Mengenal Kampung Batik Lasem




“Jauh-jauh ke Lasem untuk mencari foto-foto proses membatik? Bukannya di daerah kita juga banyak? Bukannya kamu bisa tanya sama pengrajinnya?” Ugh..suami saya protes.


Tapi saya teguh dengan pendiriaan. Saya yakin bisa mendapatkan sisi lain dari Kampung Batik disini. Akhirnya suami saya mengalah dengan mengantarkan saya ke showroom batik dan pengrajinnya. Sekaligus minta tolong untuk membantu memotret. 

Beberapa tahun terakhir ini saya sering berurusan dengan batik. Jadi sebelum saya berkunjung ke kampung Batik Lasem, saya sudah mengenal batik Lasem. Hanya sekedar mengenal dari pameran UKM di kota Tuban. Saya belum hafal nama-nama merk batik dari Lasem, meskipun saya menyimpan beberapa kartu nama. Karena yang saya jumpai selama pameran selalu berbeda-beda orang. Tapi tetap dengan motif yang serupa, yang perlahan bisa saya kenali.

Saya senang bisa mengenal batik nusantara. Semuanya istimewa. Semuanya bagus. Semuanya hasil karya seni terbaik para pengrajin yang perlu kita dukung. Impian saya semoga bisa berkunjung ke kampung-kampung batik di daerah lain. Mengenal lebih banyak lagi keindahan batik-batik nusantara.

Perjalanan menuju kampung batik Lasem ini cukup mudah. Karena di pinggir jalan ada gapura dengan latar batik yang bertuliskan Kampung Batik. Yang perlu diperhatikan jika mengendarai kendaraan sendiri adalah jalan pelan-pelan supaya tidak kebablasan. 

Memasuki kampung ini, kita bisa melihat banyak bangunan kuno yang ditempati warga. Selain tentunya showroom batik yang papan namanya berdiri di tepi jalan. Ops, jangan kaget jika jalan disini terlalu sempit untuk kendaraan roda empat. Jika berpapasan dengan kendaraan lain, salah satu harus menepi untuk memberi jalan.



Di kampung ini saya berkunjung ke showroom batik Sumber Rejeki yang merupakan mitra binaan dari BNI. Selain kain batik, ada juga baju dan tas berbahan dasar batik. Produk batik disini sudah sering dipamerkan ke luar kota loh!  Pemasarannya sudah menjangkau beberapa kota besar di Jawa. 

Sebenarnya masih banyak lagi pengrajin batik di kampung ini. Masuk ke dalam kampung, akan menjumpai beberapa rumah warga yang sekaligus menjadi showroom batik. Tapi saya ambil yang gampang jujugannya. Bahkan buat orang yang baru pertama kali datang sekalipun mudah menemukannya. Letaknya dibelakang gapura Kampung Batik

Ketika saya datang dua karyawan disini masih sibuk menyiapkan setumpuk pesanan kain. Lalu si mbak menyapa saya. Nah, karena saya baru pertama kali kesini, wajar dong kalau agak bingung mau pilih yang mana. Kalau ada pertanyaan seperti ini, "Mau cari kain apa?" Bagaimana saya menjawabnya. 

Selama ini saya lebih suka melihat-lihat dulu kain yang dipajang. Kalau ada yang cocok maka saya segera bertanya harganya. Ehm...tapi kain setumpuk ini biarpun saya tanya tetap tidak mudheng. Saya butuh waktu untuk mengingat nama-nama motif batik.

Akhirnya si mbak mengerti juga kegalauan saya. Mulailah dia menerangkan dagangan. Dimulai dari harga terendah, si mbak menunjukkan beberapa lembar kain. Saya lihat-lihat sebentar. Selanjutnya, digelar kain dengan harga diatasnya dan diatasnya lagi. Dipilih-pilih deh. Makin banyak yang digelar saya makin puyeng

Si mbak pelayannya cukup telaten menjawab pertanyaan saya. Seperti ketika saya bertanya apakah disini merupakan perkampungan orang-orang China? Ternyata memang demikian. Awalnya batik Lasem dibuat oleh orang-orang Cina saja.  Tapi saat ini batik Lasem berkembang pesat. Orang-orang pribumi menekuni batik Lasem.

Setelah memilih kain batik tulis ini saya meminta si mbak mengantar ke tempat membatik. Jaraknya tidak jauh. 



Salah satu karyawan menjadi guide. Menurut pengakuannya, ada ratusan karyawan yang ikut bekerja disini. Jadi sistemnya ada yang membatik disini dan ada yang hanya menyetor batik yang sudah jadi.

Sebelum membatik, disiapkan dulu alat dan bahannya. Pada dasarnya sama saja alat maupun bahan yang digunakan disini maupun di tempat lain. Apa saja? Yuk disimak!

Kain (katun, sutra, dobby, dsb)
Canting (untuk membuat motif batik)
Gawangan (tempat untuk menaruh kain yang akan dibatik)
Lilin (malam)
Wajan kecil dan kompor kecil untuk memanaskan



Nah, berhubung saya berada di tempat pembuatan batiknya, maka saya bisa melihat semua proses membatik, mulai dari membuat pola hingga pencelupan, pelunturan malam. Kain mori yang sudah digambar dengan malam (dibatik) lalu ditembok (ditutup dengan lilin). Proses ini menembok bertujuan untuk menutupi bagian-bagian kain yang tidak boleh terkena warna dasar. Selanjutnya kain diwarnai. Untuk melunturkan malam (ditembok tadi), kain dimasukkan ke dalam air panas. Lalu dibilas dan diangin-anginkan. Pekerjaan terakhir ini dilakukan oleh laki-laki. Katanya sih karena proses ini membutuhkan tenaga esktra kuat. Jadi buat para laki-laki saja.



Proses membatik ini ternyata begitu njlimet alias rumit ya. Penuh kesabaran, ketelitian, kreatifitas dan kerja keras. Kalau ada yang terlewat dari proses diatas, maka diteliti, apa yang perlu ditambahi lagi. Namanya juga manusia. Kadang ada yang lupa belum dibelum diwarna. Kain kembali lagi. Begitulah hingga kain layak dijual. Dan wajah-wajah mereka terlihat bahagia dengan pekerjaan yang sudah dijalaninya selama bertahun-tahun.  



Proses membatik ini membutuhkan beberapa orang. Jadi para pembatik ini memiliki spesialisasi sendiri-sendiri. Ada yang bagian membatik, ya tugasnya membatik saja. Satu kain yang sudah selesai dibatik akan dilanjutkan ke bagian lainnya, begitu seterusnya sehingga kain selesai dan siap dipasarkan.



Setiap batik selalu mempunyai ciri khas yang unik. Buat para pecinta batik, kekhasan inilah yang memudahkan kita untuk mengenali daerah asal batik. Ada motif-motif tertentu yang menjadi standar suatu batik. Jadi kalau batik Lasem itu cirinya ada burungnya, ada sulur-sulur, dsb. Demikian juga dengan batik dari daerah lain. Dan itu dipengaruhi juga oleh budaya dan kondisi masyarakat setempat.

Batik Lasem ini kental dengan pengaruh dari Cina seperti motif burung Hong dan naga. Kalau saya perhatikan ada kemiripan dengan batik gedog Tuban. Dalam hal motif ya. Sedangkan untuk motif lokal, seperti sekar jagad, gringsing, gunungan, dsb. Untuk memudahkan mengingat, kalau motif sulur-sulur tanaman, gunung, kembang adalah motif lokal. Beginilah kalau tidak hafal motif. Tadi si mbak ngomong apa, kalau tidak dicatat jadi lupa. Bisa googling atau bertanya kepada pengrajinnya ya!

Menurut saya, pewarnaan batik Lasem ini lebih kalem daripada batik gedog. Saya sengaja membuat perbandingan dengan batik gedog Tuban yang lebih dahulu saya kenal. Pada batik Lasem, ada warna-warna feminine seperti pink, hijau muda, ungu, yang cocok banget untuk kaum wanita. Sedangkan warna-warna yang tegas biasanya lebih disukai oleh kaum pria. Untuk motif, sepanjang pengetahuan saya, motif ini saling mempengaruhi. Motif lawasan yang dulunya dipakai oleh para priyayi juga diproduksi disini. Sekarang ini siapapun bisa memakai semua motif batik, tidak peduli dengan status sosialnya.  

Untuk batik lawasan, stocknya tidak banyak. Ini dikarenakan proses pembuatannya yang memakan waktu cukup lama hingga mengakibatkan harga jual yang mahal.

Mengapa harga batik tulis mahal?


  1. Proses pembuatan batik tulis dengan motif yang lebih rumit, macam-macam pewarnaan membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk mewarnai kain harus satu per satu. Bergantian. Dan itu butuh waktu dan kesabaran. Termasuk motif yang langka atau diluar pakem. Ini menjadikan batik ekslusif (tidak pasaran). Tidak dijual dalam jumlah besar.
  2. Kain yang digunakan. Harga jual batik tulis dengan bahan kain prima dan primis berbeda. Yang paling murah adalah kain prima. Sedangkan kain sifon, sutra tentu lebih mahal lagi.

Jika kita mengetahui secara langsung proses pembuatan batik tulis ini, pastinya kita tidak tega untuk menawar secara sadis. Bayangkan jika untuk membuat selembar kain saja dibutuhkan waktu sekitar tiga minggu, atau untuk batik lawasan yang butuh sekitar enam bulan! Selama itu hanya untuk selembar kain! Ehm...bukan berarti seorang pengrajin harus menunggu selama itu. Tidak! Pengrajinnya masih bisa mengerjakan kain lain. Tapi waktu yang dibutuhkan oleh selembar kain tidak sebanding dengan tenaga dan pikiran yang tercurah para pengrajinnya.

Selain di Kampung batik ini, kita bisa menjumpai showroom Pusaka Beruang yang sudah lama berkecimpung di dunia perbatikan. Showroom batik yang terletak di Jalan Jatirogo no. 34 Lasem ini menjual bermacam-macam kain batik Lasem dengan harga bervariasi. Semakin rumit motif dan banyaknya warna semakin mahal harganya.  



Well, tidak mudah untuk membuat keputusan di depan kain-kain cantik ini. Batiknya halus. Garis-garis motif maupun isian membuat rangkaian yang selaras, indah dan khas. Semuanya ditulis dengan teliti dan rapi. Pewarnaan yang rata. Kalaupun ada beberapa bagian yang agak tebal ataupun tidak, saya rasa masih wajar. Karena ini adalah batik tulis, maka tidak ada yang benar-benar sama persis. Oh ya, yang saya suka dari kain batik seperti ini adalah tidak ada bekas malam yang tertinggal di kain. Bersih dan halus karena beberapa kali dicuci. 

Yang khas dari batik tulis adalah aroma lilin (malam). Meski sudah berkali-kali dicuci tetap tercium aromanya. Semakin bersih semakin mahal harganya. Semakin penuh isian (baik yang berupa garis maupun titik) sebuah kain, semakin mahal harganya. Semakin langka sebuah motif semakin mahal pula harganya. Seperti ketika saya bertanya harga selembar kain batik dengan motif dewa berwarna kuning keemasan dengan warna dasar hitam. Harganya... satu juta keatas. Wow!

Saya datang terlalu pagi, pintunya saja baru buka separo. Semua karyawan masih sibuk mengemas batik. Yang lainnya baru datang. Untuk bertanya harga lebih baik dengan pemiliknya langsung. Karyawan belum tentu hafal dengan harga kain batik.



So, bagaimana dengan teman-teman Mari kita dukung dan lestarikan batik sebagai warisan budaya kita! Minimal batik yang ada di daerah masing-masing.  

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

8 Komentar untuk "Mengenal Kampung Batik Lasem"

  1. Aku pernah juga mbak lihat proses mbatik...butuh ketlatenan tinggi... Lamaaaa..

    Di bantul, malah ada mbatiknya diatas kayu..cakep juga mbak hasil akhirnya

    BalasHapus
  2. selalu suka dgn batik tulis... aku cendrung lbh suka batik tulis yg warnanya cerah2 mbak :) jd bisa dibuat baju yg lbh modern juga, dan lbh modern :).. buatku ya, kalopun mungkin budget kita terbatas, tp setidaknya ada 1 aja batik tulis yg kita punya :).. jgn semuanya batik cap

    BalasHapus
  3. Memang mahal, tapi justru bagus kualitasnya. ^_^

    BalasHapus
  4. Dengan melihat proses pembuatannya langsung, jadi paham ya untuk nggak menawar secara sadis. Kagum dengan warga Tionghoa di sana yang ikut melestarikan batik, malah jadi inspirasi warga sekitar yang lain ya untuk ikut berkreasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba bagus2 batiknya. Pengen borong...trus lihat dompet....

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel