Akhir Pekan, Pilih Gadget Atau Family Time?
Jumat, 10 November 2017
10 Komentar
Perkembangan
teknologi semakin banyak mempengaruhi kehidupan manusia. Mendekatkan yang jauh
(semoga bukan menjauhkan yang dekat ya!) dan memudahkan urusan hidup kita. Semua
yang kita inginkan ada diujung jari-jari ini.
Asalkan
kuota dan sinya bersahabat, semua menjadi mudah. Ingin melihat berita hingga
gosip artis cukup dengan membaca portal online yang setiap saat selalu up to date. Ingin mengetahui status
seseorang, tinggal melihat akun sosial medianya.
Bahkan
jika ibu-ibu rumah tangga ingin memperkaya ilmu dan ketrampilannya tanpa mau
meninggalkan anak dan rumah, gampang saja. Cukup banyak kursus online untuk
mendukung hobi kita. Atau ingin belajar sendiri? Ah, apapun pilihan kita, si
mbah google rupanya sangat paham.
Munculnya
pekerjaan-pekerjaan baru dan dimudahkan dengan hanya menggunakan gadget,
membuat banyak orang tertarik untuk melakoninya. Pekerjaan-pekerjaan seperti
vlogger, buzzer, online shop, blogger,
smartphone photography, dsb rupanya tidak mengenal waktu dan tempat. Tidak ada jam kerja yang pasti
seperti jam kantor pada umumnya. Tidak perlu ngantor.
Kemudahan
yang ditawarkan HP Android memungkinkan kita melakukan pekerjaan sambil
nongkrong di cafe atau warung yang menyediakan wifi. Atau di rumah saja, tanpa
meninggalkan anak-anak. Mulai dari pagi hingga bertemu pagi lagi.
Contohnya
saja ketika saja menerima job sebagai buzzer, endors sebuah produk dan ngeblog.
Kapan waktu yang tepat melakukan pekerjaan tersebut? Tidak ada jam kantor.
Namun tetap ada deadline, seperti sebelum pukul sekian sudah beres.
Namun,
semua kemudahan tersebut tak selamanya berbanding lurus dengan alokasi waktu
untuk keluarga. Bahkan ada yang meminta segera dituntaskan hari itu juga. Hanya
ada tenggang waktu beberapa jam.
Bagaimana
kalau itu terjadi di akhir pekan? Saya bisa saja bingung mencari waktu yang
tepat. Tapi kesempatan emas sayang jika ditinggalkan begitu saja. Grab as you can!
Selama
kita bisa mengerjakan, mari dikerjakan saja. Ada kesempatan dan ada kemampuan.
Mengapa tidak! Satu lagi, ada keuntungan!
Pagi
hari dimulai dengan rutinitas di dapur lalu
disusul pekerjaan-pekerjaan lainnya. Sementara di dalam kepala
berkeliaran ide-ide segar untuk segera dieksekusi. Rasanya ingin segera membuka
gadget.
Waktu
kita sama, 24 jam. Tapi mengapa ada orang yang bisa melakukan banyak hal dalam
waktu tersebut, sementara saya tidak? Masalahnya adalah...
Kalau
membicarakan masalah, selalu tak ada habisnya. Bagaimana kalau mencari solusi.
Ya, dengan memetakan pekerjaan sesuai dengan derajat urgent, mungkin bisa sedikit mengatasi keruwetan kita.
Suami
saya memiliki waktu libur di akhir pekan. Demikian juga dengan si bungsu.
Sedangkan satu kakaknya kadang memiliki kesibukan bersama teman-temannya. Tapi
tetap diluangkan waktu untuk family time.
Rasanya
rugi kalau sepanjang akhir pekan saya habiskan di depan layar handphone.
Sementara suami jauh-jauh pulang demi menikmati waktu bersama keluarga. Seperti
telah menyia-nyiakan waktu yang berharga.
Masa
bersama anak-anak tidak akan berlangsung sama. Kadang saya merasa waktu berlalu
begitu cepat dan tak mungkin kembali. Menatap wajah-wajah lucu yang kemudian
tumbuh menjadi remaja.
Saya
tidak mau ada yang mengeluhkan ketika saya sedang memanfaatkan gadget untuk
kepentingan menulis, atau pekerjaan lain. Jangan sampai anak-anak tumbuh
bersama saya sementara saya tidak hadir seutuhnya. Tubuh hadir untuk menemani
anak-anak, sementara hati dan pikiran tertuju pada gadget. Anak-anak pasti akan
merasakannya, bahkan meniru kebiasaan kita.
Bukankah
orang tua adalah role model untuk
anak-anaknya? Sesungguhnya saya tidak sempurna. Ada banyak celah dan cela. Namun,
kembali kepada keluarga adalah pilihan yang tepat. Keluarga menjadi tempat
terbaik untuk saling mengingatkan, mendukung pekerjaan dan hobi.
Seperti
ketika saya meminta anak-anak untuk memaklumi pekerjaan ini. Saya pernah
diprotes anak seperti ini, “Kenapa sih ibu ngetik terus?”
Atau
semacam doa ketika si bungsu menunggu saya mengetik, “Semoga pekerjaan ibu
cepat selesai.”
Saya
meliriknya dan memeluknya sesaat. Disaat seperti itu rasanya saya ingin segera
meletakkan handphone dan kembali bersamanya.
Nah,
ketika family time, bagaimana
sebaiknya ibu dan anak menyiasati kebutuhan dan keinginan untuk memanfaatkan gadget?
Seberapa penting gadget berperan dalam keluarga kita? Kapan waktu ideal untuk
menggunakannya? Saya yakin setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda.
Boleh
saja ketika ingin belanja online, duduk bersama pasangan, lalu pilih-pilih
barang. Mudah-mudahan sesuai dengan selera bersama. Saya berharap gadget tidak
akan menjadi orang ketiga (baca: barang) yang merusak rumah tangga. Justru
memudahkan keinginan bersama.
Saya
ingat beberapa waktu lalu, seorang guru mengingatkan bahwa makan bersama, entah
itu sedang makan diluar, sejatinya adalah waktu untuk ngobrol atau curhat. Namun apa daya,
kegiatan menunggu datangnya pesanan makanan justru digunakan semua anggota
keluarga untuk “main” gadget.
Begitu
pula ketika sedang bermain atau menemani anak-anak belajar. Haruskah orang tua
menatap layar handphone sementara si anak disuruh belajar. Tidakkah kita ingin
menatap wajahnya, mendengarkan keluh kesahnya.
Dunia
seolah diambil alih oleh gadget kita. Tiba-tiba kita baru menyadari bahwa
hari telah berganti. Kemudian berharap esok ada waktu lagi. Tiba-tiba kita
sadar....
Tips mengelola waktu di akhir pekan:
- Membuat rencana kerja.
- Segera menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
- Selain pekerjaan, sebaiknya tidak banyak bermain gadget.
- Melibatkan keluarga.
- Mengalokasikan waktu untuk keluarga.
Sejujurnya
saya sendiri tidak bisa lepas sama sekali dari gadget. Karena tuntutan
pekerjaan memungkinkan kita aktif di media sosial. Tapi berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk semua itu? 1 jam, 2 jam atau 24 jam.
Dalam
beberapa hal saya senang melibatkan keluarga untuk membantu urusan saya. Katakanlah,
ketika sedang menyiapkan foto dengan smartphone dan membuat video. Bisa sekalian
minta saran mereka.
Jadi,
“main” gadget saat weekend boleh saja, asal kita bisa mengaturnya. Tetap ada
waktu untuk keluarga. Tetap ada prioritas. Ada waktu untuk menikmati
detik-detik rasa bersama keluarga.
^_^
Wah, bener nih mbak. Sering kali keluarga harus jadi prioritas utama ya mba. Saya pernah ikut program 18-21. Tapi semakin kesini, ternyata baru saya sadar kalau itu malah jam tidur anak :D
BalasHapusGimana kita ngaturnya aja deh. Semua mendapat bagian yang tepat. Kalau aku gitu.
Hapussaya kadang bener2 puasa gadget, supaya bisa fokus sama anak. Soalnya main sosmed itu candu banget mbak. Tapi salut banget buat ibu2 blogger atau buzzer yang bisa cari celah buat keduanya :)
BalasHapus((Candu)) Apalagi setelah upload foto atau status. Kira-kira dapat like berapa ya? Hihi...
HapusMasih belum bisa lepas sama sekali dari gadget di hari sabtu dan minggu. Sedang proses berusaha untuk membatasi diri.
BalasHapusAku juga nggak bisa lepas sama sekali dari gadget. Karena banyak sekali urusan yang terhubung dengan gadget. Tapi sejauh ini saya berusaha membatasi.
HapusSaya pilih family time, sambil sesekali melirik gadget, siapa tahu ada yang penting :)
BalasHapusSiapa tahu ada kerjaan.
HapusKarena saya jauh dar keluarga dan orang tua
BalasHapusjadi kalo akhir pekan paling sama temen,,
kalo merasa kangen orang tua, telpon
jd gadget dan family time
krna kumpulnya lewat video call hehe
Tetap ada rindu bersama keluarga ya.
Hapus