Memilih Pelajaran Ekstrakurikuler






Pada pertemuan wali murid untuk sosialisasi pelajaran ekstrakurikuler renang, ustadz bercerita bahwa pernah ada anak yang dipaksa memilih pelajaran ekstrakurikuler berdasarkan pilihan orang tuanya. Kalau anaknya suka tidak akan jadi masalah. Tapi kalau sebaliknya. Apalagi jika ternyata si anak takut air. Akhirnya, beliau berharap tidak ada kejadian seperti ini lagi.


Pada dasarnya pelajaran ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang asyik dan menyenangkan untuk siswa. Bisa jadi pada pelajaran ini tercipta suasana yang menyenangkan seolah anak-anak memiliki selingan diantara pelajaran-pelajaran di sekolah.

Secara umum kegiatan ekstra ini bermanfaat untuk anak-anak:


  • Menyalurkan minat dan bakat anak. Jika si anak menyukai badminton akan lebih baik ikut ekstrakurikuler ini. Anak akan senang berlatih. Tidak merasa terbebani.  

  • Belajar disiplin. Baik untuk waktu maupun target pencapaiannya. Misalnya harus datang tepat waktu. Karena jika terlambat pasti ketinggalan. Dan tentu saja tidak asyik lagi. Untuk target, contohnya di kelas renang anak saya. Kelas satu diajarkan dasar-dasar renang hingga mampu.

  • Belajar bekerjasama. jika memilih pelajaran ekstra olah raga bekelompok, anak-anak dituntut untuk bisa bekerjasama dalam satu tim. Untuk meraih kemenangan tentu dibutuhkan tim yang solid.

  • Baik untuk kesehatan. Jelas bukan kalau memilih yang olah raga itu baik untuk menjaga kesehatan.

  • Belajar berkreasi. Untuk menciptakan sesuatu yang baru dibutuhkan ide-ide cemerlang. Seperti pelajaran ekstrakurikuler cooking class, kalau membuat kue itu-itu saja pasti bosan bukan? Nah, sekarang waktunya berkreasi. Membuat kue lebih menarik dengan hiasan/topping, variasi rasa.

  • Melatih kepercayaan diri. Anak-anak yang menguasai pelajaran ekstrakurikuler dengan baik seringkali diikutsertakan dalam perlombaan. Dengan giat berlatih, tumbuh rasa percaya diri sehingga mampu tampil maksimal.


Anak saya kelas satu SD. Dia saya arahkan untuk memilih ekstra renang. Saya lihat dia memiliki minat disini. Sehingga saya yakin dia akan have fun dengan pelajaran renang. Alhmadulillah setiap datang ke kolam dia selalu bahagia.

Pada pertemuan pertama saya dan suami ikut mengantar ke kolam renang. Saya lihat semua anak tampak gembira. Pada dasarnya, anak kecil suka bermain air. Entah itu air kran, air di kamar mandi, atau air hujan. Pokoknya main air deh. Kalau kata gurunya, eksplorasi air.

Karena anak saya masih baru disini, saya ikut menunggu. Bersama ibu-ibu lain saya mengikuti anak. Kalau si anak berada di kolam renang A, maka kami akan duduk di sekitarnya. Dengan begini saya tidak perlu bolak-balik antar jemput. Waktu renang hanya satu jam. Ditambah, beberapa menit (sekitar 30 menit lagi) karena biasanya anak-anak masih senang di kolam. Jadi saya menunggu hingga si anak puas. Sementara gurunya, setelah pelajaran selesai ya keluar kolam.

Dalam kelompoknya itu ada dua guru yang memegang kelas kecil. Untuk kelas ini sengaja dipegang guru dari sekolahnya. Mereka sudah hafal dengan anak-anak sehingga mudah saja mengarahkannya. Kelas-kelas yang lebih tinggi biasanya cuma satu guru. Kecuali kalau anak yang ikut banyak. Guru renang ditambah dari luar yang memang benar-benar ahli.

Pada pertemuan kedua di ekstra renang barulah saya sadar, ada anak yang mogok. Si anak ini tidak berani masuk ke kolam renang. Padahal kalau sudah mengambil pelajaran ekstra harus dijalani hingga satu tahun. Tidak boleh ganti ekstra lain. Peraturan seperti ini sudah dijelaskan sejak awal. Ternyata ada saja kejadian seperti ini.

Disana itu dia sudah siap dengan perlengkapan untuk berenang. Anak-anak minimal memiliki baju renang. Sayang juga sih. Tapi anaknya tidak mau. Gimana lagi! Si ibu sudah merayunya berkali-kali. Si anak malah marah. Jadinya si ibu mungkin sudah hopeless hingga pamit kepada gurunya.

Untuk anak-anak kelas satu SD memang belum mengerti pelajaran ekstra itu seperti apa. Kalaupun ditanya orang tua, ada diam saja atau mengatakan tidak tahu. Akhirnya orang tua yang memutuskan sendiri.

Karena ini masih awal masuk sekolah, banyak anak yang belum tahu memiliki minat di bidang tertentu. Apalagi jika sebelumnya tidak pernah mengenal kegiatan ini sama sekali.  Sebagai contoh adalah ekstra futsal. Anak-anak yang ikut fulsal karena ada banyak teman sekelasnya yang ikut. Padahal dia sendiri tidak suka. Pokoknya ikut saja.

Kesimpulan

Tugas guru dan orang tua adalah mengenalkan pelajaran ekstrakurikuler. Agar pilihan anak sesuai dengan minat. Kan sayang setahun tidak suka/mogok/terpaksa ikut. Padahal dalam pelajaran ekstra harusnya anak-anak gembira ria, bermain-main bersama teman-teman. Tidak ada PR, tugas, dsb.

Dulu pernah ada semacam ekspo untuk pelajaran ekstrakurikuler di sekolahnya anak-anak. Jadi guru-guru yang memegang pelajaran ini, menjaga stand sambil memberikan seputar info yang dibutuhkan. Orang tua dan anak diajak untuk berkeliling stand ekspo ini. Mereka akan melihat dengan sendirinya. Misal, kalau memilih cooking class berarti masak-masak.

Untuk ekstra renang, badminton, futsal tidak ada peraganya. Yang ada hanya perlengkapannya saja. Selain itu, ada dokumentasi dari sekolah. Kegiatan seperti ini sebaiknya tetap diadakan setiap tahun karena mampu menambah wawasan untuk anak-anak dan orang tua. Terutama untuk anak-anak baru.

Setahun itu bukan waktu yang singkat. Kalau setiap minggu ada pelajaran ekstra dan hatinya tak nyaman bagaimana? Kasihan si anak.

Orang tua boleh memilihkan pelajaran ekstra untuk anak. Asal anaknya juga sepakat. Kalau pilihannya cuma sepihak saja, lebih baik jangan. Didiskusikan lagi. Pilihan pelajaran ekstra sebaiknya membuat anak senang, demikian juga orang tua. Sehingga guru bisa mengajar dengan mudah. Kalau anak masih rewel mengakibatkan waktu terbuang. Ya, karena guru menangani si anak tadi. Tidak kunjung memberikan pelajaran.

Jadi, bagaimana dengan pelajaran ekstrakurikuler anak kita?
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

10 Komentar untuk "Memilih Pelajaran Ekstrakurikuler"

  1. Betul banget, Mbak.
    Jangan sampe terpaksa pokoknya.

    BalasHapus
  2. aku pengen ngelesin karate tapi entah sampe sekarang g jadi2.. semoga dia g terpaksa juga kalau jadi

    BalasHapus
  3. Yap.. bener banget, dari ekskul itulah pelajaran yang tidak di dapat di dalam kelas bisa dipelajari. Milih ekskul pun selain melihat minat bakat anak juga melihat aktif enggaknya si ekskul itu dan pengajarnya bagaimana.. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau yang ngajar rajin dan menyenangkan pasti anak-anak betah ya.

      Hapus
  4. Bukannya memaksakan, klo aq merekomendasikan adek agar memilih ekstrakurikuler (klo utk mahasiswa UKM ding namanya) yg gak berafiliasi dg politik dan hal2 yg terlalu ekstrim. Kuatir jadi berubah dan kuliahnya keteteran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus ya mba kalau merekomendasikan. Karena ada diskusi yang menarik.

      Hapus
  5. Kalau eskul berenang sepertinya anak saja juga bakalan seneng he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik mba kalau ikut berenang. Bisa main-main air.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel