Bukit Bunda: Bukit Kapur yang Ngehits di Blitar




Assalamualaikum,

Didorong oleh rasa penasaran akhirnya saya mengunjungi kota Blitar. Setelah kampung Coklat, di hari selanjutnya saya mampir ke Bukit Bunda. Terletak di desa Dawuhan, Kademangan, Blitar, tidak jauh dari kotanya.


Baca juga Bukit Kapur Tuban...

Salah satu trik mencari tempat wisata dalam satu waktu adalah yang berdekatan. Tujuannya agar tidak boros waktu dan tenaga. Nah, bukit bunda ini memang dekat dengan Kampung Coklat, sekitar 3,5 km. Ingin sekaligus kesini tapi kita sudah capek. Akhirnya keesokan harinya saja.



Untuk menuju lokasi ini gampang kok. Tepat di pertigaan jalan ada papan nama, Bukit Bunda. Kita tinggal masuk ke jalan itu, lurus hingga ketemu area parkir.

Tips berwisata di Bukit Bunda


  1. Pilih waktu sore hingga malam.
  2. Sebaiknya sudah makan dulu.
  3. Siapkan tenaga.
Saya datang pagi ketika tempat ini baru saja dibuka. Meski pernah ke bukit kapur di daerah saya, tetap saja pagi bukan pilihan yang tepat. Para pegawainya masih bersih-bersih lokasi. Sementara di angkringan, menu yang tersedia masih terbatas. Tapi kami  sudah makan dulu, biar kuat eksplore Bukit Bunda.

Awalnya saya pikir kalau berangkat pagi, lokasi ini masih sepi pengunjung. Jadi kalau mau foto-foto tidak malu-malu banget. Dan untuk mencari latarnya bisa puas. Memang bisa sih seperti itu, tapi tetap tidak tahan dengan cuacanya.

Datang ke lokasi saya langsung bertanya kepada petugas parkirnya, “Jaraknya jauh nggak?”

Melihat bukit kapur yang ada di hadapan saya, terbayang kaki ini bakal melangkah seberapa jauh. Setelah si mas petugas parkir mengatakan tidak jauh, hati ini menjadi lebih tenang.

Ketika tiba di lokasi bukit bunda kami disambut oleh dua orang petugas yang kemudian mengarahkan ke bagian tiket. Bayar dulu ya. Tiketnya murah kok.

Harga tiket:

Rp. 5.000 per orang

Ada apa di bukit bunda?




Bukit bunda ini merupakan tambang batu kapur milik perseorangan. Sampai saat ini masih menjadi tambang dan tempat wisata. Jadi satu tempat ini bisa dua fungsi. Ketika saya datang masih dalam proses pembangunan tempat wisata.

Nah, seperti kolam renang ini. Semoga ketika saya menulis mudah-mudahan sudah selesai pembangunannya. Sehingga semakin memanjakan pengunjung. Barangkali saja setelah berpanas ria mau ngadem dengan berendam dan berenang disini.



Untuk fasilitas umum seperti musholla dan toilet sudah ada. Bukit bunda dilengkapi dengan Angkringan dengan bermacam-macam menu andalan. Mungkin agak siang ya makanannya lengkap. Tapi kalau yang siap sudah ada seperti gado-gado, rujak, macam-macam snack. Semuanya ditaruh di wadah mika. Minuman dingin, seperti susu segar aneka rasa, sinom, minuman kemasan sudah ada.



Kami memilih menyusuri jalanan menuju bukit. Ternyata pagi itu panas banget. Meskipun belum pukul 12.00 tapi kalau berada di pegunungan/bukit kapur rasanya sudah jam segitu. Ya, Allah, panas banget!

Saya berharap segera menemukan spot-spot cantik buat foto seperti yang sering saya lihat di IG. Tapi butuh perjuangan. Untuk mendaki saja saya ngos-ngosan. Ini tidak sebanding dengan keinginan yang menggebu-gebu tadi. Dua anak saya bahkan sudah tiba dahulu. Sepertinya mereka tidak memiliki rasa capek.

Kalau tidak mau bercapek ria bisa menyewa kendaraan disini. Tersedia kendaraan dari jeep hingga sepeda onthel. Jalurnya memang menantang.



Diatas bukit mulai terlihat spot cantik buat foto-foto. Tidak perlu berdesakan karena masih sepi pengunjung. Yang ada sih, kita jalan bareng-bareng. Sesekali kalau sudah capek, minggir, dan memilih tempat duduk. Ada gazebo yang siap menampung pengunjung.



Jalan menuju menara pandang sudah baik. Artinya memang sudah disediakan jalan. Namun ketika mendekati menara pandang itu justru jalannya berbahaya. Jalannya menanjak dan berbatu. Selain itu masih ada jalan menuju ke sarang burung dan hammock yang licin.

Kalau saya lebih suka memilih jalan yang sudah rata, yang gampang dilewati. Tapi ternyata tidak semua orang begitu ya. Ada dua cewek abege yang sengaja memilih jalan yang susah. Ada orang yang memang suka dengan tantangan. Memilih jalan menanjak yang kemiringannya bikin saya deg-degan. Akibatnya tergelincir. Untung masih bersama kedua orang tuanya yang berhasil menolong. Sebenarnya bisa kok asal mampu menjaga keseimbangan. Atau berpegangan pada pohon-pohon disisi-sisinya. Jalan pelan-pelan dan sampai deh.

Meskipun masih ada pepohonan termasuk semak belukar, tapi disini tetap panas. Luar biasa! Bisa ngadem ya di menara pandang atau sarang burung. Salah saya juga sih, tidak membawa topi.

Sejauh mata memandang, hijaunya hutan yang mulai berkurang karena digunakan untuk kepentingan manusia. Pohon ataupun semak belukar ditebang dan dibuatlah jalan dan spot foto. Ada kok bekas-bekasnya dan mengganggu jalan. Mungkin belum selesai juga pembuatan jalannya. Semoga saja tetap ada penghijauan sehingga keseimbangan alam tetap terjaga.



Kita bisa puas foto-foto disini. Apalagi sekarang banyak view foto yang terlihat serem, dilihat dari ketinggian. Kenyataannya tidak. Coba kalau kita amati dari menara pandang. tangga hingga papan buat foto-foto, entah apa namanya, tidaklah terlalu tinggi. Saya juga ikut naik, meski... salah kostum. Kok bisa? Saya pakai gamis, masih bisa naik ke tangga dan foto ala-ala disini. Mumpung disini dipuas-puaskan fotonya. Sayang, sekali lagi, panasnya aduhai!



Karena saya datang di hari Minggu maka tambang libur. Tidak ada aktivitas penambangan maupun kendaraan (truk) yang hilir mudik mengangkut batu-batu kapur.

Spot selfie di Bukit Bunda:


Setelah puas menaiki bukit kapur ini akhirnya saya bisa duduk-duduk santai di angkringan. Ada panggungnya dan spot love buat foto-foto. Kalau berada disini rasanya sudah terbebas dari panasnya sinar matahari.
  1. Menara pandang
  2. Hammock 
  3. Sarang burung
  4. Petunjuk arah (kota)
  5. Love ranting
  6. Angkringan
  7. Latar kupu-kupu


Jam buka:




Bisa dilihat disini ya.

Happy traveling!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

34 Komentar untuk "Bukit Bunda: Bukit Kapur yang Ngehits di Blitar"

  1. Ya ampun keren amat Bukanya smpe jam 12 malam. Aku pernah ke blitar tp ga pnh ke tempat ini. Dulu banget sih hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak tahu juga sih kalau malam ramai atau tidak. Kalau kata petugasnya ada yang berkunjung malam2. Suasana beda, jadi kebayang view bukit bunda yang kerlap-kerlip oleh lampu.

      Hapus
  2. Wah geliat wisata Blitar mkin berkembang ya mbak

    BalasHapus
  3. Bukit kapurnya indah sekali tapi di beberapa titik terkesan agak gersang ya mba. Smoga makin lebih baik ya sehingga ada alternatif tempat wisata keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukit Kapur memang seperti ini modelnya. Sepanjang yang aku tahu, panas dan tandus. Tapi masih ada banyak pepohonan liar yang bisa tumbuh. Sayangnya ketika dipakai sebagai tempat wisata, mulai dari semak hingga pohon2 ditebang. Semoga saja ada gantinya.

      Hapus
  4. WAH belum pernah kesini juga sih mbak saya, tapi kalau kapur2 jadinya mirip juga ya sama tuban :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, samalah. Di Tuban banyak pegunungan kapurnya, mba Ninda. Bedanya di Tuban tidak dipakai sebagai tempat wisata, meskipun banyak yang suka pepotoan.

      Hapus
  5. Wah, tip-nya malah sore/malam ya Mbak datang ke bukit Bunda? Kalo pas sunrise apa kurang bagus?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pagi kan belum buka. Bisa lihat sunset saja... dianggap samalah dengan sunrise.

      Hapus
  6. Asyik, nambah lg referensi jln2 di sekitar jatim. Tengkiu sharenya

    BalasHapus
  7. Kebayang panasnya mbaa.. Hehe.. Pemandangannya baguuuus, semoga makin ke sini fasilitasnya makin lengkap lagi yaa..

    BalasHapus
  8. Keren euy, semoga bisa kesana secepatnya

    BalasHapus
  9. Pasti kece pemandangan kalau foto di atas pohon itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kece badai, mas. Cuma ini tukang fotonya amatir, hihi...

      Hapus
  10. Bukanya sampe jam 12 malam.. ckckckck...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tapi nggak tahulah ada banyak orangnya atau tidak. Kalau secara pribadi ngerilah jam segitu.

      Hapus
  11. klo liat bukit dan peg kapur di Blitar di otak ini langsung terngiang operasi Trisula penumpasan G30 S/PKI
    tapi ini keren, belum jadi aja udah bagus
    dan aku suka itu bukanya sampe malem ya
    terus papan2 yg nunjuk arah ke mana2 itu asyik banget
    harus dicoba

    BalasHapus
  12. Waah, keren.. Pemandangannya masih adem di mata.

    Hmm, dan tipsnya bener tuh, dilihat dari medannya, emang kudu makan dulu sebelum ke bukit kapur..

    BalasHapus
  13. Wah seru banger ini, jadi wisata alternatif di Jatim selatan.

    BalasHapus
  14. liat tebing-tebing kapur gini rasanya jadi pengen majat *jiwa muda tiba2 keluar haha *

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, aku dah tua ya. Pasti nyerah kalau panjat memanjat.

      Hapus
  15. Enakan malem mungkin ke sana ya Mba, lebih adem dan bisa liat lelampuan. Btw seru juga kayanya naik jeep kalo ga mau capek ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin ya. Tapi khawatirnya nggak seramai kalau siang.

      Hapus
  16. waah baru tau mbaak di Blitaar ada bukit bundaa. instagrammable juga tempatnyaa :) tfs mbak yaa hehhee

    BalasHapus
  17. Indonesia itu kaya sama tempat wisata yang instagramable ya Mbak. Keren banget :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. SEkarang lagi musim, tempat-tempat wisata dibikin instagramable.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel