Rumah Berantakan Salah Siapa?




Aroma libur awal puasa sudah menguar. Anak-anak bersorak. Si bungsu meski tidak paham ini libur apa, tapi kalau ada kata “libur” langsung jingkrak-jingkrak saja.

Liburan membuat tugas ibu di rumah bertambah. Kalau biasanya anak-anak pagi hingga siang di sekolah, saat liburan sepanjang hari di rumah. Aih, rumah bakal makin berantakan. Pasti!

Saya lebih senang kalau anak-anak bermain daripada menonton televisi. Anak kedua saya lebih suka membuat prakarya. Entah apa namanya, isinya bongkar barang bekas, membuat suatu benda yang dapat digunakan sebagai mainan. Kalau sudah begini bisa betah berjam-jam.

Rumah semakin kacau karena barang-barangnya berantakan ditambah sampahnya. Kalau sudah selesai ya ditinggal begitu saja. Kecuali kalau saya memintanya membereskan. Bereskah? Beresnya setelah disuruh membereskan saja, setelah itu bongkar lagi. Begitu seterusnya.

Saya selalu memberikan kesempatan untuk anak-anak agar bisa menggunakan kreatifitasnya dalam bermain. Kadang membeli mainan juga. Tapi dengan membuat sendiri bisa lebih hemat dan mengurangi barang bekas meski rumah jadi berantakan.

Tips:

  1. Bermain di satu ruangan agar gampang membereskan dan membersihkannya.
  2. Gunakan barang-barang bekas, seperti kardus, botol aqua, koran, kalender, dsb.
  3. Belajar bertanggung jawab dengan barang-barang miliknya. Termasuk mengembalikan, merapikan dan membersihkan ruangan.


Karena anak-anak saya sudah bisa melakukan tanggung jawabnya maka saya tinggal mengingatkan saja. Mereka sudah tahu kok. Tidak perlu berulang-ulang. Kalau sudah selesai minimal ruangan disapu.

Masalah yang terjadi adalah kalau yang besar sudah bisa belajar bertanggung jawab namun tidak demikian dengan adiknya. Memang masih kelas 1 SD tapi saya sejak kecil sudah mengajaknya untuk belajar bertanggung jawab dengan barang-barang miliknya.

Kalau tidak capek dan mengantuk biasanya dia baru membereskan barang-barangnya. Tapi kalau sudah tidak mood barang-barangnya bisa tergeletak dengan damai dimana-mana.

So, rumah yang berantakan tandanya anak-anak kita kreatif. Bukan untuk ngeles atau apa ya. Tapi coba bandingkan dengan keadaan rumah saat anak-anak sedang sakit. Sepi. Anak-anak istirahat di kamar, minta ditunggu. Bahkan seorang ibu kadang tidak bisa melakukan rutinitasnya.

Tapi kalau anak-anak kita sehat dan kreatif, mulai dari bangun tidur sudah mencari mainannya. Membuat lego. Sudah jadi, bikin lagi. Belum kalau mereka main bola di dalam rumah, main perang-perangan, kejar-kejaran, dsb.

Beginilah potret keluarga yang memilki anak kecil, rumahnya jarang rapi. Kecuali kalau ada asisten rumah tangga. Tapi setelah dibereskan nanti juga berantakan lagi. Tidak ada yang salah dengan rumah berantakan. Tidak perlu merasa bersalah ketika ada tamu dan melihat ruang tamu penuh dengan mainan anak-anak. Toh bagian yang berantakan adalah barang-barangnya anak-anak. Iya kan?

Nanti kalau anak-anak sudah abege sudah mulai berkurang bermainnya. Anaknya lebih suka main bersama teman-temannya. Berkuranglah waktu kita bersama mereka. Mereka memilih bersepeda bersama teman-temannya. Atau bermain bola ramai-ramai.

Well, selamat menikmati libur awal puasa!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

18 Komentar untuk "Rumah Berantakan Salah Siapa?"

  1. Kayak tiap ke rumah murid, atau yang adeknya masih balita. Mainan pun terhampar di ruang tengah. Kadang ruang tamu aja. Kesenanngan anak2 ya, haha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah tidak ada balita, tapi anak-anakku masih suka bikin rumah berantakan dengan mainan. Mereka bahagia.

      Hapus
  2. iya, skarang akhirnya dibikinin pojok buat berantakan. smua mainan juga ditaruh sana. tapi kadang tetep aja sih masih sliweran di ruang2 lainnya XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teorinya di taruh di satu tempat saja, tapi yang namanya anak-anak, ternyata tercecer dimana-mana.

      Hapus
  3. Anakku kukasih satu ruang khusus buat mainan. Tapi dia lebih suka main di ruang tamu sih. :'D

    BalasHapus
  4. Nah aku juga maunya gitu mbak. Anak anak main di satu ruangan, bolehlah kalian berantakin tuh mainan sampai puas di ruangan itu. Tapi jangan sampai keluar ya, mainannya. Realitanya, gak semudah itu mbak..heheeee. Mainan dari ujung pintu depan bisa nyasar naik ke atas kasur atau bahkan aku pernah nemu di dalam lemari es. Salah siapa? enggak ada yang salah dech..heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah anak-anak. Aku sampai pernah terpeleset gara-gara menginjak mainan anak-anak. Huhu...

      Hapus
  5. Sama mbak..tapi anakku sukanya main di kamar..padahal kamarku kecil jadinya lumayan pusing kalau berantakan ×D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga pusing mba, kalau kamar ikut berantakan.

      Hapus
  6. anakku main ya dikamarnya mba sampe tembok kamarnya ondehbmandeh coretan crayon semua pengen nangis liatnya tp apa daya setiap aku plg ngantor anakku cerita jika gambar yg ditembok itu adalah hutan 😂 y sdh skrg sih aku jg pasrah tp klon mainan anakku masih tertib mba klo uda bosen dy masukin lg ke box atau tasnya lumayan membantu dan ga bikin tll berantakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anakku juga suka coret-coret dinding. Bahkan sudah saya kasih kertas dan ditempel di dinding tetap saja, dinding yang favorit.

      Hapus
  7. TOS mba! sama kayak di rumah saya, kadang saya juga ikutan mberesi bekas mainannya, walau sebagian besar istri yang capek mberesi. Soalnya si sulung baru kelas 1 SD, jadi ya bertahap cara nerapin kedisplinannya, nah masalahnya kalau ditambah sama si bungsu yang baru 2 tahun, rumah bisa kayak kapal pecah yang meledag. Udah pecah, pake meledag pula, gimana itu berantakannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. I feel you. Yeah, namanya anak-anak, butuh proses untuk melatih tanggung jawab. Bahkan untuk hal yang terlihat sepele: mengembalikan mainan.
      Si bungsu kalau capek,marah, ya ditinggal semua yang berantakan. Tapi kalau sudah baikan, saya dan dia beres2 bareng.

      Hapus
  8. rumah berantakan bukan salah2 siapa2 dek :)))) asal barang yg berterbaran di lantai gk bikin jatuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...aku pernah terpeleset gara-gara mainan mereka.

      Hapus
  9. Persis kayak di rumah. Padahal Kakak ama adik selisihnya 7 tahun. Cuman kalo inget mereka dulu bayi eh sekarang udah gede gini. Ya udah lah nikmati aja berantakannya 😄😄

    Salam kenal dari Medan, mb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Ibu Dila,

      Masalah berantakan kok nggak pandang usia ya. Anak-anak sudah beranjak remaja kadang juga suka seenaknya menaruh barang2nya. Tapi kemudian diingatkan dan beberes.

      Makasih dah mampir.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel