Mengintip Surga Tersembunyi di Sendang Asmoro Ngino



sendang


Baru-baru ini seorang teman blogger mempublikasikan foto-foto wisata Sendang Asmoro Ngino. Jelas saja ini membuat saya penasaran. Kalau wilayah Semanding, masih dekat, masih pasti gampang dijangkau. Kemudian disusul review teman-teman lainnya.


Maka, di hari Minggu, ketika suami libur adalah waktu yang tepat untuk blusukan. Aktivitas keluar rumah dimulai dari menyusuri pantai. Ceritanya pengen melihat sunrise. Dilanjutkan ke sawah di daerah Mondokan yang menghijau. Pulang sebentar, kami berangkat ke Semanding.

Baca juga Kemarau di Goa Kancing...

Rute:

Tidak susah untuk mencari sendang Asmoro Ngino ini. Rutenya bisa dimulai dari Jl.  Hayam Wuruk (biasa disebut pabrik kapur) terus saja hingga pertigaan Penambangan. Masuk ke Penambangan hingga masuk desa Sambongrejo.

gapura


Lokasi sendang Asmoro Ngino ini ada di belakang Balai Desa Ngino, kira-kira 50 meter. Kita bisa masuk lewat gang Sendangsari RT 01 RW 02.

Bagi yang membawa mobil bisa parkir di halaman PAUD. Saat ini masih gratis, baik parkir maupun tiket masuk.

Di lokasi PAUD ini saya melihat suasana desa seperti desa-desa lain di Tuban. Panas seperti di kota. Tapi beberapa bibit tanaman terong ungu yang ditanam di polybag menarik perhatian saya. Terong ungu menggantung dengan damai. Ambil kamera dan langsung jeprat-jepret. Tiba-tiba dua orang yang sedang mengerjakan bangunan di samping PAUD berteriak.

Agak kaget, saya berhenti. Saya merasa bersalah. Tiba-tiba datang, mendekati si terong ungu tanpa permisi. Mungkin tindakan saya mencurigakan. Ya, sudahlah...

Mereka mendekati saya, dan mulailah saya memperkenalkan diri. Saya mulai bertanya banyak hal tentang wisata Sendang Asmoro yang baru diresmikan oleh ibu bupati pada tanggal 2 Oktober 2017.

Seorang ibu yang rumahnya di dekat sini ikut ngobrol...

Intinya warga cukup senang ketika di wilayahnya ada destinasi wisata. Namun ada beberapa poin yang sesungguhnya perlu diperhatikan oleh pihak-pihak terkait.

taman


Dari PAUD ini saya belum bisa membayangkan seperti apa destinasi wisata baru ini. Namun dari pembicaraan hangat dengan warga, mereka sebenarnya sangat welcome terhadap para pengunjung. Apalagi melihat saya menenteng kamera. (Note: semoga bisa membeli mirrorless ya, biar tidak menyolok perhatian warga jika jeprat-jepret suka-suka.)

Suami dan anak saya sudah pergi ke sendang. Sementara saya masih berdiri, ngobrol dengan warga yang antusias banget agar wisata ini  makin dikenal secara luas dan benar-benar membawa manfaat bagi mereka.

Si ibu bercerita bahwa dia sudah menyiapkan meja untuk berjualan makanan. “Tapi, ini kan masih merintis, jadi jualannya nantilah,” katanya. Sebelum mengakhiri obrolan, saya berjanji untuk membantu promosi wisata ini. Seperti sebuah hubungan yang saling menguntungkan, kita, para pengunjung membutuhkan suatu tempat untuk melepaskan lelah dari sekat-sekat kota yang sesak. Sementara warga desa berharap mampu mengais rejeki dari kedatangan kita. Bagaimana?

***

sendang


Jalan menuju lokasi wisata ini sudah beraspal, halus. Sedangkan gang (jalan) menuju sendang adalah jalan beraspal yang sudah mengelupas, menyisakan batu-batu yang tak rata. Warga sudah mengeluhkan akses jalan, namun sepertinya mereka mesti bersabar. Semoga segera dibenahi oleh pihak terkait.

Tidak ada gapura megah disini. Sebagai patokan, pengunjung yang baru pertama kali datang bisa memperhatikan gapura yang terbuat dari bambu. Saya sempat bertanya kepada warga yang berjualan bakso di depan gang ini. Cukup mudah mengingat tempatnya.

Wisata Sendang Asmoro Ngino ini masih baru. Masih dirintis oleh warga desa Ngino. Tapi ibu bupati meminta untuk segera meresmikan. Jadilah, Sendang Asmoro Ngino yang masih natural. 

Sebenarnya saya penasaran dengan ide membuat wisata sendang. Jujur, di Tuban saya belum menemukan wisata yang melibatkan warga untuk mengelolanya, seperti wisata desa ini. Ternyata si bapak tadi bercerita bahwa wisata sendang ini merupakan ide kepala desa dan warganya. Good job!

sendang


Selesai ngobrol, saya berjalan menuju sendang. Belum ramai. Mungkin karena masih pagi. Saya datang sekitar pukul 08.30.  Anak-anak kecil sudah bergerombol di gubuk dekat sendang. Bercengkerama dan bermain bersama dengan akrab. Ada juga yang duduk-duduk santai di tepi sendang. Sepertinya anak-anak dari sini saja.

Kemudian ada beberapa muda-mudi yang mengabadikan momen di dekat sendang yang teduh. Begitu pula dengan rombongan keluarga. Setelah itu mulai berdatangan pengunjung-pengunjung lainnya.

Melihat air sendang yang kehijauan, rasanya adem. Pohon-pohon besar menjadi tempat berteduh dari teriknya matahari. Bangku-bangku terbuat dari potongan-potongan kayu sudah penuh.

Saya menunggu orang-orang yang hendak berfoto di pinggir sendang. Tepat saat mereka berdiri meninggalkan bangku, saya mendekat dan duduk bersama anak. Yes, saya dan si bungsu bisa leluasa menikmati pemandangan sendang.

taman


Semilir angin berhembus membuat saya lupa. Daerah ini termasuk tandus. Deretan ladang menunggu musim hujan untuk ditanami benih-benih jagung. Pohon-pohon jati meranggas. Namun, tidak demikian suasana didekat sendang.

Suasana di sendang ini jelas berbeda. Air selalu menumbuhkan rasa damai. Duduk di bangku sambil melihat hijaunya air sendang. Sayang, mengajak anak sama saja dengan mengajak kaki bergerak-kesana kemari. Melihat ikan, berkeliling taman, duduk dan jalan lagi. Lalu bangkunya penuh lagi.

Tapi jangan khawatir, saya melihat ada tukang yang masih membuat entah bangku atau apalah untuk kenyamanan kita. Ada petugas yang menyirami tanaman ditaman yang dipagar potongan bambu. Pada pagar kecil itu ditempel tanaman bunga yang ditanam dalam gelas-gelas air minum kemasan. 

sendang


Karena taman ini masih baru, tanaman yang masih bergerombol, sehingga ada petak-petak yang masih kosong. Masih butuh waktu agar tanaman menyatu dan rimbun. Masih butuh kerja keras dan konsistensi agar keindahan itu terwujud.

Memanfaatkan air sendang

Air sendang ini cukup tenang. Ada banyak ikan yang menyembul ke permukaan air ketika kita memberinya makan. Berebut butir-butir pakan ikan yang mengambang di air. Kemudian bersembunyi lagi.

Oh ya, kita bisa membawa atau membeli pakan ikan disini. Harganya cukup murah, mulai dari Rp 1.000, Rp 2.000 hingga Rp 4.000.

sendang


Air sendang ini berasal dari mata air. Saya tidak sempat melihat mata airnya, karena lokasinya agak tinggi. Di dekat sendang ini kita bisa melihat banyak pipa-pipa yang dialirkan ke rumah-rumah penduduk dan ladang-ladang mereka. Airnya bening dan segar. Pantas saja banyak warga yang memanfaatkan untuk mandi. Jangan heran jika kita berpapasan dengan mbah-mbah sepuh yang baru saja mandi.

Sejauh ini, Sendang Asmoro masih natural, seperti suasana desa yang begitu khas dan warganya. Senyum yang mengembang dari warga ketika berpapasan dengan para pengunjung. Saya berharap akan seperti ini meski nanti sudah banyak yang mengenal.

Wisata sendang Asmoro Ngino sudah dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet. Masih baru, terlihat dari bangunan dan aroma semen. Ada musholla dan masjid di dekatnya.

Tempat sampah juga sudah disediakan. Jadi buat yang berkunjung, please, jangan nyampah sembarangan ya! Termasuk jangan melempar batu ke dalam sendang. 

Note: saat ini sudah ada spot love di sendang. Yuk, yang mau foto-foto cantik!

Happy traveling!

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

8 Komentar untuk "Mengintip Surga Tersembunyi di Sendang Asmoro Ngino"

  1. Keren..ide dari masyarakat terus direalisasikan pemangku kebijakan..
    Semoga makin lengkap sarana dan prasarananya..Terus tetap dijaga kealamiannya:)

    BalasHapus
  2. Wah, kalo denger kata sendang begini inget jaman dulu. Kalau ke rumah mbah di desa. Cuman karena dekat Merapi jadi daerahnya cukup subur. Inget kalau lagi jalan, liat orang nyuci sama mandi di sendang yang banyak bambu rimbunnya. Tapi sekarang gak lagi deh, udah banyak yang punya kamar mandi sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di desa masih ada yang mandi di sungai mba. Kalau di sendang ini sudah ada kamar mandi umum tapi tidak ada atapnya. Mudah-mudahan diperbaiki.

      Hapus
  3. wah airnya bening
    aku malah pengen gulung2 di taman bunga
    kayak incehs syahirini heuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasihan bunganya baru ditanam...hihi... mending berenang aja biar seger.

      Hapus
  4. semakin hari semakin bayak saja tempat tempat bagus yang selama ini luput untukdikembangkan. Ini kalau dikembangkan terus bisa makin bagus dan bisa menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar:)

    BalasHapus
  5. Sepertinya tiap daerah sedang berlomba-lomba untuk membangun destinasi wisata baru :)

    Semoga dengan adanya Wisata Sendang Asmoro Nino bisa memunculkan manfaat positif buat warganya :)

    Salam kenal!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mba, makasih mba Dee dah mampir.

      Aamiin.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel