Hujan dan Kebahagiaan Sederhana Anak-Anak
Selasa, 17 Oktober 2017
10 Komentar
Sore
kemarin langit mendung. Saya dan si bungsu mengintip dari balik gorden. Makin
lama makin gelap. Kadang seperti ada suara tetes-tetes hujan. Namun kembali
kami mengintip. Tidak!
Hanya
langit yang gelap dan angin bertiup makin kencang. Kami masih di kamar. Sekedar
merebahkan tubuh karena si anak tidak kunjung tidur. Saya pikir dia masih capek
setelah bepergian ke Malang. Ternyata tidak!
Tiba-tiba
suara petir menggelegar. Disusul dengan rinai hujan hingga menderas. Musim
hujan resmi dimulai!
Allahumma Shoyyiban Naafiian
“Ya
Allah! Turunkanlah hujan yang bermanfaat (untuk manusia, tanaman dan
binatang).” (HR. Al Bukhori)
Saya
ingat beberapa waktu lalu sempat ngobrol dengan seorang wanita di daerah Semanding, Tuban. Ceritanya memang
sedang tersesat. Tengok kanan dan kiri eh ada seorang wanita yang sedang di
ladang. Saya dekati dia dan bertanya jalan. Dalam obrolan singkat itu saya
sekalian saja bertanya apa yang sedang dilakukannya.
Hari
memang sedang panas. Sebentar saja , peluh sudah bercucuran. Lalu di musim
kemarau ini kok ya ada yang sedang menabur benih. Ternyata si ibu itu sedang
menabur benih jagung sambil menungggu datangnya musim hujan. Karena ladang-ladang
ini memang mengandalkan air dari hujan.
Semoga
ladang-ladang yang sedang merindu hujan itu menjadi lahan yang subur di musim
hujan. Seperti warga yang segera menyambut musim hujan dengan pergi ke ladang.
Bertanam dan berharap pada segenap kebaikan.
Sementara
itu, anak kedua saya masih di sekolah. Pasti menunggu hujan reda. Tidak perlu
risau memikirkannya. Sebagai orang tua, perlahan saya belajar untuk memberikan
kepercayaan. Tidak perlu grusa-grusu
menanyakan keadaannya.
Daripada
memikirkan hujan dan si anak yang belum pulang, lebih baik saya memanfaatkan
waktu dengan bermain bersama si bungsu. Membaca buku, bercerita
kejadian-kejadian di sekolah. Lalu menelpon ayahnya. Cukup sampai pulsa habis.
Dilanjutkan dengan telpon balik dari ayahnya.
Hujan
deras cukup lama. Kami keluar rumah sebentar. Seperti biasa, di jalanan mulai
tergenang air hujan. Dulu, di awal kami tinggal disini, tidak pernah ada
genangan air seperti ini. Air hujan dari perumahan sebelah memang memang
melewati sini, namun sekedar lewat. Beberapa saat setelah hujan reda pasti
susut.
Sejak
satu tetangga (sekarang mantan tetangga karena sudah pindah) membuat jalan
dengan mempaving lebih tinggi dari ruas jalan lainnya, disaat itulah aliran air
berhenti. Air menggenang cukup lama. Saya dan tetangga-tetangga lainnya pasrah.
“Ibu,
banjir!” teriak si bungsu.
Anak-anak
pasti berteriak kegirangan ketika menyebut kata “banjir”. Itu bukan sekedar
banjir seperti yang terlihat di berita-berita teve atau portal online. Itu hanyalah
genangan air seperti cerita diatas.
Semoga kita dijauhkan dari musibah hujan....
Saya
dan si anak segera keluar rumah. Sekedar memastikan bahwa itu hanyalah genangan
air yang nanti akan surut sendiri.
Hujan
sudah reda, menyisakan tetes-tetesnya yang sangat perlahan...
Seperti
tidak pernah melihat air, dia langsung bergegas keluar pagar, berjalan diantara
genangan air berwarna coklat hingga bermain bola. Tentu susah dong, menendang
bola di air. Tapi begitulah, dia sedang merayakan kebahagiaannya sendiri.
Tidak
ada anak tetangga yang ikut bermain air kotor ini. Semua pasti berada di balik
pagar rumahnya. Tapi saya tetap memberikan waktu untuk bermain. Mumpung masih
anak-anak. Kapan lagi kalau bukan sekarang.
Dulu,
kakaknya juga suka bermain seperti ini. Lebih parah lagi. Mulai dari berlarian
hingga berendam di air hujan. Terbayang betapa kotornya baju yang dipakai. Sekarang,
ketika dia masuk masa remaja sudah tidak lagi.
^_^
Sama mbak, anak anakku juga kalau hujan tiba selalu minta hujan hujanan. Dan sepertinya mereka bahagia banget.
BalasHapusIya, seneng banget anaknya.
HapusDi Medan udah sering hujan. Tapi beberapa hari ini panasnya cantik juga. Jemuran jadi kering semua *kebahagiaan emak-emak* ����
BalasHapusHaha... emak harus bahagia juga!
Hapusbiasanya masa kecil bahagia berpengaruh positif ya mbak di masa dewasa.. bermain hujan memang enak.. kebayang waktu kecil hehe
BalasHapusMaka akupun memberikan kesempatan untuk berhujan-hujan agar bahagia masa kecilnya.
HapusRaya kl ujan main hujannya lengkap dgn sepatu boot & payung hihihihi.. soalnya pernah abis ujan2an sakit & pusing jd dia ngga mau lagi sakit :D trus langsung inget2 dulu aku seneng ujan2an ngga ya? lupaaa :D
BalasHapusMungkin karena semua anakku laki-laki ya. Lebih cuek aja. Kayaknya semua gaya berhujan-hujan sudah deh. Mulai dari takut-takut kena air hujan hingga berendam di air hujan.
Hapusenaknya jadi anak-anak hal yg sederhana bisa bikin bahagia, kalau udah dewasa mikirnya panjaang: kotor-sakit-dsb. sampe sekarang suka juga main hujan tapi ga berani lama2 bisa masuk angin -_-
BalasHapusKadang aku masih kepikiran begitu, kotor, nanti sakit, dsb. Tapi mumpung masih anak-anak, biarlah puas bermain.
Hapus