Kampung Coklat Blitar: Surganya Coklat




Assalamualaikum,

Sudah lama saya memendam keinginan untuk berkunjung ke kampung coklat, Blitar, Jawa Timur. Sebagai penggemar coklat rasanya kurang afdol kalau belum menikmati olahan coklat ini.

Siapa sih yang tidak kenal coklat. Iya, coklat yang warnanya bisa coklat, hijau, putih, pink,dsb.  Dengan bermacam-macam bentuk yang jelas menggoda iman. Yang rasanya legit membuat anak-anak atau siapa saja ketagihan. Yang katanya bisa menetralisir stress. Aih... chocholate lover! Bisa googling manfaat coklat.

Akhir-akhir ini saya sering ke Malang demi menjenguk si sulung, akhirnya berkesempatan untuk mampir di kampung coklat di Blitar. Jarak tempuh dari Malang sekitar 2 jam perjalanan. Aih senangnya, rasanya seperti di surga coklat. Saya dan anak nomor dua ini memang penggemar coklat. Tapi ingat usia, jadi tidak berani makan banyak. Ingat isi dompet pula.

Ada apa di kampung coklat?

Karena ini adalah kunjungan pribadi, bukan ikut paket wisata apapun jadi bebas saja disini. Bebas mau wisata belanja atau wisata edukasi, atau cuma main-main.



Dari lokasi parkir sudah ramai pengunjung. Tapi kampung coklatnya sebelah mana? “Tidak jauh, kok. Sekitar 3 rumah dari sini,” kata tukang parkirnya.

Nah, disini tidak ada tempat parkir khusus, jadi warga yang memiliki halaman digunakan sebagai tempat parkir. Kayaknya sih seperti itu. Atau mungkin ada tempat parkir tapi tidak muat. CMIIW. Kita terlalu excited jadi pengen segera masuk saja.

Di dekat lokasi parkir ini banyak  yang jualan oleh-oleh termasuk si coklat. Ada pula penyewaan kamera. Jadi tidak ada alasan untuk mengabadikan momen berada di kampung coklat.

Pintu masuknya tidak terlalu besar. Tidak seperti bayangan saya, satu kampung menanam coklat atau kebun coklat yang super luas. Lebih mirip lorong yang dindingnya ada pigura berisi seluk beluk coklat, termasuk sejarah coklat.

Di dekat pintu masuk saja sudah disodori toko coklat dan segala pernak perniknya. Lalu ada ruang ATM. Buat yang kehabisan uang, jangan khawatir. 


Begitu memasuki kampung coklat, wow..., “Ini beneran kampung coklat atau pasar?” pikir saya. Ramai banget. Tapi kapan lagi datang kesini kalau tidak di hari libur. Hari lainnya, anak-anak sekolah, suami bekerja.

Seperti orang-orang yang belanja di pasar. Dimana-mana bertemu orang. Sampai kita bingung mau mencari spot buat foto-foto. Memang disediakan tempat dengan latar bertuliskan kampung coklat. Tapi ngantrenya bukan main. Begitu sepi langsung deh, kami merapat. Cekrak-cekrek lalu datanglah orang-orang yang memiliki keinginan yang sama.

Makan-makan



Berada di kampung coklat rasanya seperti berada di pujasera pusat perbelanjaan. Maksudnya begini, karena banyak food court, saya tetap merasa seperti berada di warung out door. Dimana kita bisa memesan menu yang ada lalu duduk-duduk di bangku dengan santai. Tapi tidak santai. Pusing lihat orang sebanyak ini. Hilir mudik seperti tidak ada habisnya.

Terapi Ikan

Ada arena bermain anak-anak. Tapi kami memilih tempat lainnya. Inginnya mencari suasana yang santai. Pilihan itu akhirnya ada ketika saya mengajak suami untuk menikmati terapi ikan.

Kolam pertama penuh, sepenuhnya seperti tidak ada space buat orang duduk lagi. Cari lainnya, eh ada. Kami pesan dua. Dapat dua bantal sebagai alas duduk.



Tiket terapi ikan:

Rp 5.000 per 10 menit

Tapi saya merasa lebih dari 10 menit. Yang pakai bukan dua, melainkan empat. Semoga tidak dipermasalahkan.

Jadi ini adalah pengalaman pertama saya menikmati terapi ikan. Caranya dengan memasukkan kaki ke dalam kolam ikan. Biarkan ikan-ikan yang berukuran kecil ini menggigit (mematuk) kaki kita. Rasanya geli-geli. Tidak sakit. Justru di bagian kaki tertentu saya tidak tahan geli. Saya angkat kaki ini lalu masukkan lagi. Begitu seterusnya. Beberapa orang tertawa seperti saya. Tapi kebanyakan sih diam, menikmati setiap gerakan ikan yang mendekat. Apa mereka sudah terbiasa dengan terapi ikan ya?

Cooking class



Ini bagian yang menyenangkan juga buat anak-anak. Bisa dikatakan inilah wisata edukasinya. Di depan pintu masuknya ada kegiatan mencetak coklat, tapi kami cuma diajak untuk menghias saja. 

Anak-anak akan  belajar berkreasi dengan coklat. Sebenarnya yang seperti ini juga sudah pernah dilakukan anak-anak. Bedanya kalau di rumah gratis. Kalau mengikuti cooking class ini harus membayar Rp 5.000 per satu coklat.



Jadi, kalau kita pesan satu coklat, akan mendapatkan satu coklat batangan yang sudah dibentuk love dan diberi pegangan. Lengkap dengan 4 macam coklat warna untuk hiasannya. Terserah mau menghias seperti apa. Hasilnya boleh dimakan.

Nah, kalau anak-anak saya membuat nama. Harus cepat ya. Karena di ruangan berAC, maka coklat lelehnya cepat mengeras. Awalnya masih gampang buat mencoret-coret, lalu ada yang macet. Sementara si bungsu tidak jelas membuat apa. Semua coklat leleh dicampur saja.

Ruang produksi

Nah, disamping kiri dan kanan cooking class itu adalah ruang produksi coklat. Kita tidak diperbolehkan memasuki ruangan. Saya tidak tahu apakah yang ikut paket boleh melihat atau tidak. Selanjutnya adalah ruang pengemasan. Semuanya bisa dilihat dari kaca. Ngintip sebentar.

Untuk coklat, kampung coklat menerima dari petani-petani coklat daerah lainnya. Tapi semua produk dengan label kampung coklat berasal dari sini.

Pembibitan



Seperti apa sih pohon coklat itu? Kalau ini sudah tahu sejak masuk ke kampung coklat. Tapi bibitnya? Mari menuju area pembibitan. Sayangnya kalau tidak ikut paket wisata tidak ada tour guide nya. Tidak ada yang menjelaskan proses pembibitan, penanaman hingga panen. Ya, sudah, kita lihat-lihat saja bibit-bibit coklat. Atau kalau tertarik untuk membelinya, bisa ambil disini. Jangan lupa bayar ya.

Chocholate gallery



Meskipun tempat ini paling dekat dengan pintu masuk, tapi saya berusaha keras untuk menahan diri. Ditambah rengekan anak-anak. Say no! Kita jalan-jalan dulu, keliling kampung coklat. Kalau belanja dulu, pasti capek juga nenteng belanjaan. Sementara kita masih ingin keliling lokasi.



Selesai mengelilingi kampung coklat, pastinya capek deh. Saya minum coklat frezz. Minuman coklat yang ngantrenya luar biasa panjang. Tersedia dalam dua pilihan, panas dan dingin. Tapi setahu saya, semua orang pesan yang dingin. Maklum minuman dingin adalah obat dari rasa lelah yang manjur.



Terakhir adalah belanja. Hore!!! Amazing. Ini coklat per harinya habisa berapa banyak ya? Orang-orang yang datang tidak mungkin beli Cuma satu atau dua. Belinya banyak! Mumpung di kampung coklat.

Meskipun harga yang ditawarkan menurut saya tergolong mahal, tapi kita puas dengan rasa yang dihasilkan kampung coklat. Untuk ukuran coklat batangan, dengan ebrat 250 gr saja harganya Rp 40.000. Padahal biasanya saya beli lebih murah dari ini.



Oh ya, untuk coklat ini kemasannya macam-macam. Semuanya menarik. Ada yang diberi pita. Ada yang dari kotaknya saja sudah bagus. Lalu dikasih mika sehingga terlihat jelas coklat berbentuk love warna-warni.

Sebelum membeli coklat, boleh loh kita mencoba testernya. Anak saya sampai bolak-balik ke tempat tester. Demi apa coba? Agar dapat gratisan coklat!

Selain coklat-coklat batangan yang dibentuk dan dikreasikan dengan bahan tambahan lainnya, ada juga snack dengan rasa coklat. Contohnya keripik pisang rasa coklat, stik coklat, untuk yuyu coklat, dsb. Bingung mau pilih yang mana ini.

Kapan ke kampung coklat lagi? Ah, si sulung tidak ikut. Dia penasaran. Minta dikirimi foto dan disisakan coklatnya. Jadi ada alasan untuk datang lagi.

Tiket masuk kampung coklat:

Rp 5.000

Parkir: 

Rp 5,000

Lokasi:

Jl. Banteng – Blorok no.18 RT 01/RW 06 Desa Plosorejo, Kademangan, Blitar, Jawa Timur.

Happy traveling!

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

22 Komentar untuk "Kampung Coklat Blitar: Surganya Coklat"

  1. aku prnh ke sini bareng temen2 kantor, memang surga banget buat pecinta coklat

    BalasHapus
  2. Keren ya Kampung Coklat ini, semoga bisa mampir kapan-kapan :)

    BalasHapus
  3. Sekarang Kampung Coklat menjadi usaha yang besar, sukses dan dikenal banyak kalangan.
    sebagai warga Blitar jadi ikut senang dan Bangga

    BalasHapus
  4. Bener-bener ini mah kampung. Coklatnya banyak banget. Aku pengen ngerasain duduk di bawah pepohonan coklat yang itu..he

    Tiket masuknya masih terjangkau kalau segitu ya, Mba. Semoga bisa ke kampung coklat juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga bisa main ke kampung coklat dan belanja coklatnya.

      Hapus
  5. Murah meriah si masuk n parkirnya tapi harga coklatnya si mayan y mba xixixi..btw aku salfok sama terapi ikannya dari dulu pengen nyoba tapi takut bukan aku yang kegelian malah ikannya mati gegara kakiku yang bao bao :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, mba Herva ada-ada aja. Justru ikannya bakal mengerubungi kaki kita. Kalau aku sih merasa geli dan penasaran. Jadi, masukkan kaki, lalu geli, angkat kaki, masukkan lagi. Begitu seterusnya....

      Hapus
  6. Konsep yang diusung sangat cerdas nih, "Kampung Cokelat'. Jadi, banyak yang penasaran, ditambah harga tiket masuknya yang murah meriah, jadi, udah kayak pasar aja. Tempatnya juga luas dan banyak buat duduk nyantai gitu, pastilah, suka yang datang..

    Udah gitu, yang dijual unik dan menarik.. seru deh yang belanja desak-desakan kayak jelang lebaran aja, haha.

    Makin sukses aja nih Ka

    Kalau ngantri cokelat frezz nya perlu kesabaran berarti nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kesini pas liburan. Dimana-mana ramai. Sampai bingung milih coklatnya...

      Ampun deh, mau minum ngantrenya luar biasa.

      Hapus
  7. Murah bingit mbak
    10rb udah dpt tiket masuk + parker
    pasti rame kalo weekend ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ramai banget. Tiketnya memang murah, tapi belanja-belanja juga kan. Siap2 isi dompetnya. Hihi...

      Hapus
  8. ga tau kalo ada tempat begini... pas ke blitar dulu aku cuma ke makam bung karno ... trs balik ke solo :D... ihhh nextnya mau deh ke kampung coklat jg.. suamiku sih mba yg suka bgt ama coklat :D.. kalo aku cendrung krn penasaran doang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernah sih ke makam Bung Karno dah lama. Ramai juga disini.

      Berawal dari penasaran lalu kesana. Hihi...

      Hapus
  9. Wah... kampung coklat murah meriah ya tiket masuknya,, bisa jadi alternatif liburan lebaran nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tiketnya murah, bisa belanja aneka coklat dan olahannya.

      Hapus
  10. Pasti mantep banget ya gan bisa makan coklat yang seger seger gitu :D btw tempatnya juga simpel, bersih, dan sederhana, semua tersusun rapi. Pastilah pengunjung betah berlama lama berada disini. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tuh, betah makan-makan. Kalau saya pusing lihatnya, banyak yang mondar-mandir.

      Hapus
  11. terapi ikan ??? gimana ya rasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Geli. Aku belum terbiasa jadi masih suka nggak tahan geli. Kalau sudah begitu langsung deh kuangkat kaki ini. Kemudian masuk ke kolam lagi. Tapi banyak juga yang diam saja menikmati terapi ikan.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel