Air Terjun, Bongok, Tuban



Akhir-akhir ini saya sering menulis traveling di air terjun karena suka dengan keindahannya. Ada suara gemericik air yang membuat suasana menjadi ramai tapi natural. Selain itu saya senang memperhatikan momen ketika air itu turun.

Mengunjungi lokasi air terjun seperti ini merupakan salah satu traveling hemat. Pertama karena belum dikelola secara baik, jadi harga tiket masuk murah atau bahkan tidak ada. Kedua, tidak ada penjual apapun disini, jadi uang kita masih utuh. Hmmm...

Rute:



Perjalanan menuju lokasi wisata ini ternyata cukup mudah. Catat, asal tahu rutenya saja. Maklum air terjun Bongok kurang populer. Termasuk bagi warga Tuban sendiri.

Jarak tempuh dari Tuban sekitar 24 km ke arah Montong. Tidak ada petunjuk arah dari jalan raya. Lalu bagaimana mencarinya? Gampang, manfaatkan saja google map. Atau bisa dengan bertanya dengan warga sekitar. Pasti ketemu, kok.

Masih bingung juga? Sama, awalnya saya tersesat. Lha, cuma seputar Tuban saja sampai tidak tahu arah! Tapi tenang, tidak sampai berputar-putar kok. Lagipula, pasti bisa pulang kok. Jadi, jika travelers sudah tiba di Montong, perhatikan pertigaan Layuti. Setelah itu masuk desa Talun. Kelihatan banyak pohon asam yang besar dan rindang dari kanan kiri jalan. Itu artinya perjalanan menuju air terjun sudah dekat. Disampingnya adalah sawah-sawah warga. Huh, sejuk sekali melihat pemandangan seperti ini.



Dari Talun, ambil arah timur hingga tiba di hutan. Setelah itu belok ke kanan. Disini mulai ada petunjuk arah ke air terjun Bongok. Tempatnya di desa Kerokan, Jetak, Montong.



Jalannya sudah bagus, beraspal. Meski sempit tapi cukuplah jika mengendarai mobil. Dari sini kita melihat pemandangan alam di bawahnya. Antara sawah, ladang, hutan, tanah kosong, batu-batu karang yang gedhe-gedhe.



Air terjun Bongok




Air terjun ini masuk wilayah Perhutani yang berbatasan dengan ladang warga desa. Lokasi wisata ini terbuka, tidak ada pembatas apapun dengan tanah-tanah milik warga. Banyak warga desa yang melewati jalur ini untuk keperluan sehari-hari, mengurus ladang. Ada bekas roda sepeda motor hingga mendekati air terjun. Wow, ternyata perjuangan warga disini luar biasa. Medan yang licin, bebatuan, sempit, naik turun bukan halangan lagi. Selama masih bisa dijangkau, pasti mudah saja bagi yang terbiasa.



Dari tempat saya memarkir kendaraan hingga air terjun tidak jauh. Jalan menurun tapi tidak terlalu curam. Hanya saja perlu waspada, karena jalanan disini belum bagus. Bahkan jika mendekati air terjun masih berupa tanah. Pasti licin kalau ada sedikit saja genangan air.



Di beberapa tempat banyak sampah berserakan. Tumpukan sampah itu sepertinya sudah lama dan tak ada yang mengurus. Saran saya sih, kalau mau datang kesini membawa masker saja. Baunya lumayan mengganggu.



Air terjun Bongok ini tidak terlalu tinggi, kurang dari 15 m (CMIIW). Tapi lumayan lebar. Mulai dari air yang turun dengan volume kecil hingga besar ada disini. Di dasar sungai sepertinya ada lumut ya. Akibatnya kita memandang sungai yang berwarna kehijauan. Padahal ya bening. Kalaupun kotor ya karena ulah manusia juga.

Di pinggir air terjun itu banyak batu-batu besar. Bisa banget buat duduk-duduk cantik sambil memandangi air terjun. Tapi, please, jangan melamun! Saya betah berada disini. Cuma duduk saja dan melupakan sejenak urusan domestik seorang ibu.



Kalau ingin berfoto ria, tetap perhatikan tempat yang kita pijak ya. Cari saja tempat yang kering dan tidak licin. Di beberapa tempat yang dekat dengan air terjun memang licin.

Dekat dengan alam membuat pikiran kita tenang dan senang. Ditambah udara pagi tanpa polusi. Yeah, ini di desa. Kendaraan tidak sebanyak di kota.

Suhu udara Tuban pada pada dasarnya panas, eh...daerah pesisir seperti itu kan. Tiba disini jangan berharap sejuk seperti di pegunungan. Tapi...lumayanlah daripada di dekat pantai.

Saya adalah pengunjung pertama disini. Masih sepi sekali. Tidak ada penjaganya. Tadi bertemu dengan seorang warga desa yang hendak pergi mengambil rumput di sekitar sungai. Kami ngobrol sebentar, karena ragu dengan lokasi ini.

Dengan keadaan seperti ini saya puas melihat dan mendengarkan gemericik air terjun. Memandang alam sekitar. Lalu saya penasaran dengan sungai yang mengalir diatas air terjun. Cuma penasaran saja. Lalu simpan dalam hati.

Sayangnya suasana sepi tak berlangsung lama. Enam anak abege (dua perempuan dan empat laki-laki) dengan tingkah polah yang “aduhai” benar-benar mengacaukan pemandangan pagi ini.



Keempat anak laki-laki itu dengan lincahnya memanjat tebing yang dialiri air terjun. Tebing ini paling rendah dan mudah dinaiki. Tentu sambil berfoto ria. Pikir saya, pastinya sungai diatas itu tidak terlalu besar dan berbahaya.

Berikutnya datang dua abege, laki-laki. Mereka ini sibuk banget mengambil pose-pose candid ala-ala gitu. Ya, sudahlah, masa-masa remaja! Yang tua mesti maklum dan segera mengambil sikap!

Anak-anak saya sepertinya tidak pernah merasa puas bermain air. Di bagian yang dangkal mereka ubek-ubek. Saya ingin segera pulang saja. Lalu memanggil anak-anak. Sekali dipanggil, masih main-main. Begitulah sampai berkali-kali. Lalu, kami memutuskan untuk meninggalkan mereka. Barulah mereka angkat kaki.

Sungai diatas Air Terjun

Begitu keluar dari air terjun ini, eh...mendadak suami ikut penasaran dengan sungai diatasnya. Wah, sama dong! Pikirnya, pasti tidak jauh. Dicoba saja. sebagai pengikut, kami setuju saja. Padahal celana anak-anak sudah basah.



Gambar diatas adalah jalan menuju sungai. Benar-benar masih berupa tanah. Meski demikian, seperti saya ceritakan tadi, ada banyak bekas sepeda motor. Maka, dengan hati-hati, kami melewati jalan tanah yang sedikit licin. Maklum, kami belum terbiasa dengan medan seperti ini.

Anak-anak sih tetap sorak-sorak bergembira. Sambil membawa celana masing-masing mereka berjalan pelan. Melihat ke kanan dan kiri. Mereka menemukan binatang-binatang kecil yang jarang ditemukan di sekitar rumahnya.

Ternyata dekat, teman-teman. Huh, senangnya! Sekali lagi saya merasa beruntung! Disini sepi. Norak deh kalau sepi! Ambil pose buat foto-foto. Tepat sekali buat bermain lagi. Sayapun bersenang-senang dengan air sungai. Mumpung ada kesempatan. 


Nah, ini sungainya, kecil dan biasa saja. Arusnya tenang dan tidak menghanyutkan. Namun akan menjadi istimewa jika yang motret fotografer. Hahaha... 

Anak-anak yang awalnya takut dengan kedalaman air, ikut nyemplung juga. Tadinya cuma main lempar batu dan bambu, eh sekarang malah berendam. Main lempar air kepada saudaranya. Basah! Tapi tenang, saya sudah menyiapkan baju ganti di mobil.

Suami yang memaksa mereka masuk ke dalam sungai ini. Buat apa lagi kalau bukan untuk melatih keberanian mereka. Eh..malah ketagihan! Seru saja, satu anak melempar air, saudaranya membalas. Lalu basah dan berendam saja sekalian.



Sebenarnya airnya jernih. Tidak masalah kalau cuma main air. Toh, begitu tiba di rumah langsung mandi. Karena pengaruh lumut itu jadi berwarna hijau. Sama seperti air yang jatuh di bawahnya.

Dari sini terlihat ada pohon besar yang tumbang. Pohon itulah yang sampai saya datang masih terlihat diantara air terjun. Pohonnya besar! Pastinya sulit dipindahkan. Jadi mudah diketahui, kalau ada pohon nyungsep di air terjun, ya itulah air terjun bongok. Seperti ada ciri khasnya.


Karena air sungai ini dangkal, warga disini cukup berjalan saja melintasinya. Sambil mengangkut karung-karung berisi rumput. Saat mereka mengambil rumput, dengan tenang melewati sungai kecil ini. Setelah itu si warga ini mandi. Jadi jangan heran kalau ada yang berendam ataupun mandi disini ya.

Sayapun baru tahu kalau sungai ini dimanfaatkan warga. Padahal dari tadi main air sama anak-anak. Tapi saya tidak mau berbasah-basah. Cukup anak-anak saja. Sementara suami kebagian bertugas mengurus mereka.

Ternyata kami tidak lagi sendiri, ada rombangan cewek abege, yang mencari pose sedekat mungkin dengan air terjun. Wow, hati-hati deh! Aduh, pikiran emak-emak manapun seperti inikah? Suka deg-degan kalau lihat anak ditempat berbahaya. Jangan sampai ikut nyemplung seperti air terjun.

Well, matahari mulai menyengat, rasanya sudah cukup traveling hemat kali ini. Semoga ada kesempatan di lain waktu.

Fasilitas umum

Ada toilet. Tapi sepertinya kurang terjaga kebersihannya.

Parkir

Biaya parkir mobil Rp 5.000. Sedangkan sepeda motor Rp 2.000.
Tidak ada tiket masuk, alias gratis. (Kalau baca ini, ingat tanggal dan tahunnya ya. Siapa tahu bulan depan atau tahun depan sudah disuruh bayar tiket masuk.)

Note:

Kalau ingin menikmati suasana sepi, ya datang pagi-pagi. Asli, senang banget, serasa tempat ini milik kami. *Eh, maaf ya...milik kita warga Tuban.

Happy traveling dan jangan nyampah!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

8 Komentar untuk "Air Terjun, Bongok, Tuban"

  1. Aku paling suka wisata air terjun krn kebanyakan kan air terjub di tempat tinggi yaa. Dan sejuk pastinya :D. Secara aku ga kuat kena panas mbak. Biasanya tiap lg wisata k daerah2 indonesia, yg aku incer duluan itu air terjunnya.. 2013 lalu kliling jawa, aku puas ngeliatin banyak air terjun :D. Tp kita memang ga singgah di tuban sih. Jd air terjun bongok ini blm aku liat .. catet dulu deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba, jangan lupa kalau jadi kesini kabari aku ya. Thanks.

      Btw semoga pas kesini, fasilitasnya sudah lebih baik lagi.

      Hapus
  2. wiiih tuban ternyata ada air erjun sebagus ini :o
    btw aku suka sekali dengan foto yg kedua dari atas ^^

    BalasHapus
  3. Wah keren banget hunting ke atasnya eh ada sungai pula.

    BalasHapus
  4. Waaa... seru banget Mba..
    aku juga lebih suka wisata alam, sekalian olah raga, dan tentunya.. ehm! lebih murah. wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Murah banget, cuma bayar parkir aja. Nggak tahu kalau nanti sudah dikelola, pastinya pengunjung disuruh bayar ya.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel