Telaga Sarangan





Assalamualaikum,

Libur lebaran selain dimanfaatkan untuk silaturahim juga cocok untuk traveling. Tahun ini libur lebaran bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Lumayan panjang. Seperti sudah menjadi kesepakatan bersama, banyak orang traveling membuat tempat wisata penuh. Termasuk Telaga Sarangan yang menjadi tujuan kami. Sudah mainstream sih!

Memilih waktu untuk liburan bersama keluarga kalau tidak seperti ini pasti sulit. Mumpung anak-anak masih sekolah, belum ada yang kuliah. Libur sekolah dari SD hingga SMA masih sama. Entah lagi kalau si sulung sudah kuliah...



Saya pikir kalau masih pagi tidak terlalu ramai. Faktanya sama saja. Keramaian ini sudah tampak ketika kendaraan memasuki pintu gerbang untuk membayar tiket masuk. Petugasnya yang menghampiri kami lalu menghitung jumlah orang di mobil.

Kendaraan yang diparkir berdesakan. Sepeda motor dan mobil saling himpit. Sudah tidak diperhatikan lagi bagaimana kendaraan-kendaraan tersebut bisa keluar. Pokoknya bisa masuk sebanyak-banyaknya saja.



Keluar dari mobil, saya merasa berada diantara lautan manusia. Salah waktu dan tempat. Tapi karena jarang mengunjungi Magetan, semua rencana dilanjutkan saja.

Dimulai dengan teriakan perut untuk segera diisi, kami mampir di Harmadha resto dan cafe. Ternyata menunggu makanan datang, cukup lama. Kami manfaatkan untuk melihat pemandangan alam sekitarnya. Foto-foto saja. Kadang bergantian dengan orang-orang disini.



Memasuki area wisata Telaga Sarangan, saya sempat bertanya dalam hati. Sebenarnya apa yang menarik sehingga orang-orang berduyun-duyun datang kesini. Pemandangannya atau banyak wahana?

Banyak wahana? Tidak. Disini kita disuguhi pemandangan sebuah telaga, yang disekelilingnya adalah hutan, bukit dan gunung.



Atau ingin sekedar staycation disini? Banyak penginapan hingga villa di sekitar sini. Tinggal lihat budget kita.

Saya membayangkan suasana telaga yang tenang dan damai. Tapi kemudian tidak mendapatinya. Saya masih mencari tempat untuk menemukan suasana yang nyaman untuk memandang telaga. Sayang, semua tempat penuh oleh pedagang maupun pengunjung.

Air Telaga Sarangan sebenarnya tenang. Angin bertiup sepoi-sepoi. Pemandangan hijau dari kejauhan membuat suasana alam yang damai.

Lalu mengapa air di telaga jadi bergelombang? Penyebabnya karena  ulah pemilik speed boat yang ugal-ugalan. Begitu penjelasan seorang pemilik speed boat yang saya tumpangi. Deru speed boat bersahut-sahutan. Bising dan memacu adrenalin.



Melihat deretan speed boat ini anak-anak semangat ingin segera naik dan merasakan berada di tengah telaga.  Pemiliknya sejak tadi memanggil siapa saja agar mendekat. Kami bertanya harganya dahulu. Ops, ada papan harga sehingga harganya sama semua.

Anak-anak meyakinkan saya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Oke, saya ikut. Anak-anak bersorak. Ada sedikit keraguan karena tidak memakai pelampung. Si pemilik speed boat ini segera menginjakkan kakinya di bagian depan speed boat. Kami bergantian naik dan mencari tempat duduk. Saya duduk di belakang, bagian tengah.



Sejenak saya melupakan rasa ngeri berada di tengah telaga. Kedua tangan berpegangan erat pada speed boat. Seperti sedang berlomba, semua  speed boat disini saling kejar. Tubuh seolah diguncang-guncang ketika speed boat menerjang gelombang dan meliuk. Seperti berada di jalan terjal, berbatu, tapi tetap melaju.

Berada di telaga ini saya bisa melihat ada semacam pulau kecil yang rimbun. Letaknya di tengah telaga. Jadi kami seperti diajak mengelilinginya.



Kemudian lega setelah kembali di pangkalan...

Untuk tarif satu putaran Rp 60.000. Tapi kalau mau keliling sampai 3 kali cukup membayar Rp 150.000. Tarif ini juga berlaku untuk naik kuda.

Setelah selesai naik speed boat kami masih jalan-jalan mengelilingi telaga. Antara orang jalan kaki, kuda, sepeda motor, bahkan kadang mobil saling berebut jalan. Di saat seperti itu saya merasa jalan disini semakin sempit saja. Namun kalau sepi, jalan kaki terasa nyaman saja. Anggap sebagai olah raga agar badan lebih sehat!



Sementara di kanan dan kiri jalan banyak warung lesehan yang menjual sate kelinci dan ayam. Kedua sate tersebut rasanya mirip. Hanya saja, daging kelinci lebih kenyal. Untuk harga, dimanapun warungnya tetap sama, Rp 15.000 untuk sate kelinci dan Rp 12.000 untuk sate ayam. Masing-masing memperoleh 10 tusuk sate. Selain itu ada warung nasi, bakso, ronde. Tapi jarang sih.

Udara sejuk yang saya inginkan bercampur aroma sate dimana-mana. Perut sudah minta diisi sejak turun dari speed boat. Kami memilih salah satu warung. Sambil menunggu pesanan saya melihat penjual jagung manis. Sekalian saja membeli jagungnya.
 
Di sekeliling Telaga Sarangan disediakan bangku-bangku untuk melepas lelah. Tapi karena pengunjung ramai, semua bangku penuh sesak. Bahkan emperan telaga juga dipenuhi orang. Sepertinya over banget waktu itu. Entah kalau hari-hari biasa...

Selama disini, kami menikmati udara sejuknya. Meski sampai siang dan kami mulai berkeringat, rasanya masih sejuk. Jalanan landai sehingga tidak terasa capek kecuali kalau menggendong si bungsu.

Bumi Perkemahan Sarangan



Lokasinya di dalam arena wisata Telaga Sarangan. Tiket masuknya Rp 7.500. Naik tangga sebentar kemudian kami mulai mendaki bukit. Kalau di telaga sarangan, fokus ke telaganya, sementara disini adalah bukitnya. Jadi kita bisa menggelar tikar lalu duduk-duduk cantik memandang pohon-pohon puspa yang menjulang dan telaga dengan segala keriuhannya

Ada beberapa warung dengan menu andalannya sate kelinci dan ayam. Sayangnya perut saya dibuat mulas ketika melihat monyet-monyet yang bergegas menjilati piring-piring bekas makanan hingga bersih.



“Sudah, kita turun saja,” pinta saya.

Saya tidak tertarik lagi untuk sekedar menghidup udara segar. Iya, disini lebih segar dan dingin daripada di bawah tadi. Meski kami baru saja mendaki, akhirnya memutuskan untuk turun lagi.

Bagaimana ya rasanya makan-makan sambil “ditunggu” monyet. Sekilas, penjual maupun pembeli sudah tak asing dengan pemandangan seperti ini. Penjual mengusir monyet yang langsung lari menjauh. Lalu sampahnya...semoga lebih diperhatikan lagi.



-------

Oh ya, sayuran dan buah-buahan di kios-kios disini menggoda. Ketika masuk tadi saya sudah pengen membeli buah. Kemudian ingat kalau kami mesti berjalan kaki. Tidak ingin menambah barang bawaan saja. Ternyata ketika berjalan pulang, saya sudah lupa. Si bungsu sudah merengek karena ngantuk.

Masalah parkir kendaraan seperti saya duga, oh benar-benar memprihatinkan. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengatur banyaknya sepeda motor di depan mobil. Bukan itu saja, kami mesti membayar biaya parkir lagi. Padahal di depan tadi sudah membayar. Percuma dong, dikasih tiket. Saya tunjukkan juga tidak ada gunanya.

Dua orang tukang parkir memaksa kami membayar Rp 10.000. Tidak ada tiketnya! Alasannya karena tiket masuk itu berbeda dengan di parkiran ini. Mungkin jatah parkir kurang atau bagaimana, kok saya jadi berprasangka buruk. Ehm...biasanya kalau sudah membayar di depan kita sudah boleh keluar begitu saja. Kalaupun memberikan lagi kepada tukang parkirnya adalah karena dia membantu kami keluar dari parkiran. Entahlah...

Happy traveling!

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

12 Komentar untuk "Telaga Sarangan"

  1. Aku 1 tahun tinggal di Kediri belum pernah ke Telaga Sarangan ih. Gak terlalu jauh juga kan padahal

    Langsung membayangkan lagi makan sate kelinci eh di depannya ada kawan kecil berbulu itu ... hihihi ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo kesana lagi. Nggak usah naik ke bukitnya. Lihat telaga aja.

      Hapus
  2. mungkin karena banyak pengunjung ya, kalau gak pasti asyik nikmati suasaan danau dengan banyak pepohonan dana ngin semilir

    BalasHapus
  3. Kayaknya asik nh staycation di Telaga Sarangan. Piknik di tengah tengah pepohonan. Bisa nyobain sate kelinci juga. Seumur-umur belum pernah nyobain sate kelinci. Tapi kok inget hewan lucu gitu jadi ga tega huahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau membayangkan hewan imut ini pasti nggak tega mba...hiks..hiks..

      Hapus
  4. Nice share nih. Bagus banget tempatnya, hanya saja masih ada yang perlu diperbaiki, kayak akses jalan yang terlalu sempit, kekurangan lahan parkir hingga pengelolaan parkir yang kurang menyenangkan, kok kesannya kayak malak ya tukang parkirnya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memaklumi karena libur lebaran, mas, parkiran penuh.

      Hapus
  5. Tempatnya masih terlihat asri ya, Teh. Pasti teras segar sekalipun banyak para pengunjung yang datang.
    Apalagi bisa maen perahu gitu, ngebut-ngebutan di air..he

    Cocok ajak keluarga kesini ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hawa pegunungan mas, jadi tetep aja seger.
      Naik speed boatnya ngeri2 sedap, hihi...

      Hapus
    2. Perlu di coba kalau kesana ya, Teh..he
      Betul, hawa pegunungan cocok untuk refres otak..

      Hapus
  6. Telaga Sarangan ini mendunia banget ya, saya ngiri pengen kesini :D
    BTw gosah takut keleus buk naik speed boat, saya loh pernah naik kapal cepat di tengah lautan luas selama 3 jam, hampir tenggelam pulak
    :D

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel