Kutu Rambut
Rabu, 09 November 2016
6 Komentar
Assalamualaikum,
moms.
Hari
gini masih ada kutu? Iya kutu! Kutu rambut! Oh tidak! Mana mungkin di jaman
yang sudah maju seperti ini masih ada kutu. Bukankah sudah banyak produk
perawatan rambut? Bukankah anak-anak rutin keramas? Lalu darimana asal kutu dan
telur-telurnya?
Beberapa
bulan ini saya rutin memeriksa rambut anak-anak. Rambut saya juga. Demi menjaga
kebersihan rambut. Demi menghilangkan kutu-kutu rambut.
Awalnya saya melihat rambut si kecil kok banyak kotorannya. Putih, kecil dan tersebar di rambutnya. Karena habis berenang (ikut ekstra renang), saya pikir, kotoran itu berasal dari air kolam yang kotor.
Setelah
selesai berenang selalu saya bawa ke mandi. Tapi mandi disana ya bisa dibilang kurang
bersih. Mandi dengan terburu-buru karena ada yang ngantre. Juga karena di
tempat umum, jadi merasa kurang nyaman saja.
Tiba
di rumah saya melihat sekilas. Ternyata kotoran itu sulit diambil. Sorenya
rambut si kecil saya keramasi. Setelah kering saya lihat lagi.
Karena
saya tak tahan melihat telur kutu (di daerah saya disebut lingso) maka saya segera mengambilnya satu per satu
(metani). Tangan ini rasanya gemes ingin segera menyingkirkannya (njites).
Sambil
garuk-garuk kepala, kedua tangan saya bergerilya. Menyisir seluruh rambutnya.
Bukan hanya sekali, dua kali, tapi berulang kali. Khawatir masih ada
telur-telur kutu yang terselip.
Kutu rambut merupakan parasit yang hidup di kepala manusia. Saat baru menetas ukurannya lebih kecil dari ujung peniti. Setelah dewasa hanya sebesar biji wijen. Kutu rambut hidup dengan cara menghisap darah manusia dari kulit kepala.
Ketika ketemu kutu-kutu rambut, segera saya tunjukkan kepada si anak. Nah, dia saja nggak tahu bentuknya kutu seperti apa. Tapi dia merasakan gatal bahkan sesudah keramas sekalipun.
Ketika ketemu kutu-kutu rambut, segera saya tunjukkan kepada si anak. Nah, dia saja nggak tahu bentuknya kutu seperti apa. Tapi dia merasakan gatal bahkan sesudah keramas sekalipun.
Saya
menemukan bermacam-macam ukuran kutu, mulai dari yang besar hingga yang baru
menetas. Ada sekitar 4, seterusnya mulai berkurang. Sayangnya ini tidak
berlangsung lama. Seminggu kemudian, kutu-kutu itu datang lagi bersama
telur-telurnya. Begitulah seterusnya.
Gemes
banget! Gerilya kutu semakin intensif. Bukan setiap minggu, namun setiap hari. Dengan
begitu kadang saya menemukan tapi lebih sering tidak.
Saya
pikir pasti ada yang tersisa di rambutnya. Kalau tersisa satu lalu beranak
pinak, jadi banyak juga. Saya curiga dengan teman-temannya. Bisa jadi teman
bermain, teman sekolah atau bahkan dari kerabatnya.
Dugaan
saya benar. Tapi saya tak perlu menceritakan asal mula si kutu.
Penularan kutu rambut
Kontak langsung terjadi jika kita berdekatan/bersentuhan langsung dengan penderita kutu rambut.
Bermain.
Jika berdekatan dan bermain bersama teman yang berkutu maka proses penularan
semakin cepat. Dengan mudah si kutu ini meloncat ke rambut temannya. Tak ada
yang tahu. Kecuali rasa gatal yang mengganggu di kepala.
Tidur.
Ketika si anak yang ada kutunya tidur bersama kita, boleh jadi kutu itu ikut
menyerang. Pindah tempat tinggal. Akhirnya satu rumah terjangkit kutu rambut.
Kontak tak langsung terjadi jika ada perantara/benda yang dipakai terkontaminasi kutu rambut.
Misalnya, sisir, helm, topi, sikat rambut, bantal, seprai, handuk, baju yang dipakai bergantian.
Kontak tak langsung terjadi jika ada perantara/benda yang dipakai terkontaminasi kutu rambut.
Misalnya, sisir, helm, topi, sikat rambut, bantal, seprai, handuk, baju yang dipakai bergantian.
Pengobatan kutu rambut
Karena
sudah terjangkiti kutu rambut, maka segera saja dibersihkan. Caranya dengan menggunakan sisir serit (sisir yang rapat). Penyisiran sebaiknya dalam keadaan basah. Semakin cepat semakin
sedikit yang tertular. Semakin cepat semakin nyaman si anak.
Keramas?
Ah, keramas itu tidak menghilangkan kutu rambut. Saya sudah mencobanya. Setiap hari
keramaspun tetap tidak hilang. Telur-telur kutu itu menempel dengan erat di
helaian rambut. Kalau tidak diambil dengan jari-jari kita tidak akan lepas. Kadang
mengambil sekali tak berhasil. Kadang hingga berkali-kali hingga terlepas. Betapa
kuatnya!
Jika
telur-telur kutu dalam kondisi baik ditekan dengan dua kuku kita akan berbunyi “Tis”.
Sedangkan jika sudah tak baik (sudah mati) sama sekali tak berbunyi. Namun tetap
saja, masih menempel dengan kuat.
Ada
yang mengatakan bahwa untuk mengusir kutu bisa dengan kapur semut yang
diusap-usapkan ke rambut. Saya kok kurang setuju ya.
Jika dengan metode sederhana ini tidak berhasil, cobalah menggunakan obat yang bisa dibeli di apotik. Namanya PediTox. Harganya murah, Rp 5.000. Digunakan seminggu sekali. (*maaf saya nggak ngiklan, cuma sharing pengalaman saja)
Jengkel
sekali ketika mengetahui bahwa penularan kutu ini dari teman anak kita. Saya mencoba
berbicara dengan orang tuanya. Saya pikir setiap ibu pastinya akan merawat
dengan baik anak-anaknya. Termasuk yang berhubungan dengan rambut anak. Namun
kalau ada jawaban seperti ini, “Ngapain sih. Lha setiap sudah bersih datang
lagi kutunya.”
Kok
sepertinya pasrah gitu. Saya ingin orang tua ikut sama-sama membersihkan kutu. Bukan
saling menulari. Bukan saling menyalahkan si kutu. “Kok datang lagi sih!”
Saya
juga merasa seperti itu. Rambut anak saya sudah bersih, sudah potong rambut,
sudah keramas. Sudah diobati pula. Terus datang lagi si kutu. Huh, rasanya.....
Meski
sedang gemes, jengkel dan pengen marah, tapi saya tetap memeriksa rambut
anak-anak dan merawatnya. Kalau keramas sendiri mungkin belum bersih. Memang anak-anak harus belajar mengurus dirinya sendiri, tapi rambut tetap saya yang turun tangan hingga benar-benar bersih.
^_^
Sumber bacaan:
Alodokter.com
Sumber bacaan:
Alodokter.com
Pas ke Banyumas, aku lihat ada salon yang promosi bisa menghilangkan kutu rambut mba :)
BalasHapusMba, harusnya salon itu buka cabang di Tuban ya. Aku jadi pelanggannya, bawa anak-anak dan teman-temannya sekalian.
Hapusemang gemes banget sama masalah kutu ini. saya dulu pernah kutuan, asal muasalnya gatau darimana padahal disekolah saya juga bukan yang suka kotor-kotoran. alhasil saya dibully. Masalah kemudian selesai dengan peditox dan rajin creambath :(
BalasHapusjadi pengalaman ya.
Hapuskutu rambut itu memang menjijikan, bikin kepala gatal. peditox, dulu jaman kecil aku pernah pakai itu, hihihihi.. terus kalau keramas sukanya digosok pakai kain yang lembut, jadi kutunya menempel di situ, jadi mudah buat dibuang.
BalasHapusKutu rambut ini benar-benar bandel. Datang dibersihkan lalu datang lagi. Kudu rajin deh.
Hapus