Nasi Bungkus Untuk Anak




Moms, sarapan itu penting atau tidak buat anak-anak?

Setuju ya, kalau saya saya jawab penting! Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga butuh asupan gizi yang cukup untuk kegiatan belajar di sekolah. Lalu, kalau tidak mau sarapan bagaimana? Jangan deh!


Nah, kalau ada anak yang menolak untuk sarapan, bagaimana dong? Jengkel kan kalau sarapan sudah siap diatas meja eh ternyata si anak  tidak mau makan. Alasannya karena takut terlambat. Nah, masalah terlambat ini sebenarnya salah siapa? Saya atau si anak? Ehm...lalu yang menjadi korban perasaan adalah saya.

Si anak grubyak-grubyuk menyiapkan keperluan sekolah. Padahal dari tadi ngapain saja? Gemes melihatnya. Mandi, ganti baju lalu salaman sama saya. Lalu berangkat begitu saja. Meninggalkan saya yang masih terpana!

Sambil mengelus dada, akhirnya saya merelakan nasi lengkap dengan lauk-pauknya yang masih utuh. Untung masih ada si bungsu. Bersama dia saya menikmati makan pagi.

Kalaupun tidak sarapan dirumah bisa kok membeli nasi di kantin sekolah. Biasanya sudah ada beberapa snack dan nasi bungkus (ukuran kecil untuk anak SD). Tinggal pilih saja. Harganya murah, edisi anak sekolahan.

Tapi sebagai orang tua yang sejak pagi sudah mempersiapkan masakan untuk keluarga akhirnya cuma bisa gigit jari. Berapa lama memasak di dapur? Berapa lama memikirkan mau memasak apa buat pagi hari yang selalu sibuk? Dan semuanya berakhir seperti ini. Mau marah, malu ah, didengarkan tetangga. (maaf sedikit pencitraan. Halah! Biasanya gimana?)

Melihat si anak yang langsung naik sepeda dan mengayuhnya cepat-cepat membuat saya jengkel. Lalu buat apa bangun pagi-pagi. Kadang sehari sebelumnya sudah siap-siap dengan beberapa bahan masakan. Ya, agar urusan memasak menjadi lebih cepat.

Kejadian seperti inipun terulang lagi. Tidak! Saya tidak mau mengulangi. Membiarkan si anak sekolah tanpa makan pagi. Siapa tahu dia tidak sarapan. Siapa tahu dia lebih memilih makan snack saja. Aih.. rasanya ingin dikasih hukuman seperti ustadzah saja. Tapi dia bilang, “Ibu bukan ustadzah.” So...?

Masalah bangun pagi

Kekacauan di pagi hari itu bersumber dari bangun pagi dalam keadaan tidak nyaman. Misalnya habis nonton film hingga larut malam. Akibatnya bangun siang. Lalu panik. Semua yang ada didekatnya menjadi salah. Orang tua ngomong salah, diam makin salah.

Atau setelah bangun pagi, sholat shubuh lalu tidur lagi.  Alasannya karena masih mengantuk dan merasa jatah tidurnya masih lama. Halo, ini waktunya sekolah! Jangan tidur lagi. Nanti susah bangun deh!

Dari pada berdebat dengan anak masalah sarapan, akhirnya saya membuat kesepakatan saja. Sebelum berangkat ke sekolah tetap harus makan ya. Demi kebaikan bersama, dia setuju. Tak ada alasan untuk menolak meski si anak belum bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Saya percaya dan selalu memberikan kesempatan. Kalau tidak sekarang, mudah-mudahan besok ya. Kalau belum juga bisa mengatur waktu, semoga minggu depan atau bulan depan. Jangan lupa untuk tetap mempercayai anak.

Belajar bertanggung jawab atas semua jadwal hariannya itu butuh proses. Ada yang mudah dan ada yang sebaliknya. Tugas orang tua untuk selalu mengingatkan bukan memaksa. Dan kesepakatan tersebut bukan karena terpaksa. Tapi karena orang tua selalu care kepadanya.

Nah, orang tua masih campur tangan, bukan? Minimal mengingatkan terus menerus: waktunya mandi, ganti baju dan bersiap ke sekolah. Untuk anak SD mestinya sudah tahu. Tapi...ehm....namanya juga anak-anak.

Please, dia juga perlu merasakan akibatnya. Misalnya saja lupa bawa tugas sekolah dan mendapat hukuman. Tapi kalau tidak mau sarapan lalu misalnya nih sakit, siapa yang bertanggung jawab?

Jadi ketika dia menolak untuk sarapan saya segera mencari tempat bekal untuk menaruh menu makan pagi. Kadang kalau ingin cepat, tinggal mengambil kertas minyak lalu dibungkus saja makanannya. Ambil sebuah sendok plastik untuk makan. Selesai makan tinggal di buang di tempat sampah.

Jujur, saya lebih suka makan bareng saja daripada main bungkus makanan. Kebersamaan itu penting. Karena pengaruh terhadap bonding orang tua dan anak.

^_^

Sumber gambar dari internet. Karena membuat nasi bungkus dalam keadaan terburu-buru, tidak mungkin saya sempat motret. 

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

16 Komentar untuk "Nasi Bungkus Untuk Anak"

  1. Aku dulu malah selalu nungguin waktu sarapan karena ibuku kalau bikin menu sarapan menggoda banget, hihi. Dan masih bungkus juga buat di sekolah, makannya dulu ndut XD
    Tapi anak2 biasanya mereka pengen buru2 main di sekolah jd males sarapan, hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, anak-anak suka buru-buru karena nggak bisa ngatur waktu. Tahu-tahu sudah waktunya berangkat sekolah.

      Hapus
  2. Jd inget pas msh sekolah dulu, biasanya babysitterku rajin nyiapin sarapan yg ditaro dlm kotak bekel.. Jd aku ttp bisa sarapan di sekolah.. Malah wkt itu pernah malu bgt, kotak bekelnya dikasih ke guru, krn aku lupa jg bawa nya wkwkwkwkw...

    BalasHapus
  3. Aku sarapan selalu di Mobil dulu waktu jaman sekolah, ga keburu kalau Harus sarapan di rumah .. berangkat Aja jam setengah 6, haha

    hai-ariani.com

    BalasHapus
  4. Kalau anakku udah remaja sih ya, kalau emak lagi rempong di dapur si kakak nyiapin nasi buat dia sendiri dan si adek.

    BalasHapus
  5. Dulu saat aku masih kecil alm.ibu selalu menyuruh aku sarapan alasannya ntar di sekolah ga konsen klo perut belum diisi sekarang aku sdh jd ibu,aku bangun dari subuh bwt masak dan biasain anakku untuk makan setiap pagi meskipun anakku blm sekolah :) hehehe habit mamaknya jadi ditularin

    BalasHapus
  6. ada sebab akibat ya mb, kenapa bangun siang? krn tidurnya kemalaman, jadi ga sempet sarapan, dan yg lainnya ikut terbengkalai, in my opinion :) Sarapan membantu banget buat penyerapan inputan otak pagi hari soalnya ya :) Salam utk si kecil ya mbak :)

    BalasHapus
  7. hehehe... kesibukan khas di pagi hari ya.
    tetap semangat!

    BalasHapus
  8. Iya si mbak kesel memang kalau sudah capek-capek masak trus anak nggak mau makan.
    Alhamdulillah karena full day school anakku akhirnya sadar sendiri kalau sarapan tu penting. Bawanya malah dobel, sarapan, snacking jam 9, plus cadangan lauk buat jam 12 (lauk dr katering katanya kdg nggak cucok he he he)

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel