Ajari Anak Mengantre





Pernahkah kita diserobot orang ketika mengantre? Padahal sudah capek menunggu. Kisah seperti ini mungkin tak asing ya. Seperti pagi itu ketika saya sudah berdiri di depan sebuah ruang ATM. Dari 6 mesin ATM hanya 2 yang bisa digunakan. Dua orang pegawai bank entah sedang mengisi mesin ATM atau memperbaikinya. Yang pasti satu pegawai keluar tapi mesin ATM masih tidak bisa digunakan.

Saya masih berdiri sekitar 1 meter lebih di depan pintu kaca. Di dalam ruangan  sudah ada beberapa orang yang mengantre. Saya pikir memang sebaiknya diluar saja. Toh nanti ketika giliran saya tiba, langsung masuk saja. Dengan 2 mesin ATM ada 4 orang yang mengantre di dalam. Sementara di luar ada dua orang termasuk saya.

Tapi yang terjadi kemudian diluar jangkauan saya. Seorang wanita sepuh tiba-tiba saja sudah di depan saya dan langsung masuk. padahal  yang di dalam belum satupun yang keluar. Disusul seorang wanita lagi. Aduh.

Saya segera mendekat ke dinding kaca. Mepet banget biar tahu kalau ada yang keluar, saya akan segera masuk. Tapi lagi-lagi ada yang dengan seenaknya main serobot. Seorang wanita, lagi. Dengan damainya masuk.

Daripada terus menerus diserobot, saya memaksakan diri untuk masuk saja. Sengaja saya berdiri di depan si mbak. Biarlah mengantre di dalam ruangan yang adem.

Tak lama kemudian, seorang laki-laki tampak marah, “Ngantri toh mbak. Kita sudah capek berdiri, nunggu!” Meskipun dia tidak secara langsung menatap si mbak, tapi semua pasti tahu kalau si mbak ini menyerobot.

Nah, loh! Si mbak itupun akhirnya minggir, memberi tempat buat laki-laki yang diserobotnya tadi.

Saya yakin masih ada banyak lagi kisah main serobot dalam antrean. Entah karena kita kurang memperhatikan budaya disiplin atau karena grusa-grusu. Disinilah kesabaran kita diuji.

Yang menjadi masalah adalah ketika saya ingin mengajarkan anak-anak untuk mengantre. Semudah itukah? “Dek, tolong belikan ....”

Lalu si anakpun berangkat. Ya, meskipun cuma belanja di warung tetangga, tapi kalau sedang ramai harus patuh kan. Peraturan tak tertulis. Mengantre! Sayangnya, yang namanya orang entah ingin cepat atau bagaimana...akhirnya main serobot saja. Lha situ anak kecil. Mau bagaimana lagi?

Mana anaknya berani protes kalau diserobot. Setelah melihat tampang emak-emak, nyalinya sudah menciut duluan. Pasrah! Demi kebaikan bersama, lebih banik mengalah saja. Mungkin seperti itulah yang dipikirkan anak. Lalu, bersabar menunggu giliran ditanya sama mbaknya, “Beli apa, dik?”

Bagi saya, penting banget mengajarkan anak untuk tertib dalam antrean. Kalau harus menunggu ya menunggu sajalah. Sekali ada yang menyerobot dan dilihat oleh anak-anak, secara tak langsung sama saja dengan sebuah pelajaran baru. Ketika kejadian seperti ini berulang, artinya si anak menganggap suatu kebiasaan. Ya, kebiasaan buruk bukan? Dan orang-orang dewasa yang memberi contoh.

Lalu, apakah kebiasaan main serobot ini dibiarkan saja? Kalau dibiarkan, jelas anak-anak akan mencontohnya. Dimulai dari rumah sendiri, mari kita budayakan kebiasaan mengantre dengan tertib, teratur dan rapi.



Sebagai contoh di rumah, kalau pagi hari anak-anak bisa belajar mengantre untuk mandi. Dengan memperhitungkan waktu sebelum berangkat sekolah, anak-anak bergantian mandi. Atau ketika makan bersama. Bergantian mengambil makanan. Tidak perlu saling berebut. Saling mengharga anggota keluarga lainnya sehingga semua kebagian.

Yang namanya anak-anak. Sekali mereka tertib mandi, besok juga rebutan. Padahal sudah ada perjanjian siapa yang akan mandi dahulu, dsb. Termasuk jangan berlama-lama di kamar mandi karena ini sangat merugikan anggota keluarga lainnya. Kalau pagi di hari kerja pastinya sibuk. Ada masanya seperti itu.

Kalau di luar rumah kita bisa dengan mengajarkan anak tertib ketika berbelanja bareng anak-anak. Atau ketika sedang berkendara. Memang, anak-anak sering melihat bagaimana pengendara menyerobot lampu merah. Di saat seperti itu kita bisa mengajaknya berdiskusi, bahwa perbuatan tersebut tidak baik bahkan bisa mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.

Contoh terbaik adalah orang tua. Percayalah, bahwa anak-anak pasti akan mengingat momen seperti ini. Semoga kita tak lelah untuk mengajak anak-anak mengantre dengan tertib, rapi dan sabar. Semoga kita bisa menjadi contoh yang baik bagi sekitar. Banyak sekali manfaat dari mengantre. Bukan saja buat anak-anak tapi juga untuk orang-orang disekitarnya.


  1. Belajar bersabar. Tidak perlu emosi. Kalau memang harus menunggu dalam antrean ya menunggu sampai tiba gilirannya. Memang bete, tapi bisa disiasati dengan ngobrol dengan temannya, baca-baca atau main game. Eh, nanti malah diserobot.
  2. Belajar menghargai hak orang lain. Giliran kita masih lama. Hargai orang-orang yang sudah mengantre sebelumnya.
  3. Belajar mengatur waktu. Anak akan belajar memperkirakan kapan dia harus melakukan sesuatu, waktu yang dibutuhkan serta konsekuensinya. Seperti anak saya ketika tidur lagi setelah Subuh, maka bangun lagi kesiangan. Akibatnya mandi, makan dan persiapan lainnya juga kesiangan.  Kadang pas kamar mandi sedang dipakai saudaranya. Hwa...
  4. Belajar berani. Meskipun ini terasa sulit, saya berharap anak-anak mampu menyatakan sikapnya ketika diserobot orang lain. Setidaknya menegur. Saya bilang, “Jangan maulah diserobot orang.” Tapi kan kita tahu sendiri, berhadapan dengan orang dewasa itu luar biasa.


Semoga kebiasaan yang terlihat sepele ini bisa dilakukan anak-anak. Karena saya yakin budaya mengantre ini penting bagi bekal kemandirian mereka juga untuk kemajuan suatu bangsa. Jujur, sebagai orang tua pasti menginginkan anak-anak tumbuh dengan baik, saling menghormati, menghargai, tidak egois atau bahkan merugikan orang lain. Namun tetap berani mengambil sikap yang benar. Semoga!
 
Sumber gambar: http://www.balilondon.id/2016/05/3-life-skill-yg-utama-bagi-anak-anak-di.html

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

31 Komentar untuk "Ajari Anak Mengantre"

  1. Benar, Mbak. Anak2 mencontoh orangtuanya. Saya nih contohnya. Sata diajarkan abah saya untuk pantang menyerobot antrian tapi juga pantang diserobot. Kalau diserobot saya suka bilang "Giliran saya" Hihihi... tapi yg bikin emosi ya itu ya sukaaaa adaaaa aja yg nyerobot. Baru datang dan ga nengok kiri kanan minta dilayani lebih dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang harus berani ketika orang tidak menghargai hak kita.

      Hapus
  2. Aku slalu tekanin anakku utk belajar antre. Dan belajar merasa malu kalo sampe menyerobot antrian orang.. Cth terbaik memang orang tua, tp sesekali aku ajak anakku melihat cth dr luar mba. Seperti waktu di Jepang, itu anak2 kecilnya udah diajarin banget benar2 antri saat menunggu giliran, saat di kasir, saat beli tiket museum, naik ke public transport... Dari sana aku bilang k anakku, contoh anak2 jepang ini.. Mereka sadar pentingnya mengantri... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada pembanding ya mba Fan. Di Jepang memang beda banget ya sama negara sendiri. Grusa-grusu dan main serobot saja.

      Hapus
    2. Jadi shock gitu ya, lihat yang gak disiplin.

      Hapus
  3. Kalo nganter mah bukan sepele mbak karena orang2 dewasa juga sering gak bisa nahan napsu hahahhh. Memang harus sering sabar antre kalo di indonesia ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru orang dewasalah yang kasih contoh gak tertib dalam antrean.

      Hapus
  4. mengantre memang harus dibiasakan sejak anak kecil ya mbak... kalau terbiasa gedenya jd terbiasa jg taat peraturan

    BalasHapus
  5. beberapa saya sempat menemukan orang tua yang mengajarkan anaknya untuk menyerobot demi melatih keberanian (karena melihat antrian yang memang tidak rapih pada saat itu).. aneh memang, tapi ada loh mba.... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku cuma lihatin si anak dalam antrean. Udah gitu lama dan anaknya pasrah.

      Iya, perlu mengajarkan keberanian kepada anak-anak.

      Hapus
  6. Senang ya kalo bisa mengajarkan anak antre. Dampaknya baik buat orangtua dan anak, malah lingkungan juga pasti sedikitnya akan merasakan dampak yang positif. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga siapapun kita bisa memberi contoh mengantre yang tertib.

      Hapus
  7. Mengajari anak mengantri juga penting ya, supaya anak belajar bersabar juga

    BalasHapus
  8. Memang sejak kecil harus dipupuk, sangat bagus sebagai contoh . .
    Kunbal ya lihat produk

    BalasHapus
  9. mengajarkan mengantre pada anak memang penting, supaya anak tdk semena2

    BalasHapus
  10. Anak aku yg pertama, agak vocal kalau ada yg nggak sesuai dgn rules mba. Padahal, aku dan suami paling malas untuk vocal :D nah, masalah antre ini... pernah ngerasain banget pas jaman kecil, mentang2 anak2.. diselak mlulu. Terus ya aku diem aja :))
    Makasih ya mba tulisannya, bisa jadi bahan dongeng aku...

    BalasHapus
  11. Budaya antri di indonesia memang masih kurang ya, ada aja bbrp orang yg masih blm bs menghargai org lain yg lagi antri, saya pernah jg ni, udh antri lama2 di serobot, abislah saya marahin dia hahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nggak sampai marah mba. Cuma jengkel banget.

      Hapus
  12. saya juga suka kesel mba kalau ada yg maen serobot.
    tapi, kalau di tegur kasihan juga yang doyan nyerobot memang emak-emak. nanti disangka anak durhaka sama orang laen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga emak, tapi entahlah, saya juga sering diserobot sama emak-emak. Gak peduli sudah berapa lama kita ngantre. Huhu..

      Hapus
  13. Aku juga pernah diseobot :( tp nggak tau gimana cara negurnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngerasa nggak enak negur ya mba. Tapi kalau terlalu ya, sebaiknya ditegur baik-baik.

      Hapus
  14. Bener mba, belajar disiplin mengantre harus dilatih sejak kecil. Memang masih banyak orang dewasa yang memberi contoh kurang baik dengan menyerobot antrean, misalnya antrean di halte busway dll

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh, dimana-mana orang dewasa kurang bisa memberi contoh mengantre yang tertib.

      Hapus
  15. Aku pengalaman waktu remaja sering diserobot ibu2 di tukang sayur (masih remaja kok belanja sayur ya aku...? duh). Mau membela diri rasanya gak berani gitu ngadepin ibu2. Apalagi mbak sayurnya gak pedulian sama siapa yang datang lebih dulu. Huhuhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di tukang sayur suka gitu. Meski sesama ibu2, harus berani ngomong,biar gak diserobot melulu.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel