anak
puas. Sementara gurunya, setelah pelajaran selesai ya keluar kolam.
Dalam
kelompoknya itu ada dua guru yang memegang kelas kecil. Untuk kelas ini sengaja
dipegang guru dari sekolahnya. Mereka sudah hafal dengan anak-anak sehingga
mudah saja mengarahkannya. Kelas-kelas yang lebih tinggi biasanya cuma satu
guru. Kecuali kalau anak yang ikut banyak. Guru renang ditambah dari luar yang
memang benar-benar ahli.
Pada
pertemuan kedua di ekstra renang barulah saya sadar, ada anak yang mogok. Si
anak ini tidak berani masuk ke kolam renang. Padahal kalau sudah mengambil
pelajaran ekstra harus dijalani hingga satu tahun. Tidak boleh ganti ekstra
lain. Peraturan seperti ini sudah dijelaskan sejak awal. Ternyata ada saja
kejadian seperti ini.
Disana
itu dia sudah siap dengan perlengkapan untuk berenang. Anak-anak minimal
memiliki baju renang. Sayang juga sih. Tapi anaknya tidak mau. Gimana lagi! Si
ibu sudah merayunya berkali-kali. Si anak malah marah. Jadinya si ibu mungkin
sudah hopeless hingga pamit kepada gurunya.
Untuk
anak-anak kelas satu SD memang belum mengerti pelajaran ekstra itu seperti apa.
Kalaupun ditanya orang tua, ada diam saja atau mengatakan tidak tahu. Akhirnya
orang tua yang memutuskan sendiri.
Karena
ini masih awal masuk sekolah, banyak anak yang belum tahu memiliki minat di
bidang tertentu. Apalagi jika sebelumnya tidak pernah mengenal kegiatan ini
sama sekali. Sebagai contoh adalah
ekstra futsal. Anak-anak yang ikut fulsal karena ada banyak teman sekelasnya
yang ikut. Padahal dia sendiri tidak suka. Pokoknya ikut saja.
Kesimpulan
Tugas
guru dan orang tua adalah mengenalkan pelajaran ekstrakurikuler. Agar pilihan anak sesuai
dengan minat. Kan sayang setahun tidak suka/mogok/terpaksa ikut. Padahal dalam
pelajaran ekstra harusnya anak-anak gembira ria, bermain-main bersama
teman-teman. Tidak ada PR, tugas, dsb.
Dulu
pernah ada semacam ekspo untuk pelajaran ekstrakurikuler di sekolahnya
anak-anak. Jadi guru-guru yang memegang pelajaran ini, menjaga stand sambil
memberikan seputar info yang dibutuhkan. Orang tua dan anak diajak untuk
berkeliling stand ekspo ini. Mereka akan melihat dengan sendirinya. Misal,
kalau memilih cooking class berarti masak-masak.
Untuk
ekstra renang, badminton, futsal tidak ada peraganya. Yang ada hanya
perlengkapannya saja. Selain itu, ada dokumentasi dari sekolah. Kegiatan
seperti ini sebaiknya tetap diadakan setiap tahun karena mampu menambah wawasan
untuk anak-anak dan orang tua. Terutama untuk anak-anak baru.
Setahun
itu bukan waktu yang singkat. Kalau setiap minggu ada pelajaran ekstra dan
hatinya tak nyaman bagaimana? Kasihan si anak.
Orang
tua boleh memilihkan pelajaran ekstra untuk anak. Asal anaknya juga sepakat. Kalau
pilihannya cuma sepihak saja, lebih baik jangan. Didiskusikan lagi. Pilihan
pelajaran ekstra sebaiknya membuat anak senang, demikian juga orang tua.
Sehingga guru bisa mengajar dengan mudah. Kalau anak masih rewel mengakibatkan
waktu terbuang. Ya, karena guru menangani si anak tadi. Tidak kunjung
memberikan pelajaran.
Jadi,
bagaimana dengan pelajaran ekstrakurikuler anak kita?
Betul banget, Mbak.
BalasHapusJangan sampe terpaksa pokoknya.
Yup, terpaksa itu bikin nggak nyaman.
Hapusaku pengen ngelesin karate tapi entah sampe sekarang g jadi2.. semoga dia g terpaksa juga kalau jadi
BalasHapusButuh nego lagi ya. Semoga berhasil deh.
HapusYap.. bener banget, dari ekskul itulah pelajaran yang tidak di dapat di dalam kelas bisa dipelajari. Milih ekskul pun selain melihat minat bakat anak juga melihat aktif enggaknya si ekskul itu dan pengajarnya bagaimana.. ^_^
BalasHapusKalau yang ngajar rajin dan menyenangkan pasti anak-anak betah ya.
HapusBukannya memaksakan, klo aq merekomendasikan adek agar memilih ekstrakurikuler (klo utk mahasiswa UKM ding namanya) yg gak berafiliasi dg politik dan hal2 yg terlalu ekstrim. Kuatir jadi berubah dan kuliahnya keteteran.
BalasHapusBagus ya mba kalau merekomendasikan. Karena ada diskusi yang menarik.
HapusKalau eskul berenang sepertinya anak saja juga bakalan seneng he he
BalasHapusAsyik mba kalau ikut berenang. Bisa main-main air.
Hapus