Ke Masjid Tanpa Berburu Takjil





Hampir seminggu berada di Pasuruan membuat saya harus pandai memilih makanan. Sayangnya tidak banyak pilihan. Atau saya yang belum juga hafal daerah sini! Mau memasak semua menu sendiri, dapur tidak memungkinkan. Masih tetap memasak seperti masak nasi, air, mie, telor. Ya Allah, akhirnya makan mie juga. Nanti kalau di rumah, insyaf.

Dua anak sudah libur, jadi kami memiliki banyak waktu bersama. Mau hidup nomaden seperti inipun tak apa. Toh, bisa berkumpul minus si sulung adalah keistimewaan tak terkira.

Pikiran licikpun segera mengisi kepala. Mau berbuka dengan apa? Kalimat ini benar-benar meracuni hari-hari di sini. Kalau makan nasi punel (makanan khas Bangil, Pasuruan) saya bisa membeli sendiri dengan berjalan kaki. Atau es degan, es campur, dsb, banyak. Tapi kalau lainnya, saya mesti menunggu suami pulang, biar ada yang mengantarkan.

Jam pulang suami, masih sama. Jadi kalau mau membeli lauk, kita seperti sedang diburu waktu. Takut kalau sudah maghrib tidak bisa sholat di masjid.

Yang menyenangkan berada disini adalah bisa menikmati sholat berjamah dan suara imam masjid. Hahaha.. begitu merdu hingga bacaan surat panjang tak terasa lagi. Kaki tidak lagi terasa pegal berdiri. Siapapun imamnya, bacaannya tetap tartil meski kadang tenggelam oleh deru kendaraan yang lalu lalang di jalan.

Mendengarkan bacaan imam sholat itu hati terasa adem dan damai. Seperti memiliki magnet, saya selalu ingin kesana. Ya Allah, peliharalah hati ini untuk selalu tertaut pada kebaikan-kebaikan. Setelah ini saya akan merindukan saat-saat berada di masjid.

Disinipun saya mendapat pelajaran berharga, tentang semangat para wanita yang sudah sepuh untuk terus mendekatkan diri kepadaNya. Sekitar 50 orang mengikuti itikaf di masjid ini. Ada juga yang berasal dari luar kota. Sudah beberapa Ramadhan mendaftar itikaf.



Lanjut...

Menjelang maghrib kami sudah bersiap ke masjid Manarul Ilmi. Seperti tahun lalu, masjid ini menyediakan takjil dan nasi kotak. Tapi tidak semua jamaah mendapatkannya. Untuk jamaah wanita, menjelang adzan maghrib, makanan dibagikan. Sedangkan untuk jamaah laki-laki, setelah sholat maghrib, di shaf pertama dan kedua diberikan kupon. Nanti bisa ditukar dengan makanan di tempat terpisah.

Di sepuluh hari terakhir ini jumlah makanan ditambah sehingga hampir semua jamaah mendapat jatah makan. Kalaupun tidak ya karena menolak saja.

Hari pertama, saya, suami dan dua anak mendapatkan makanan. Padahal biasanya anak kecil tidak dihitung. Hari kedua, kami datang ketika adzan maghrib, dan pembagian makanan untuk jamaah wanita sudah berakhir.

Saya masih sempat minum seteguk teh kotak yang saya bawa dari rumah. Begitu sholat maghrib selesai, kami berkumpul di teras. Ada dua kotak nasi dari suami. Si bungsu tidak kebagian. Ya, sudahlah.

Dalam keadaan seperti ini saya jadi merenung, sebenarnya tujuan kita ke masjid adalah untuk beribadah. Masalah nasi takjil itu adalah bonus. Jadi ikhlaskan saja, tidak perlu kecewa ketika melihat di sekeliling adalah para jamaah yang menikmati hidangan berbuka dari masjid.

Di bulan Ramadhan kita sering ya ke masjid menjelang maghrib. Biasanya kalau ada suami, saya dan anak-anak diajak bareng-bareng ke masjid. Apalagi kalau sedang bepergian. Dulu, ketika suami masih dinas di Surabaya, harapan kami sebisa mungkin tiba di Tuban menjelang maghrib. Kenyataannya, tidak. Suami pulang kantor seperti biasa. Dan selama di perjalanan kita selalu berbuka di masjid.

Daripada berbuka di jalan, lebih baik memperhatikan jam. Kalau sudah mendekati maghrib, segera mencari masjid terdekat. Diantara masjid-masjid yang kami singgahi selalu memberikan takjil kepada jamaah tetap dan musafir.

Ah, manusia memang sering berkeluh kesah. Mendapat ujian sedikit saja sudah mengeluh panjang pendek. Dan saya merasa sangat malu. Betapa tujuan ke masjid menjadi ternoda. Padahal kalau mau jujur, di depan masjid itu ada yang warung nasi.

Malam terakhir di masjid, seorang pengurus masjidnya menawari saya nasi kotak. Waktu pembagian makanan saya belum datang.  Sampai dua kali bertanya, menjelang sholat maghrib dan isya’. “Nggak apa-apa. Minta saja di bawah. Karena memang sudah disediakan untuk jamaah.”

“Hah, disuruh meminta makanan?” bisik hati ini. Maka dengan halus saya tolak. Saya mungkin sudah tidak lagi peduli tentang makanan. Alhamdulillah suami dan dua anak dapat makanan. Jadi kita bisa makan bersama dan sudah cukup.

Bukankah di bulan mulia ini sebaiknya memperbanyak amal ibadah seperti memberi takjil buat orang berpuasa. Tapi keadaan menjadi terbalik. Saya yang mendapat takjil dari masjid dan di jalan.

Saya rasa ketika sudah berniat ke masjid, segera fokuskan pikiran. Segala masalah yang berkeliaran di kepala insyaAllah ada jalan keluarnya.

NB: maaf alurnya agak kacau dan fotonya kurang maksimal. Saya kurang nyaman motret di tempat ibadah dengan kamera. Jadi, bermodalkan kamera hp ala kadarnya saja, setelah sholat baru jeprat-jepret diam-diam. Lainnya, banyak foto yang blur.

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

16 Komentar untuk "Ke Masjid Tanpa Berburu Takjil"

  1. Aku belum pernah sih berbuka dengan takjil yang disediain masjid karena lebih sering berbuka di rumah hehe. Tapi memang yang penting kan niat kita menunaikan ibadah sholat ya mbak Nur :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, lebih asyik di rumah, berbuka bersama keluarga tercinta.

      Hapus
  2. hihii selama ramadahn memang banyak masjid yang menyediakan takjil ya mba. Positifnya masjid jadi ramai dan semarak ramadahan jadi makin terasa.

    Kalau berada di tempat baru saya juga gitu, perut suka pilih2 makan... hihii maunay yang enak2 aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenyataannya takjil ini memang penting buat musafir...eh jamaah juga ya.

      Hapus
  3. biasanya kalau ke masjid setelah buka di rumah. Walau pun masjid deket rumah cukup sering ada acara buka bersama

    BalasHapus
  4. Jujurnya aku blm prnh berbuka di mesjid.. Krn kebiasaan dari dulu, mulai sholat tarawih di mesjid stlh berbuka puasa.. Jd ga prnh bisa ikutan buka di mesjidnya.lagian dulu sempet mikir, makanan berbuka di mesjid itu hanya utk musafir mba :D. Ternyata memang bisa untuk semua yaa.

    BalasHapus
  5. Mari kita tingkatkan amal dan ibadah di bulan ramadan kali ini, smg allah menerima dan meridhoi. Amin ya rabbal alamin

    BalasHapus
  6. wah masjid ini sering saya kunjungi kalau perjalanan pas Bondowoso - Surabaya, dan juga numpang mandi kalo pas masuk Shubuh, karena berangkat dari Bondowoso jam 2 pagi, kangen bener mbak suara imamnya yang merdu

    BalasHapus
  7. Ramadhan penuh berkaah mbaak. . Sepakaat yg penting niatnya ke masjid adalah untuk beribadah kalau masalah dpat takjil dan nasi kotak itu bonus dr Allah. . :) Alhamdulillaah. .

    BalasHapus
  8. Ramadhan penuh berkaah mbaak. . Sepakaat yg penting niatnya ke masjid adalah untuk beribadah kalau masalah dpat takjil dan nasi kotak itu bonus dr Allah. . :) Alhamdulillaah. .

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel