Menjelang Ujian Nasional SD





Dear moms,

Yang memiliki anak menjelang UN, bagaimana rasanya? Namo-nano atau biasa saja. Biarkan saja, toh dia sudah mempersiapkan belajarnya. Tinggal menunggu hasilnya. Atau mungkin masih ada yang berjuang keras dengan memasang target tertentu untuk anaknya.


Yang mau ujian anaknya, tapi orang tua ikut galau. Jadi teringat jaman saya masih sekolah dulu. Apakah orang tua saya juga ikutan galau seperti ini. Mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya agar hatinya lega. Meminta anak les ini itu agar selamat nilainya.

Betapa repotnya orang tua jaman sekarang. Banjir informasi membuat hati emak-emak makin tak karuan. Tak lagi berbentuk sama. Tidak tuluskan kita memperjuangkan pendidikan anak-anak? Tapi sudahlah. Persiapan tentu sudah sejak lama. Menjelang Ujian Nasional, gaungnya pasti sudah terdengar sejak awal masuk kelas 6, jadi sekarang tinggal menunggu apa?

Anak kedua saya ini masih sama, santai, sedikit meningkat tanggung jawabnya. (I’m proud of you). Menjalani hari-hari masih seperti biasa. Sekolah, les, belajar di rumah, main-main. Masih sama seperti hari-hari kemarin.

Yang berbeda adalah dia sudah berada di akhir sekolah dasar, tinggal menghitung hari saja.

Untuk persiapan UN, sebenarnya bukan hanya untuk anaknya saja. Contohnya begini, si anak sudah memiliki jadwal belajar rutin, sementara saya masih sering pergi-pergi. Tentu si anak ingin ikut juga. Dan itu membuat jadwal dia menjadi kacau. Sepulangnya pasti capek, belum lagi kalau mesti ijin kegiatan di sekolah.

Meskipun bulan Mei dihujani dengan tanggal merah, alhamdulillah kami baik-baik saja di rumah. Rencana untuk mengunjungi si sulung yang sekolah di luar kota, ditunda dulu.

Jadi, untuk sementara saya tidak acara pergi. Saya ingin memiliki banyak waktu bersama anak-anak. Saya ingin menemani hari-harinya menjelang UN. Apalagi beberapa hari ini dia kurang sehat.

Pada hari Jum’at minggu lalu sebenarnya saya ingin menyusul suami. Ceritanya suami ada lembur, jadi tidak pulang. Seperti yang dulu-dulu, kalau suami kerja di hari Sabtu atau hari libur lainnya, saya dan anak-anak biasanya ikut. Nah, saya sudah pesan sopir, tinggal siap-siap untuk berangkat. Tapi kemudian, ada info bahwa si bungsu ada tes renang lalu malamnya ada doa bersama untuk anak-anak kelas 6. Hwaa...  

Pagi itu saya merasa kacau banget. Saya kok ketinggalan info. Saya baca grup kelasnya. Saya cari lembar pengumuman. Nihil. Sampai akhirnya saya telpon teman-teman, tanya ini itu tentang kegiatannya anak kedua ini. Katanya sudah ada pengumuman beberapa hari lalu. Tapi saya merasa belum menerimanya. Aduh... 

Di saat seperti ini saya merasa, jangan-jangan saya selama ini terlalu abai... 

Note: pengumuman dari sekolah masih ada di dalam tas sekolah anak saya.

Bisa saja saya ikut suami, meski si bungsu tidak ikut tes renang. Bukankah masih bisa menyusul minggu depan.  Toh itu pelajaran ekstra. Santai saja. Sementara kakaknya, bisa saja saya ijin dengan alasan ini. Tapi kemudian saya merasa perlu untuk mendahulukan kepentingan anak-anak.

Kapan lagi mengikuti kegiatan doa bersama, kapan lagi menyerap ilmu parenting, kapan lagi berkumpul bersama orang tua murid... Iya, masih ada kesempatan lagi. Tapi kesempatan seperti ini menurut saya juga penting.

Saya mulai membuat skala prioritas. Saya ingin ketika si anak UN, benar-benar sudah siap dan sehat. Makanya saya mengurangi kegiatan yang menguras tenaga. Karena sehat itu sangat berharga. Semoga diberikan kesehatan terus.

Menjaga komitmen

Beberapa waktu lalu, ada pertemuan wali murid dan guru yang mengajak untuk menjaga komitmen bersama. Buat anak-anak, momen seperti ini menjadi pelajaran berharga. Isi komitmen tersebuat agar anak-anak mengurangi menonton teve dan penggunaan gawai, mempersiapkan diri dengan mendekatkan diri kepadaNya.

Sudah bertahun-tahun ini saya memang tidak banyak menonton televisi. Ini lumayan berpengaruh terhadap anak-anak. Mereka bisa memilih tontonan yang layak itu seperti apa. Tapi kadang teori seperti ini tidak berlaku juga. Kalau mereka berada di rumah kerabat, tetap saja bisa menonton sampai puas.  

Seperti kata pembicara dalam doa bersama, tanggung jawab pendidikan anak terletak pada sang ayah. Meskipun yang datang di acara parenting dan kegiatan sekolah lainnya adalah sang ibu. Itu hanyalah persoalan lain. Karena dalam Al Qur’an ada banyak kisah tentang keteladanan orang tua (kisah Luqman, Ibrahim, Ya’kub). Tidak disebutkan adanya kisah ibu Luqman, dsb yang mengajari anaknya.

Nah, sebagai ibu, apa yang mesti saya risaukan. Mestinya begitu ya. Justru karena saya yang sehari-hari bersama anak-anak, saya merasa tahu kemampuan anak seperti apa.  Atau mungkin sok tahu? Atau...jangan-jangan saya yang underestimate kemampuan anak. Terlepas dari semua itu, saya percaya nasihat ustadzahnya anak saya, “Percayalah pada kemampuan anak.”

Mari membentangkan mimpi. Raih cita-citamu, Nak. Selamat menempuh UN!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

10 Komentar untuk "Menjelang Ujian Nasional SD"

  1. In syaa allah mendapat hasil yang terbaik, dek.

    Semangaaaat, mama Rochma.

    *jadi kalo ujian, yang semangat malah orang tua nya yaa, mba..^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...iya, mba. Aku sih tiap hari kayaknya, kasih semangat buat belajar. Tapi kadang anaknya mah cuek kalau lagi libur. Hihi...

      Hapus
  2. Saya berharap UN itu segera di tiadakan bun. Kasian anak2nya, capek2 sekolah bertahun2 tapi bisa ga lulus di ujian UNnya. Tapi saya kurang tau sekarang gimana syarat kelulusan UN tahun ini. Smga Anaknya lulus dengan hasil yang memuaskan ya bun

    BalasHapus
  3. Yes. Saya ibu yg santai nih anak UN SD SMP pun dulu yg SMA. Santai dlm arti lbh pd mbuat suasana. Kan klo kmampuan anak kita sdh tahu. Nggak mau mjejali dgn abcd lg apalagi 1mgg mjelang hari H nya. Lebih pada motivasi dan doa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kudu santai ya menghadapi ujiannya anak-anak. Biar hati tenang dan tetap jadi motivatornya anak-anak.

      Hapus
  4. saya belum ngerasin mba. tapi kalau lihat kaka pas ujian anak2 kayaknya bakal repot bngt. semua diperhatiin banget, mkanan, waktu istirahat, dll.. dan belum lagi dag dig dugnya. hihi
    semoga nanti bisa..

    BalasHapus
  5. Hii..rasanya pasti nano2 mba..
    Aku blm si, masih kelas 4 anakku. Tapi tetep kebayang. Semoga sukses ujian putranya ya mb..jadi orang tua sekarang kayaknya bnr2 menantang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Atau orang tua sekarang suka tantangan? Hihi...makasih doanya.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel