Jernihnya Air Terjun Nglirip




Sebagai penduduk Tuban, saya merasa malu mengatakan bahwa saya baru dua kali berkunjung ke Nglirip.  Air terjun di Tuban yang sangat terkenal karena keunikan warna airnya. Air terlihat berwarna hijau, alami.


Mungkin selama ini orang menganal Tuban sebagai kota wali. Bahkan ada tulisan besar di perempatan patung dan perempatan SMAN 1: Tuban Bumi Wali. Benar. Karena memang ada makam Sunan Bonang yang selalu ramai peziarah. Kecuali bulan puasa, tour ziarah wali pasti libur total.



Bagaimana dengan wisata alamnya? Air terjun Nglirip ini wajib menjadi destinasi wisata yang harus dikunjungi. Keindahan air terjun ini bagi saya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Fotopun tak mampu menghadirkan semua rasa dan warna. Saya mengaguminya saat benar-benar berada di dekatnya. Duduk diantara bongkahan batu besar menghadap ke arah air terjun. Mendengarkan derasnya air yang terjun hingga seolah ada uap yang keluar. Menikmati pancaran warna yang eksotis.

Langit sedang cerah, awan-awan berarak. Dan air sungai menuju dam kemudian jatuh menuruni tebing kapur. Beberapa pengunjung memainkan kamera handphone, mengabadikan moment ini.



Lokasi:

Jalan Raya Mulyoagung, dusun Jojogan, desa Mulyoagung, kecamatan Singgahan, Tuban.

Rute:

Dari Tuban ke Montong lalu Singgahan.

Dari Bojonegoro melewati Parengan lalu Singgahan.

Jadi Nglirip ini lumayan jauh dari kota, sekitar 37 km ke arah barat daya atau sekitar 45 menit dengan kendaraan pribadi. Nah, saya mesti mengagendakan waktu untuk kesini. Menunggu suami memiliki waktu longgar sehingga bisa menikmati derasnya air terjun Nglirip.

Untungnya perjalanan menuju lokasi ini lancar. Jalan sudah mulus. Kalaupun ada yang berlubang di dekat Nglirip. Tidak banyak. So, perjalanan menyenangkan karena kita bakal menikmati dataran tinggi, bukit kapur, hutan hingga kebun jagung.

Selain jaraknya yang jauh, beberapa kali saya mendengar kabar ada orang meninggal di sini. Mitos yang beredar sangat santer seolah memaksa saya untuk mengurungkan niat kesini. Hampir semua web yang saya baca tentang Nglirip pasti membahas tentang mitos. Bisa googling ya. Saya memilih untuk tidak akan membahas tentang mitos ini.

Tapi berita tentang kematian itu sungguh nyata. Sudah dua kali saya mendengar kabar ada anak remaja tenggelam tanpa bisa diselamatkan. Tanpa membaca koran maupun portal online, kabar seperti ini langsung menyeruak, memenuhi isi kepala. Dari pagi ketika saya belanja di tukang sayur langganan. Dari mulut tetangga yang memiliki kenangan bersama korban...

Lanjut ya...

Karena posisi air terjun ini dekat sekali dengan jalan raya, jadi gampang untuk berhenti dan menikmati kesegaran airnya. Meskipun demikian air terjunnya tidak terlihat jelas dari jalan raya. Kita harus berjalan menurun kira-kira 200 meter.

Jalan menuju air terjunnya sudah bagus. Jalan tersebut menghubungkan dengan desa. Jadi meskipun banyak orang hilir mudik, petugasnya pasti hafal siapa pengunjung, dan siapa warga. Pertama kali kesini, di dekat gapura saya langsung disuruh membayar tiketnya. Tapi kali kedua saya tidak ada petugas berseragam. Ya sudah, pikir saya gratis. Pengunjung juga sedang tidak ramai. Saya dan si bungsu langsung turun menuju lokasi. Suami masih sibuk mencari spot untuk foto-foto. Begitu bertemu saya, dia bilang kalau tadi disuruh membayar tiketnya.



Memasuki lokasi air terjun Nglirip, kita langsung berhadapan dengan deretan warung-warung tradisional yang menjual rujak, gorengan, dan minuman. Ada warung bakso dekat jembatan biru.

Kalau ramai pengunjung, sepeda motor bisa diparkir  dekat jembatan. Oh ya, jembatan dengan cat berwarna biru ini menghubungkan dengan desa. Agak menakutkan ketika saya melihat ada beberapa lubang yang menganga. Meskipun demikian, jembatan ini merupakan jalan tercepat bagi pengendara sepeda motor. Mungkin karena sudah terbiasa, jadi apapun hambatannya tak menjadi masalah bagi warga.


Nah, untuk melihat air terjun dari dekat, kita mesti menuruni tangga. Aman. Di dekat tangga menuju air terjun juga sudah ada warung-warung yang menjual minuman, snack, mie rebus, dsb. Jadi kalau lapar bisa segera mengisi perut.

Air terjun Nglirip merupakan air yang jatuh dari tebing kapur. Sumber air terjun Nglirip ini berasal dari hutan Krawak, sekitar 3 km. Airnya jernih dan segar. Pemandangan di sekitarnya adalah pepohanan yang tinggi dan rindang. Setelah air terjun, air mengalir perlahan diantara batu-batu karang. Sungainya dangkal dan tidak lebar. Air mengalir dengan lancar.



Sebelum berkunjung kesini saya sempat ragu dengan foto-foto air terjun Nglirip dengan sumber air yang berwarna hijau cerah. Saya pikir mungkin itu efek editing, dsb. Tapi setelah dua kali kesini saya bisa menyimpulkan mana yang editan dan asli. Jadi kalau ingin melihat air terjun dengan warna yang cantik, please perhatikan tips berikut.

Tips:

  1. Jangan berkunjung saat musim hujan. Apalagi kalau malamnya habis turun hujan. Bisa dipastikan airnya coklat alias keruh.
  2. Jangan berkunjung di musim kemarau karena debit airnya sedikit.
  3. Sebaiknya di antara pergantian musim kemarau dan hujan, saat cuaca cerah.



Jadi sebaiknya tidak perlu neko-neko disini, apalagi kalau mau berenang. Simpan saja keinginan tersebut.

Karena di lokasi ini banyak batu-batu yang besar, cocok buat foto-foto seolah dekat dengan air terjunnya. Tetap ya hati-hati!

Air sungai disini juga dipakai untuk mengaliri sawah penduduk. Selain di area air terjun kita bisa mendapatkan foto Nglirip dari sudut yang berbeda. Coba saja melewati jembatan lalu ambil foto dari sisi kiri sungai.



Buat yang ingin mengabadikan air terjun Nglirip bisa foto-foto dari sungai, jembatan, bendungan, dan air terjun.

Oh ya, di sungainya sebelum jembatan biasa dipakai anak-anak desa berenang. Jangan heran jika ada anak yang nude. Anak-anak kecil tersebut pasti tidak memiliki pikiran macam-macam. Berenang ya berenang saja. Lepas semua baju lalu...byurrr. Segar!



Saya senang mengamati wajah-wajah polos mereka. Kebahagiaan anak-anak menikmati sepotong siang dengan berenang bersama-sama. Dan mereka pasti bisa berenang dengan sendirinya, dengan semua gaya. Tak perlu les renang. Alam mengajarkan kita untuk survive. Alam mengajak kita bersahabat. Alam mengajak kita merenung. Sejauh mana langkah kaki ini, sejauh mana hidup yang kita lalui. Semoga tak ada yang sia-sia.

Tiket:

Rp 2.000

Parkir:

Mobil Rp 5.000

Untuk tempat parkir mobil ada di sebelah kanan jalan. Sepeda motor juga bisa diparkir disini. Tapi ada juga yang sampai masuk lokasi air terjun, yaitu di dekat  jembatan dan warung.

Sayangnya untuk fasilitas umum, seperti toilet, mushola belum ada. Jadi kalau kesini memang niatnya hanya untuk melihat air terjun dan mengabadikannya. Semoga saja pihak-pihak terkait segera melengkapi fasilitas umum sehingga pengunjung nyaman disini.

Happy traveling!

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

26 Komentar untuk "Jernihnya Air Terjun Nglirip"

  1. Aaah suka liat pemandangan air terjunnya. Bikin adem dan betah. Duh sayang jauh dari Bandung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, mendengarkan suara air terjun, melihat pemandangan sungai membuat hati adem.

      Hapus
  2. wah bagsunay air terjunnay pasti suasananya di sana adem ya

    BalasHapus
  3. wah ... airnya jernih bgt ya mbak

    BalasHapus
  4. Waw.
    Liat artikel ini jadi pengen nyemplung.
    Segarrrr.

    BalasHapus
  5. Biaya masuknya masih murah sekali ya mba..
    Langsung ingat acara TV yang sering pake adegan host nya nyebur ke air.Tapi kayaknya itu dalem ya bawahnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti dalam. Biasanya pengunjung main air di pinggir-pinggir saja.

      Hapus
  6. bener-bener wisata yang exsotik ya mbak. Indonesia memang kaya akan pariwisatanya.

    BalasHapus
  7. bagus banget terakhir liat air terjun taun 2013 😂 sdh 4 taun lalu emang bikin adem sejuk y mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Susananya memang bikin mata seger. Tapi begitu keluar panas mba.

      Hapus
  8. Keren air terjunnya, Di Bengkulu juga Banyak air terjun mbak.

    BalasHapus
  9. Wahh keren banget air terjunnya mbak
    Adem ngeliatnyaa

    BalasHapus
  10. Aku belum pernah ke Tuban hiks, air terjunnya beneran bagus asal tidak tergoda berenang yaa

    BalasHapus
  11. Jadi pengin berenang nih mba..apalagi di musim puasa seperti ini..huuuff...
    Ternyata selain bisa siaroh ke makam sunan bonang, juga bisa ke wisana nih,..ya mba,

    BalasHapus
  12. Air terjunnya bagus banget,baru liat fotonya aja udah bikin seger apalagi liat airnya langsung :)

    BalasHapus
  13. wah indah sekali mba air terjunnya, air terjun ini hampir sama dengan air terjun yang ada disukabumi mba, eh iya kira-kira air terjun ini dalem ngga mba?

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel