Kapan Traveling?





Saya yakin setiap keluarga memiliki prioritas sendiri dalam memposisikan traveling. Bisa jadi traveling ini menjadi kebutuhan nomor ke sekian. Tak penting dan tak perlu. Bisa jadi sebaliknya.


Bagaimana dengan keluarga saya?

Di awal-awal pernikahan, bisa dikatakan saya jarang banget jalan-jalan. Kondisi keuangan yang belum stabil, masih adaptasi dengan suami, belajar merantau membuat kami tidak berpikir macam-macam.  Lalu lahir anak pertama. Huaaa...ternyata si anak parah banget kalau diajak naik kendaraan. Kenapa? Dia muntah berat. Naik mobil muntah, kereta juga. Cuma satu yang tidak bikin muntah: bajaj. (tahun berapa coba! Dan saya merasa sudah berumur... hahaha)

Saya ingin mandiri dan selalu memberi kabar baik kepada orang tua. Jadi urusan jalan-jalan bisa nomor sekian deh. Apa sih yang bisa membuat orang tua senang (bahagia) kalau bukan mendengar kabar dari anaknya yang sedang merantau. Entah bagaimana yang penting sering menelpon dan menceritakan kabar baik.  

Rutinitas setiap hari adalah jalan-jalan sepanjang gang-gang sempit dekat rumah petak sambil menyuapi anak. Melatih anak jalan. Itupun rasanya sudah ngos-ngosan. Main kejar-kejaran sama si anak.

Kemudian hidup berpindah-pindah yang menyebabkan saya tidak lagi memikirkan mau jalan-jalan kemana. Tiga tahun berturut-turut pindah rumah membuat saya harap-harap cemas. Jangan-jangan nanti kena mutasi lagi. Ya, sudah kalau mau mutasi ya berangkat saja. Bukankah sudah ada perjanjiannya.

Saya ingat, sewaktu masih kecil orang tua sering mengajak jalan-jalan. Tidak  jauh-jauh. Kalau musim liburan, kita ikut liburan. Minimal melihat pantai. Padahal rumah saya juga dekat pantai. Kadang mengunjungi rumah saudara di luar kota. Lumayanlah bisa melihat suasana yang berbeda.

Kapan traveling?

Saat ini ketika si sulung sudah sekolah di luar kota, acara traveling hanya bisa dilakukan di musim liburan. Dulu-dulunya juga sih. Atau kalau sedang jadwal mengunjungi anak. Nah, kalau bisa ijin, sekalian saya ajak jalan-jalan.Meski dia bilang tidak suka jalan-jalan tapi tidak bakal menolak kalau saya ajak. Kenyataannya, dia butuh selingan. Banyak tugas di sekolah. Jadi traveling ini buat penyeimbang saja. Biar tidak stress dengan banyaknya target dari sekolah.

Dulu, di saat dia masih SMP, sibuk banget. Pengen keliling kota saja dia sering tidak ikut. Alasannya sederhana, acara sekolah ini itu yang lumayan menyita waktu. Bahkan di hari Minggu!

Kadang saya merasa hari sekolahnya bukan enam hari melainkan tujuh hari. Itupun kadang sampai malam. Masak urusan sekolah tidak ada habisnya. Tiba di rumah sudah capek ditambah tugas yang menumpuk. Tapi saya lihat anaknya baik-baik saja. Artinya dia menikmati segala kesibukannya di sekolah.

Kalau sedang keluar kota, saya sering meninggalkan di rumah. Titip ke bapak atau adik ipar. Sejauh ini dia baik-baik saja. Malah dia senang karena tidak ikut bercapek ria di jalan. Padahal saya ingin memiliki waktu lebih banyak untuk berkumpul bersamanya.

Lalu sekarang adiknya yang sudah kelas enam. Ya, saya tahu sendirilah, kalau sudah kelas enam mesti perhatian banget dengan macam-macam ujian. Demi kebaikan si anak, saya mulai terbiasa meninggalkannya bersama bapak atau adik ipar.

Bagi keluarga saya, traveling tetap di musim liburan. Di waktu itu anak-anak liburnya masih sama. Meski jalanan penuh dengan kendaraan, tempat wisata penuh pengunjung, dsb. Ya di waktu itulah anak-anak bisa berkumpul tanpa dipusingkan dengan kegiatan sekolah. Sementara suami mesti cepat-cepat mengurus cuti agar bisa memiliki waktu bersama keluarga.

Kalau hari libur (Sabtu dan Minggu) dan tidak ada kegiatan di sekolahnya anak-anak, saya suka muter-muter saja di kampung halaman. Masih banyak kok tempat-tempat yang belum dikunjungi. Atau sudah pernah dan pengen duduk-duduk cantik sambil memandang alam.

Kadang cuma jalan-jalan bareng anak-anak di sekitar rumah. Tapi seru juga ketika menemukan rumah-rumah yang bermunculan seperti jamur di musim hujan. Bagus-bagus. Lalu, selama ini saya kemana saja?

Ada teman yang bilang begini, “Aku nggak suka jalan-jalan ke tempat wisata. Rasanya gimana ya. Tapi aku suka ngajak anak-anak lihat sawah, ladang.”

Itu sih masalah pilihan saja. Bagi saya jalan-jalan bisa kemana saja. Saya juga pernah mengajak anak-anak ke sawah. Berjalan diatas pematang sawah, melihat orang-orangan sawah. Lalu memancing ikan kecil-kecil. Semuanya unforgetable!



Mau ke pantai, bukit ada kok di daerah saya. Dan saya biasa mengajak anak-anak plus keponakan cantik ini.  Mereka bebas berlari, bermain air dan bermain kotor. Siapkan makanan dan baju ganti. Anak-anakpun perlu refreshing.

Atau pernah mendengar seperti ini. “Saya nggak pernah mikir buat jalan-jalan. Ngurus anak saja susah, capek. Nggak ada habis-habisnya. Mending di rumah, bisa selonjoran.”

“Nggak ah, jalan-jalan ngabisin uang!” Yang begini ini terserah saja. Traveling itu bebas tanpa syarat. Mau membawa keluarga silakan, termasuk keluarga besar. Dibuat happy saja!

Ada teman yang sharing pengalamannya jalan-jalan. “Dulu diawal-awal pernikahan, aku hobi banget jalan-jalan. Pokoknya jalan saja. Mumpung belum ada anak.”

Well, semuanya adalah pilihan kita. Mau traveling sekarang atau menunggu anak-anak besar? Mau bikin prioritas dulu atau bagaimana? Mau menabung dulu atau tidak. Yang penting tidak mengganggu kondisi finansial kita.

Selama traveling itu bermanfaat, ayo saja! Sesuai dengan budget, deh. Tidak masalah kalau cukup  keliling kota. Masih ada banyak tempat-tempat menarik yang layak dikunjungi kok.

Saya masih menyimpan cita-cita untuk traveling bersama keluarga. Traveling adalah salah satu cara untuk mendekat dengan alam. Mengenal suatu daerah, suku, budaya, beserta seluk beluknya. Mengagumi kebesaranNya dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

12 Komentar untuk "Kapan Traveling?"

  1. Benar, Mbak. Masalah traveling itu personal sekali. Ga bisa disamakan satu dengan yang lain. Ada yang suka jalan2, ada yang memilih nabung buat tabungan haji misalkan :-)

    BalasHapus
  2. Jalan-jalan yang gratis dan murah juga banyak yambak seperti taman kota atau wisata alam 😊

    BalasHapus
  3. Wajib banget ini hukumnya buatku :D. Ibaratnya traveling masuk ke kebutuhan primer di keluargaku mbak.. Tiap tahun kita selalu bikin target negara mana lagi yg mau kita datangin.. Dan at least ada 1 kota di indonesia.. Makanya aku rajin beli tiket jauh2 hari mba. Trs gajiku sendiri 60% utk tabungan traveling baru sisanya utk jajan.. Jd keperluan rumah tangga baru gaji suami :D. Itu saking ptgnya traveling buat keluarga ku sih ya.. Ngilangin stress dan bikin pikiran fresh lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada prioritas ya. Jadi ada persiapan dana traveling sebelumnya.

      Hapus
  4. kapan ya travelling...terakhir bulan lalu mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa terus traveling. Karena traveling itu menyenangkan.

      Hapus
  5. Orangtuaku bukan tipe penyuka traveling, mbak. Aku sendiri ga intens travelnya tapi ayo-ayo aja sih kalau diajakin. Apalagi kalau pas dananya ada. Berangkaaaat :)

    BalasHapus
  6. kami butuh mba dan sring merencanakan buat travelling

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel