Mencuci Tangan, Dulu dan Sekarang




Sebagai seorang ibu, saya ingin anak-anak terbiasa dengan kegiatan mencuci tangan. Nah, saya ingin mengulas kegiatan ini di masa dahulu hingga kini. Ada yang berbeda karena manusia ingin agar kebutuhannya terpenuhi.


Sekilas masa anak-anak

Dulu, untuk cuci tangan saya tidak pernah merasa repot. Ayo ngaku, kita di saat masih anak-anak, sering mencuci tangan atau tidak? Repot amat sih, sebentar-sebentar mesti cuci tangan!

Untuk mencuci tangan ada beberapa cara ajaib. Mungkin ada diantara kita yang pernah mengalami atau melihat seperti ini, dilap dengan baju. Ih, jijik!

Nah, kalau cuci mulut merasa malas biasanya dilap saja dengan lengan baju. Sampai ada yang lengan bajunya nempel noda makanan. Itu adalah lap paling efesien di muka bumi.

Ini cerita cuci tangan kok jadi cuci mulut sih. Tidak apa ya. Please! ini bukan semacam pengakuan dosa, cuma untuk mengenang masa kecil saja. Apalagi masa kanan-kanak saya dulu tidak ditemukan tissue yang melimpah seperti sekarang. Tissue basah maupun cairan pencuci tangan masih belum ada.

Maka berbahagialah anak-anak sekarang dengan berbagai kemudahan dalam mencuci tangan. Berhagialah anak-anak yang telah menghabiskan banyak tissue demi memiliki tangan yang bersih. Hiks..hiks...dan sebagai ibu, semoga tetap bisa mengajarkan untuk mencuci tangan dengan yang bersih dan hemat.

Kembali ke masalah cuci tangan jaman dulu. Mungkin juga ada yang dilap dengan roknya. Yang cewek nih! Ada lagi, setelah makan gorengan, tangan kita pasti licin. Nah, daripada mencari harus berdiri, jalan entah satu dua langkah demi mengambil lap, mending menggosok-gosokkan kedua telapak tangan saja. beres. Tidak licin banget, tapi lumayanlah. Selain digosokkan di tangan, ada yang menggosokkan di kaki. Ih, jijik! Tapi itulah faktanya.

Cuci Tangan Jaman Sekarang

Saya senang ketika saya melihat anak-anak mencuci tangan tanpa dikomando. Saat itulah saya merasa sukses mengajari anak untuk mencuci tangan setelah beraktivitas. Terutama yang mengandung unsur kotor. Selain itu, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan (jika makan menggunakan tangan).

Kesuksesan ini ternyata tidak selamanya menyenangkan. Iya kalau anaknya sih 
senang saja. Tapi saya? Aduh, anak senang kok tidak ikut senang. Let’s me tell you!



Kegiatan mencuci tangan itu kalau dilakukan di rumah entah itu di rumah sendiri, rumah kerabat, teman maupun rumah makan, tidak masalah. Tapi kalau dalam perjalanan. Apalagi jaraknya cukup jauh dan tidak memungkinkan untuk sesegera mungkin mencuci tangan. Masak mau mencuci tangan saat dalam perjalanan sih! Sementara si anak sudah mulai rewel....

Permasalahan seperti bisa diatasi dengan membawa tissue basah, tissue kering dan cairan untuk cuci tangan. Benarkah masalah akan selesai begitu saja?



Ehm...anak-anak itu selalu memiliki tema buat bikin “drama”.

Setelah mencomot satu kue, dia teriak, “Ibu, cuci tangan!” baru satu kue loh. Dan acara makan-makan ini belum selesai.

Oke, saya sodorkan tissue basah. Beres! Lalu gantian, kakaknya yang mencomot kue. Dia cuci tangan dong! ambil tissue basah lagi. Berlanjut dengan kue-kue berikutnya. Kalau begini caranya tissue bakal habis seketika. Masak ambil satu kue cuci tangan, ambil lagi cuci tangan. Dua anak bergantian.

Saya memang biasa menyediakan snack dalam mobil. Sederhana saja, agar anak-anak tinggal ngemil kalau tiba-tiba lapar. Lumayan bukan, buat mengganjal perut selama dalam perjalanan. Selain itu agar mereka senang saja karena snack itu adalah kesukaan mereka.

Lalu saya bilang agar mereka habiskan makannya baru cuci tangan saja. Eh, bukannya setuju tapi malah mengubah wajah ceria mereka menjadi cemberut.

Drama cuci tangan ini ternyata penyebabnya bermacam-macam. Kadang sudah diantisipasi tapi tetap gagal. Contohnya ketika tiba-tiba si anak minta tissue basah karena tangannya lengket. Saya lihat ke belakang (anak-anak duduk di bangku belakang), kok tidak ada aktivitas makan. Lalu kenapa tangannya lengket? Aneh bin ajaib!

Kadang memang tidak perlu lagi dipertanyakan alasan mereka. Hanya masalah sepele yang menurut saya sih tidak perlu harus mencuci tangan. Apalagi sampai nangis. Tidak ada efeknya. Tidak pula mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tissue basah yang saya berikan tidak mempan. “Minta air!” katanya kemudian.

Saya menatap wajahnya. “Tanganku masih lengket,” balasnya.

Oh, jadi tangan lengket itu harus dibersihkan dengan air. Memangnya kita sedang dimana? Ini dalam perjalanan. Mau cuci tangan dimana? Mana mungkin ayahnya mau berhenti gara-gara mau cuci tangan.

Untungnya si anak masih mau menunggu hingga tiba di tujuan. Eh, tujuan kita sih lagi wisata alam. Di parkiran langsung saja dia mengambil botol mineral, lalu menuang ke tangannya. Beres. Tidak ada drama lagi.

Saya hanya melongo memandanginya. Ya, bagaimana lagi, sudah terjadi. Lalu wajahnya kembali cerita. Anggaplah ini sebagai keadaan darurat. Meski sebenarnya di tempat ini ada air.



Pesan moral


  • Anak-anak sekarang lebih konsumtif. Berbagai macam produk saat ini dibuat sedekat mungkin dengan kita. Mau mencari apapun ada. Dekat. Coba saja, mencari tissue, mulai dari warung kecil hingga minimarket. Sambil jalan, anak-anak bisa teriak beli saja di ****mart, dsb.

  • Orang tua tetap aktif menyukseskan gerakan mencuci tangan bersih dan hemat. Jangan bosan dan ragu. mungkin kelihatannya sepele, cuma mencuci tangan, tapi efeknya luar biasa. Dengan mencuci tangan, anak-anak belajar hidup bersih.
^_^ 

Sumber gambar: pixabay



Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Mencuci Tangan, Dulu dan Sekarang"

  1. Untuk pemakaian tisu saya termasuk agak ketat ke anak-anak. Saya tidak membiasakan menggunakan tisu. Di mobil saya selalu menyediakan serbet sebagai pengganti tisu. Tapi untuk urusan cuci tangan, anak-anak memang harus selalu diingatkan....

    BalasHapus
  2. Aku sejak kecil udah kebiasaan mencuci tangan dulu sih kalo masuk rumah, mau makan, abis pegang uang. Bapak orangnya disiplin banget, dan ini sekarang kulakukan pada anak-anak juga :)

    BalasHapus
  3. karena kesehatan berawal dari tangan yang bersih ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Sebagai orang tua kudu rajin mengingatkan ya.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel