Sepotong Sore Bersama Anak-Anak





(Adv) Di suatu sore, ketika sedang blusukan ke desa Semanding, saya melihat anak-anak desa yang asyik bermain gasing. Ya, gasing! Masih ingat? Atau ada anak kita yang suka mainan ini?


Nah, daripada ribut tentang gasing dan pusing mau bermain dimana. Eh, di daerah perumahan kan jarang ada tanah kosong yang luas dan rata dan nyaman dan...aduh kok banyak dan ini itu sih! Bilang saja kalau sulit mencari tempat buat mainan ini. Dan bilang saja kalau tidak mempunyai gasing!

Padahal, bermain itu banyak banget manfaatnya buat anak-anak. Bermain bersama teman-temannya melatih rasa kepeduliannya, belajar bersosialisasi dan menyehatkan. Bermain bisa dikatakan berolah raga juga. Anak-anak bergerak secara aktif.

Ketika si kecil meminta ijin bermain sepeda, saya setuju saja.  Bolak-balik saja di jalanan depan rumah. Jalananya lurus dan berpaving. Meski tidak rata tapi aman kok. Tidak perlu jauh-jauh nanti saya susah mencarinya. Sambil bermain sepeda saya mengawasinya di teras.

Wah, saya tidak ada temannya dong. Saya ambil buku bacaan saja. Sambil duduk santai melihat anak saya dan anak-anak tetangga yang berlarian saling kejar.

Anak-anak bahagia sekali saat bersepeda. Dari cuma saling panggil temannya sampai teriak dan tertawa. Setelah itu sepeda ditaruh begitu saja di tengah jalan. Aduh, nanti kalau ada motor atau mobil lewat gimana? Saya bagian kasih perintah saja. Supaya anak-anak lebih hati-hati bermainnya.

Setelah itu mereka bermain tanah dan batu. Pemainan apa lagi ya? Bosan main lanjut berkejaran bersama teman-temannya. Lalu bersepeda lagi. Ternyata anak-anak kuat juga.

Sayangnya ada intermezzo, “Huuaaaa....hua...huaaa.”  Rupanya ada suara nyaring ini terdengar dari arah selatan rumah.

“Sepertinya ada yang menangis,” saya bergegas bangkit dan menengok keluar pagar. “Benar dugaan saya.”

Anak saya yang menangis! Saya mendekatinya. Dua temannya memandang sebentar. “Bukan aku!” teriak salah seorang anak lalu segera menyingkir.

Hahaha...anak kecil juga memiliki perasaan. Mereka takut disalahkan saya. Padahal saya ingin menolong si kecil. Saya tidak tahu kejadiannya. Saya tidak perlu mencari kesalahan siapapun. Bukankah anak-anak seperti ini: bermain, berantem, bermain lagi. Lupa dengan kejadian yang barusan.

Sebagai orang tua, saya tidak perlu terlalu mencampuri kasus seperti ini. Tidak perlu juga sakit hati dengan teman-temannya. Mereka hanya marah sebentar. Percayalah setelah itu hubungan pertemanan akan baik-baik saja. Anak-anak masih dalam proses belajar berteman. Kita arahkan saja. Kalau ada yang berantem ya dilerai dan ajak baikan lagi.

“Wah, adik keringatan. Kalau nangis terus, bisa bau kecut dong!” Saya berusaha menghiburnya.

Dia tetap menangis. Beberapa saat kemudian dia bercerita bahwa ketika bersepeda dia ditabrak temannya hingga jatuh. Celananya koyak. Bajunya kotor terkena tanah. Ada  luka di kakinya. Tapi tak banyak.

Saya segera mengambil daun yodium yang ada di samping rumah. Getahnya yang bening bermanfaat untuk mengobati luka. Tapi ingat, luka sebaiknya dibersihkan dulu. Butuh waktu agak lama agar anak saya bersedia dibersihkan lukanya dengan air. Harusnya dengan cairan pembersih luka ya. Tapi di rumah sedang tidak ada persediaan. Paling gampang dengan kapas yang dibasahi air.

Baru satu olesan, si anak sudah berteriak, “Sakit..sakit...hu...hu...hu...” Kakinya ditarik. Tapi saya katakan bahwa kakinya harus bersih agar tidak ada kuman yang masuk lewat luka. Dia menggeleng. Ya sudahlah, sekarang giliran diobati dengan getah yodium.



Karena teman-temannya sudah bubar, saya ajak si anak membaca buku. Dia masih menangis sesenggukan, jadi saya yang mesti membacakan buku. Dilihatnya luka itu dan tidak kunjung sembuh. Jelas dong, lukanya masih baru.

Saya tunggu hingga beberapa saat hingga perasaannya tenang. Dia menyodorkan sebuah buku anak. Sambil duduk manja dia mendengarkan suara yang merdu. (jangan dibully ya)

Sore-sore bagini paling asyik kalau dihabiskan bersama anak-anak. Jika sudah terbiasa dengan jadwal bermain, belajar, mengaji, dsb, mereka akan mengerti kok. Dengan pembagian waktu seperti ini saya harap anak-anak belajar mengenal waktu dan berdisiplin.

Dua paragraf saya bacakan, eh tiba-tiba dia mau makan kue. Setelah itu lanjut lagi tapi kok terdengar suara yang mengganggu dari meteran listrik. "Tit..tit..tit..." Kode keras! Sekarang waktunya membeli token listrik. Ada pilihannya mulai harga Rp 20.000 hingga Rp 1.000.000. Ayo ah, diisi dulu agar acara bersama keluarga lancar jaya.

Nah, berhubung si kecil sudah tenang, saya mau bayar listrik dulu. Sambil melihat anak-anak di teras rumah, saya membuka aplikasi Tokopedia. Tuh, dia mau bermain dengan kakaknya. Wajahnya sudah ceria melihat kakaknya mewarnai robot!

Oh ya, jika teman-teman ingin membayar tagihan listrik PLN, pakai yang online saja. Tanpa antre dan ribet. Yang gampang seperti ini pastinya hemat waktu dan tenaga, plus tidak mengganggu aktivitas kita. Bisa dimana saja, kapan saja. Bisa dari laptop dan smartphone kita. Yuk, bayar tagihan PLN online! Tahu kan caranya? Ayo, cuss kesini! Sekalian belanja ke Tokopedia saja, banyak diskonnya!



Selamat beraktivitas ya, teman-teman!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

9 Komentar untuk "Sepotong Sore Bersama Anak-Anak"

  1. Iya jaman anak2 dulu kalau abis bertengkar paginya, eh sprenya dah baikan. Emang ortu gk perlu ikut campur haatirnya jd sensitif hehe TFS mbk :D

    BalasHapus
  2. Ga khawatir kalau tengah malam kehabisan token listrik ya. Bisa beli online :-)

    BalasHapus
  3. Tokopedia emang suka banyak diskonnya.

    BalasHapus
  4. Ternyata bisa ya mbak bayar tagihan listrik PLN dengan cara online, baru tau aku. Makasih sharenya mbak ;))

    BalasHapus
  5. Sekarang semakin mudah ya Mba, beli token buat listrik bisa online. Jadi ga pusing nyari konter yang terima beli token pulsa listrik.

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel