Sandal yang Tertukar





Malam itu, seperti biasa saya sholat tarawih di masjid.  Usai sholat, saya mencari sandal saya diantara deretan tak beraturan sandal-sandal jamaah. Mata ini sudah menyisir deretan sandal wanita.

Saya masih ingat tadi menaruhnya di sekitar depan tempat sampah. Ketemu deh! Langsung saya pakai pulang. Tiba di depan rumah, saya segera mencopot sandal... “Kok sandal ini rasanya beda.”

Mata ini langsung menangkap kejanggalan sandal. Iya, sandal ini lebih empuk. Enak dipakai. Usianya masih muda dibandingkan sandal saya. Saya pakai berjalan lagi. Dengan sadar saya meyakini bahwa ini bukan sandal saya.

Bentuk, warna, size, merk... pokoknya satu model pabrikan dengan sandal saya. Yang berbeda adalah, sandal saya sudah bolong-bolong belakangnya. Lebih jelek dan warnanya sudah pudar. Kode... sudah waktunya ganti yang baru!

Akhirnya saya memaksa suami untuk mengantar ke masjid. Jamaah sudah bubar dari tadi, sudah sepi. Yang tertinggal hanya beberapa orang (pengurus masjid) yang sedang membereskan masjid.

Saya berkeliling tempat sandal, tapi sandal saya sudah tak ada. Deretan sandal jamaah tinggal beberapa buah saja. Mungkin termasuk sandal masjid. Lalu, kami pulang.

Sempat terpikir untuk bicara saja dengan orang-orang masjid. Tapi saya ragu. Masalah ini terlihat sepele. Sandal yang tertukar, yang hilang adalah hal biasa terjadi di masjid. Suami maupun anak-anak saya sering mengalaminya. Bahkan sandal yang baru saja dibeli. Karena sudah masuk waktu sholat, ya mampirlah ke masjid dengan sandal barunya. Eh, ternyata hilang juga.

Kadang saya sampai jengkel. Sudah berkali-kali saya katakan pakai sandal jepit yang super jelek saja kalau ke masjid. Yang penting sandalnya bersih. Agar hati ini tidak kecewa kalau hilang. Mungkin yang sudah mengalaminya berkali-kali lebih tabah daripada yang baru sekali ini ... Please!

Selain sandal yang hilang di masjid, adalah jam tangan. Biasanya ketika wudhu ditaruh saja. Lalu lupa mengambil, jadi diambil orang. Sudah dua kali kejadian seperti ini. Tapi sekarang kita bicara sandal saja!

Memakai sandal yang tertukar ini lebih nyaman. Tapi, ini adalah barang yang bukan milik sendiri, jadi seperti mengkhianati hati. Gelisah!

Besoknya saya sudah siap untuk datang ke masjid tersebut. Tujuannya selain untuk beribadah juga untuk mengembalikan sandal yang tertukar. Kenyataannya, karena saya sibuk mempersiapkan barang bawaan untuk keluar kota, saya tidak jadi ke masjid tersebut.

Enam hari kemudian ketika saya sudah pulang ke rumah, saya berjanji akan sholat ke masjid sekaligus mencari sandal saya. Anak-anak sudah saya persiapkan agar tidak terlambat. Biasa ya, kalau membawa anak-anak ke masjid, ada saja yang mengulur waktu. Belum inilah, yang berantem dulu, yang apa, ribut!

Ketika sholat selesai saya berjalan dari selatan ke utara mencari sandal saya. Tak ada. Sekali lagi mata ini menyisir deretan sandal. Tetap tidak ada. Akhirnya saya menunggu di teras, tepat di depan sandal ini. Saya perhatikan orang-orang yang mencari sandalnya, lalu bergegas pulang. Tapi tak ada yang mengambil sandal saya.

Di sana saya bertemu dengan seorang teman. Saya berbagi kisah sandal yang tertukar. Dia juga pernah mengalaminya. Tapi sandalnya lebih bagus tertukar yang lebih jelek. Jadi, dibiarkan saja. Ikhlas saja. Lha, sudah tidak ketemu!

Bagaimana dengan saya?

Sampai pintu-pintu masjid ditutup, saya masih menunggu. Jamaah sudah habis. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang dengan sandal yang tertukar. Ssst...jangan bilang-bilang ya, sandalnya saya pakai kemana-mana!

Teman-teman pernah mengalami kejadian seperti ini? Yang tertukar maupun yang hilang? Sharing yuk!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Sandal yang Tertukar"

  1. sering juga aku, Mba Rochma.

    Seringnya sih lain sebelah mba. Giliran udah jauh dari rumah baru ngeh deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya gitu ya, pas pakai sandalnya nggak kerasa.

      Hapus
  2. Wah bisa dijadikan sinetron, Mba.. kelanjutan dari putri yang tertukar. ^_^

    Biasanya memang tetukar dengan yang lebih jelek, tapi ini tertukar dengan yang lebih bagus. Bersyukur Mba, berarti rejeki Mba Rochma lebih bagus dari yang mendapat sandal asli mba. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhirnya aku pakai saja. Masih ke masjid itu sambil lihat-lihat sandal jamaah, barangkali ada sandalku yang butut dan jelek.

      Hapus
  3. Hehe, kalau sudah rejeki ya begitu ya bu, tidak akan tertukar karena tertukar. Mungkin sandal bagus itu memang sudah jadi rejekinya ibu :D

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel