Watu Ondo, Tuban




Assalamualaikum teman-teman,

Adakah yang pernah mendengar Watu Ondo? Sebagai penduduk asli Tuban, saya kurang familiar. Aduh, selama ini kemana saja sih?

Ops, saya tidak pernah blusukan ke desa-desa disekitar Tuban. Paling yang terdekat, Semanding. Tidak sampai pelosok. Itupun jaman dahulu kala. Ketika saya masih suka bersepeda bersama teman. Tapi jarang banget.

Apa sih Watu Ondo?



Watu Ondo berasal dari kata bahasa Jawa, watu yang artinya batu dan ondo artinya tangga. Kok batu dan tangga sih? Memangnya disana ada batu dan tangga atau batunya bertangga atau tangga berbatu atau ada apanya. Pusing deh!

Lebih baik menuju ke tempatnya saja daripada dirundung rasa penasaran tak bertepi. Mari kita simak rute menuju Watu Ondo.

Rute


Watu Ondo ini terletak di dusun Bogor, desa Bektiharjo, kecamatan Semanding kabupaten Tuban. Sekitar 13 km dari kota Tuban. Ini kalau lewat jl. Hayam Wuruk terus ke Semanding arah Bektiharjo.

Untuk menuju lokasi ini disa dikatakan mudah jika memang sudah tahu jalannya. Sebaliknya sulit, jika belum pernah. Tapi sekarang kesulitan itu bisa diatasi dengan google map. Tidak semuanya sih, karena saya pernah tersesat gara-gara mengandalkan ini.



Lewat jalan menuju Bektiharjo, Semanding. Setelah melihat ada papan ini (sebelum masuk ke pemandian Bektiharjo) silakan saja belok kiri, jalan menuju Grabagan. Mohon abaikan saja gambarnya. Yang penting hanya tulisan bagian bawah. Bila membawa kendaraan pribadi sebaiknya lewat jalan ini saja. Jalannya beraspal halus dan lebar. Setelah mendekati Watu Ondo jalannya sempit.



Sebelum pemandingan Bektiharjo, belok kiri. Yang ini masuk ke jalan (ada gapuranya) di depan pabrik es batu. Disini jalannya berliku, menanjak dan sempit. Tidak ada petunjuknya kecuali di daerah bebatuan karang. Jika kesulitan bisa bertanya warga setempat.



Buat yang membawa kendaraan pribadi harap berhati-hati dan bersabar karena jalannya hanya bisa dilewati satu mobil. Jika berpapasan dengan truk atau mobil harus ada yang bersedia mengalah dengan menepi agar salah satu bisa terus jalan

Sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan batu-batu karang dan pegunungan kapur yang berlubang-lubang. Boleh jadi bangunan rumah kita menggunakan bahan dari sini.




Macam-macam Watu Ondo


Jika sudah tiba di pertigaan ini artinya lokasi yang dituju sudah semakin dekat. Tapi tetap tidak ada petunjuknya. Hingga di depan lokasinya pun tidak ada. Kalau ragu sebaiknya bertanya saja kepada warga sini.

Ada yang mengatakan Watu Ondo ada 4 dan 3. Saya pilih dua saja. Karena dua  Watu Ondo ini yang berhasil saya kunjungi bersama keluarga.


  1. Watu Ondo Endhek (rendah)
  2. Watu Ondo Dhuwur (tinggi)




Mulai dari yang rendah dulu ya. Mengapa disebut rendah karena kita pasti bisa menuruni dan menaiki tangga dengan mudah. Saya sendiri bingung ketika sudah tiba di lokasi ini. Apa sih yang dilihat? Apa yang bisa dilakukan disini? Bisakah berburu foto-foto cantik? Apa sama seperti gambar-gambar di internet?
Saya bahkan perlu meyakinkan diri bahwa sudah tiba di tempat yang dituju. Seorang warga hanya berkata bahwa tempatnya ada di belakang kebun.

Hah? Di belakang kebun orang? Jangan heran kalau disini tidak ada tempat parkir. Saya sempat meminta ijin untuk parkir di depan rumah warga. Lha dimana lagi kalau bukan disini? Kalau membawa motor sih lebih gampang. Motornya bisa dimasukkan di depan mulut tangga atau disekitar kebun orang.



Di kanan kiri jalan kecil menuju tangga ini ada kebun jangung dan jati. Di daerah ini memang tidak ada sawah. Sebagian besar mengandalkan tanaman jagung untuk mengisi ladang-ladang.



Watu Ondo mengajak kita untuk menikmati dataran tinggi dan rendah sekaligus. Buat yang biasa tinggal di kota, pemandangan seperti ini amat langka. Deretan pegunungan, bukit dan ladang terlihat kecil. Gugusan awan seolah memberi warna baru.



Angin sepoi-sepoi menyapa setiap orang yang menghabiskan waktu santai disini. Ada beberapa anak muda yang duduk-duduk santai disekitar jurang. Capek setelah menuruni dan menaiki tangga.

Tempat ini tergolong terpencil, jauh dari hiruk pikuk kota. Pengunjung yang saya temui tidak sampai sepuluh orang. Itupun tidak ada anak kecil. Sebagian besar adalah pemuda. Mungkin yang hobi berpetualang suka dengan tempat ini. Blusukan di desa-desa terpencil. Disini beberapa rumah berdekatan. Lebih ramai daripada Watu Ondo dhuwur.

Jadi andaikan ada lebih banyak waktu mungkin asyik juga buat bersantai. Sambil minum teh misalnya. Asal tidak diusir warga saja.

Saya berjumpa dengan warga setempat naik turun tangga demi mengurus kebun mereka. Perjalanan yang sangat biasa. Juga pemandangan ladang yang biasa dilihatnya sehari-hari. Sambil membawa karung dipunggungnya menaiki tangga menuju rumah.

Seorang lelaki keluar dari mulut tangga, lalu berteriak lantang, “Awas, tangganya curam!”

Saya kaget. Saya melihat si kecil yang berlarian menuju tangga tiba-tiba berhenti. Saya sadar mengajak anak-anak harusnya memberikan perhatian esktra. Jangan sampai lengah sedikitpun. Kalau bisa digandeng saja. Sementara suami masih sibuk mencari foto dan anak-anak ingin segera kabur saja. Saya juga ingin mengabadikan momen disini. Tapi...anak saya kabur lagi kan! Trus, fotonya jadi tidak fokus!



Saya mulai menuruni tangga (tangga terbuat dari campuran semen, batu, dsb). Ternyata tidak terlalu curam. Mungkin karena saya pernah menaiki tangga yang parah banget. Jadi yang ini masih dalam taraf yang biasa. Tidak banyak perjuangan untuk tiba di bawahnya.



Ketika menuruni dan menaiki tangga ini rasanya seperti berada di depan mulut gua. Seperti lorong sempit yang diapit oleh dua batu karang super besar. Saya berada di tengah-tengahnya dan memandang takjub batu yang menjulang seolah dibelah.

Pemandangan di bawah tangga ini  adalah ladang-ladang milik warga setempat. Tanah tandus berwarna merah dan batu-batu karang yang dibiarkan saja. Banyak semak belukar hingga mirip hutan.



Watu Ondo Dhuwur

Anak-anak mulai ragu melanjutkan perjalanan berikutnya. Ketiga anak sedang menahan pipis. Eeaa...akhirnya saya memutuskan untuk berhenti di mushola terdekat.

Pemandangan yang menyejukkan sore itu adalah melihat anak-anak desa yang berangkat mengaji di hari Minggu. Setahu saya di hari ini TPQ banyak yang libur. Tapi tidak bagi warga disini. Anak-anak tetap semangat. Ada yang diantarkan ibunya ada yang bersepeda sendiri.

Setelah selesai ke kamar mandi, perjalanan dilanjutkan ke Watu Ondo dhuwur. Tanggung ah, sudah tiba disini, pengen sekalian saja ke Watu ondo Dhuwur.  Ada petunjuk cuma satu, di pertigaan Watu Ondo dhuwur dan endhek. Selanjutnya adalah mencari sendiri. Saya pikir dekat. Lha, yang disana sudah ditemukan, pastinya dekat-dekat sini saja.

Berdasarkan informasi dari seorang anak TPQ, letaknya dekat rumahnya yang tingkat dan belum jadi. Katanya pemandangan disana lebih bagus. Maka dengan semangat membara, kami mencari tempat ini dan sukses tersesat. Kebablasan.



Terpaksa saya turun dari mobil dan bertanya kepada warga setempat. Letaknya di belakang warung. Ah, warung, setahu saya tidak terlihat warung disekitar sini. Bayangan saya, warung itu yang menjual sembako atau makanan ringan. Dari luar (jalan) terlihat banyak dagangannya.

Faktanya bahwa warung yang dimaksud adalah warung kecil yang jadi satu dengan rumah pemiliknya. Saya mampir sebentar sambil menitipkan mobil. Maksud hati pengen mengambil gambar warungnya agar gampang menemukannya lagi, eh anak-anak sudah lari-lari.

Lagi-lagi memang tidak ada tempat parkir. Kalau ditaruh dijalan pasti susah buat simpangan dengan kendaraan lain. Hanya ada satu cara yaitu parkir di halaman warga ini. Alhamdulillah orangnya tidak keberatan.

Jalan menuju ke watu Ondo Dhuwur berbatu. Tapi tenang teman, yang penting sudah ada jalannya, sekitar 200 m. Ada sedikit sisa paving. Mungkin dulunya berpaving rapi dan sekarang sudah rusak.

Di kanan kiri jalan terdapat pohon srikaya dan kebun warga. Tanah disini didominasi oleh bebatuan. Di sela-sela batu-batu karang ditanami jagung dan cabe. Ada juga pisang. Sayangnya ketika kami datang kesini tanaman jagungnya masih kecil. Tidak sesuai ekspektasi kalau didesa itu ijo royo-royo.



Semilir angin langsung menyapa. Langkah-langkah penasaran segera berlari menuju bibir jurang. Eh beneran yang dimaksud dengan Watu Ondo dhuwur karena disini adalah dataran tinggi yang langsung berbatasan dengan jurang. Bibir jurang adalah bebatuan karang yang keras. Lalu di salah satu tebingnya ada tangga. Tangga inilah yang menghubungkan dengan ladang warga (dusun) di bawahnya.




Nah, di Watu Ondo Dhuwur inilah ada tangga kayu kira-kira berukuran 10 m yang menempel dengan kokoh di sisi tebing. Suami mencoba menuruni tangga ini. Setelah merasa aman, disusul anak saya. Sementara si kecil tak bisa diam. Dia juga ingin menuruni tangga seperti kakaknya. Namun kami melarangnya. Ini sangat berbahaya buat anak kecil. Karena posisi tangga ini tegak lurus ke bawah.




Entah sejak kapan ada tangga disini. Tangga ini adalah penanda Watu Ondo. Cukup unik ketika melihat lalu lintas warga yang memanfaatkan tangga. Mungkin inilah jalan pintas yang mudah bagi warga setempat. 



Tuh, anak-anak yang duduk-duduk di bibir jurang. Santai banget ya! Memandang ke bawah, sambil melamun atau memikirkan sesuatu. Sesekali berteriak kepada warga dibawahnya. Ehm...hati-hati mas! 

Ada juga mbak-mbak yang duduk-duduk di dekat tandon air warna biru. Katanya mereka sudah selesai melihat pemandangan disini dan bersiap pulang. Bagaimanapun saya juga merasa sedikit ngeri melihat kebawah. Lebih memilih duduk di batu saja atau mengikuti anak-anak. Pilih yang aman. 

Dari tempat ini saya bisa melihat warga yang sedang mengurus ladang mereka sambil membawa bekal makanan yang dinikmati di ladang. Sebuah kehidupan yang damai dan sangat kontras dengan perkotaan.



Watu Ondo bukan tempat wisata keluarga


Kalau kita membuka internet dan melakukan pencarian tempat wisata di Tuban, pasti muncul Watu Ondo. Tapi benarkah Watu Ondo ini tempat wisata?
  • Watu Ondo bukan tempat wisata keluarga karena letaknya sama sekali tidak strategis alias sulit dijangkau. Tidak ada petunjuk yang memadai.
  • Terletak di belakang kebun warga membuat pengunjung kesulitan parkir. Ketika saya parkir didepan rumah warga (paling ujung) dan ada mobil lagi dibelakangnya pastinya kesulitan untuk keluar. Untungnya si pemilik mobil belum pergi. Jadi bisa mengeluarkan mobilnya.
  • Tidak ada fasilitas umum apapun disini. Pastikan BAB dan BAK, juga membawa snack dan minuman. Yang ada tandon air di Watu Ondo dhuwur.
  • Berbahaya. Buat yang suka mencari foto-foto ekstrem, inilah salah satu tempatnya. Di bibir jurang, diatas batu atau...bisa pilih sendiri. Tapi selalu ingat keselamatan diri.
  • Karena di sekitar Watu Ondo adalah kebun warga maka harus hati-hati ketika berjalan. Jangan sampai menginjak tanaman jagung. Seperti pengalaman saya, seorang warga marah ketika suami dan anak-anak sedang foto-foto diatas batu karang yang gedhe. Si warga ini khawatir jika tanaman jagungnya rusak diinjak orang-orang yang hendak melihat Watu Ondo. 

Well, kalau menurut teman-teman, Watu Ondo itu tempat wisata atau tidak?

Happy traveling dan jangan nyampah!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

8 Komentar untuk "Watu Ondo, Tuban"

  1. Kayaknya lokasi ini pernah jadi syuting Si Bolang ya, Mbak? Yang ada tangga atasnya itu lho kayaknya aku pernah lihat. Hehehe.

    BalasHapus
  2. Namanya lucu, saya kira apa..

    Btw spot fotonya kece2 :))

    BalasHapus
  3. Namanya pakai bahasa Jawa mba.

    Makasih.

    BalasHapus
  4. Padahal bapakku asli Tuban. Tapi baru tahu ada tenpat wisata alam kaya gini. Kalau berkunjung ke Tuban, kudu mampir ke sana. :)

    BalasHapus
  5. Bener-bener wisata alam dan butuh perjuangan buat bisa sampai ya mbak :D

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel