Menelaah Bab 1 Pada 3 Novel
Jumat, 11 November 2016
11 Komentar
Pada bagian ini saya mengambil 3 contoh novel yaitu Kalam-Kalam Langit, Bukan 3 Idiot dan Ayahku (Bukan) Pembohong. Dari bab 1 ini saya akan mengupas keistimewaan masing-masing novel sehingga pembaca betah membaca hingga tuntas.
Kalam-Kalam
Langit
Novel
romance religi
Pipit
Senja
Keistimewaan
Bab 1
Membaca
bab 1 ini, kita seolah diajak untuk melihat gambaran konflik. Ini adalah awal konflik
yang terjadi pada tokoh utama (Jafar).
Ada
cita-cita mulia hendak yang diperjuangkan. Ada kebahagiaan yang terengut dengan
paksa. Ayah Jafar benci dengan lomba. Aneh, memang! Selama ini kita sering
mendapatkan kenyataan bahwa orang tua akan bahagia dengan prestasi
anak-anaknya. Bahkan berjuang mensupport anak-anak untuk mengikuti berbagai
lomba. Namun tidak demikian dengan ayah Jafar.
Prestasi
Jafar dalam menjuarai lomba MTQ tingkat madrasah membuat ayahnya marah. Ada perih
berusaha ditutupi Jafar. Piala itu telah jatuh berkeping-keping. Ada luka yang
mulai menganga.
Nah,
bagaimana dengan pembaca? Adakah yang ingin tahu apa alasan ayah Jafar untuk
membenci lomba? Apakah penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Berbagai pertanyaan
yang muncul di kepala pembaca mulai dibangun di bab 1.
Bukan
Tiga Idiot
Novel
Humor
Boim
Lebon
Keistimewaan
Bab 1
Dalam
bab yang diberi judul Musuh Tapi Teman ini pembaca diajak untuk berkenalan
dengan tiga tokoh utama, yaitu Sudiyanto, Brur dan Fahri. Semuanya adalah ketua
ekskul di di SMA Cigeol Jaya.
Cerita
diawali dengan setting waktu dan tempat. Sabtu siang adalah waktu untuk
mengikuti ekskul. Lokasi digambarkan di lapangan dengan pembagian tempat untuk
masing-masing ekskul yaitu basket, paskibra, pecinta alam, rohis dan teater.
Sesuai
dengan judulnya, sejak awal, ketiga tokoh itu dibuat selucu mungkin. Ketiganya memiliki
sifat yang berbeda yang bisa memunculkan konflik dan humor. Perselisihan dari
hal-hal yang sepele dibuat untuk mengocok perut pembaca.
Konflik
dimulai sejak ketiga tokoh terebut membutuhkan tempat yang nyaman untuk latihan
ekskul masing-masing. Ekskul rohis butuh ketenangan, ekskuk teater butuh
suasana yang ramai untuk latihan suara dan gerak, dan ekskul pecinta alam butuh
sarana dan tempat latihan yang memadai. Semuanya terjadi di tempat yang
berdekatan. Semuanya saling terganggu. Dan semuanya tidak ada yang mau
mengalah.
Konflik
selanjutnya adalah ketika kepala sekolah meminta ketiga anak tersebut untuk
menghadiri pelatihan jurnalistik. Semua anak yang berbeda ide itu terus saja
membuat kekacauan.
Sebelum
mengakhiri bab 1, penulis mengajak pembaca untuk menebak alur ceritanya.
Nah, kalau ada pertanyaan seperti ini, kita merasa wajib membaca terus atau tidak?
Hmm,
gimana kalau diantara mereka tidak ada yang berangkat?
Kecewakah
Pak Was sang kepsek?
Ayahku
(Bukan) Pembohong
Novel
keluarga
Tere
Liye
Keistimewaan
Bab 1
Sejak
membaca judulnya saya dibuat penasaran. Lalu membaca sinopsisnya di bagian
belakang. Saya mengatakan novel keluarga karena memang bercerita tentang Dam,
ayah dan ibu. Kemudian Dam dewasa dan memiliki keluarga kecil. Hubungan
diantara tokoh-tokonya adalah keluarga. Ada romance sebagai bumbu penyedap.
Coba
kita perhatikan awal paragraf pertama:
Aku
berhenti mempercayai cerita-cerita Ayah ketika umurku dua puluh tahun.....
Kalimat
diatas sudah mendukung judul, Ayahku Bukan Pembohong atau Ayahku Pembohong.
Kata di dalam kurung memiliki makna bias. Jadi silakan saja pembaca yang
memberikan penilaian. Bebas!
Sejak
awal penulis sudah menggiring pembaca untuk setuju dengannya, Ayahku pembohong!
Oke, apakah sebagai pembaca kita akan setuju begitu saja? Lalu semuanya akan
beres!
Katakanlah
dalam dunia nyata, apakah kita akan memperlakukan ayah kita seperti tokoh Dam? Membuat
penilaian buruk? Mengajak berkonflik?
Dalam
bab yang cukup singkat ini, hanya tiga halaman, sudah cukup kuat karakter si
Dam, kebenciannya terhadap ayah, dan cita-citanya dalam membesarkan kedua
anaknya.
Dam
adalah kepala keluarga. Namun disisi lain, dia adalah seorang anak yang tak
sejalan dengan cara ayahnya dalam membesarkan anak-anak. dia tinggal bersama ayah
dengan segala permasalahannya. Rasa hormat mulai luntur sejak ayah selalu
mencekoki anak-anaknya dengan dongeng-dongeng palsu.
Secara
keseluruhan, bab 1 merupakan pengenalan tokoh dengan segala konflik yang akan dihadapinya
di bab selanjutnya. Akankah si tokoh utama ini berhasil menyelesaikan
masalahnya dengan akhir yang bahagia, lega dan damai atau sebaliknya, menyerah.
#blogtobook
^_^
Hai mba, terkadang Bab 1 menentukan juga ya kita akan melanjutkan membaca hingga selesai atau tidak :)
BalasHapusNice sharing mba
Bener mba Al.
HapusBener Pak Benny, Mbak. Kayaknya kalau novelnya sampean diarahin jadi kayak yang buku pertama dan ke tiga di artikel review ini kayaknya bagus dan menarik.
BalasHapusSemoga.
HapusMudah-mudahan bab 1 kita mampu menyedot pembaca untuk terus dan terus membaca bab-bab selanjutnya.
BalasHapusAamiin.
Hapusdari review bab 1 nya saja sudah menarik, bab-bab berikutnya pasti lebih menari, jadi penasaran nih :)
BalasHapusIya.
HapusKadang juga ada yang bab 1 nya oke kesininya krik2 mba sukses bikin pembaca penasaran dan pengen beli :p
BalasHapusPenulisnya sukses memaksa kita untuk membaca.
HapusIya untuk pengajuan naskah pun yg paling dinilai bab 1 nya dulu ya :D
BalasHapus