Bersahabat dengan si Picky Eater
Selasa, 21 November 2017
12 Komentar
Picky
eater adalah anak pemilih makanan. Kebiasaan anak seperti ini banyak dikeluhkan
ibu-ibu termasuk saya. Bagaimana ya ketika saya sudah berusaha keras menyiapkan
menu ternyata si anak menolak. Si picky eater tidak merasa bersalah. Sementara ibu jadi sedih banget!
Sempat berpikir mungkin ada yang salah
dengan masakan saya? Atau bagaimana? Mungkin masakan saya hambar atau kepedasan. Tidak menarik sehingga si picky eater menolak.
Kadang
saya merasa aduh sia-sia saja. Bukankah saya telah menghabiskan seperkian waktu untuk memasak. Sudah capek dan butuh modal. Iya kan, membuat menu sehari-hari tetap harus mengeluarkan uang belanja. Itupun harus mengatur strategi agar mencukupi. Kalaupun tidak memasak sendiri, tetap butuh modal untuk membeli masakan di warung.
Tapi kok ya ditolak sih. Apakah tidak ada cara lain agar si anak mau makanan masakan kita?
Tapi kok ya ditolak sih. Apakah tidak ada cara lain agar si anak mau makanan masakan kita?
Kalau
si anak pilih-pilih makanan sepertinya menyusahkan saya juga. Satu anak suka
ayam, saudaranya telor, lainnya... Kalau tidak ada ayam tidak mau makan. Memasak jadi bermacam-macam dan butuh waktu
lama. Coba kalau sekali masak semuanya suka, gampang dan hemat waktu.
Berapa
lama kita menghabiskan waktu di dapur, sejam atau lebih. Atau sebaiknya membeli
makan saja. Tetap ya, kalau satu menu bisa dimakan semua anggota keluarga
artinya kita bisa berhemat. Tapi kalau pesan makanannya bermacam-macam. Ah,
tidak masalah selama dana untuk makan ada!
Nah....
si picky eater ini kalau dibiarkan akan berlanjut sampai dewasa bagaimana?
Aduh,
kok membahas sampai dewasa, yang anak-anak saja deh.
Jadi,
bagaimana sih si picky eater ini bisa berubah? Pastinya orang tua senang kalau
si anak mau makan apa saja menu yang disajikan. Toh, ibu juga harus mengerti
kandungan gizi makanan. Tidak hanya menuruti kemauan anak. Tidak mau makan
sayur, tidak dikasih sayur. Padahal masa anak-anak adalah masa pertumbuhan. Penting
ya!
Dari
anak pertama hingga anak ketiga saya mulai mengerti makanan apa yang disukai
anak-anak dan tidak. Tapi tetap saja, setiap anak memiliki kecenderungan
sendiri. Satu anak lebih suka makan ayam, lainnya tetap doyan tapi tidak
terlalu suka.
Penting
banget buat saya untuk berdiskusi mencari jalan tengah. Tidak mungkin saya
menuruti kemauan satu anak, sementara anak lainnya harus mengalah. Lagipula untuk makan tidak perlu berlebihan. Bagaimana?
Beberapa sebab anak menolak makanan adalah:
- Menu baru. Jelas belum tahu rasanya. Jadi malas mencoba menu baru karena dalam pikiran mereka belum terbayang seperti apa rasanya.
- Menu tak disukai. Sebenarnya dia doyan menu ini tapi kurang suka saja. Jadinya dia menolak.
- Trauma makan. Misalnya si anak pernah tertusuk duri ikan. Setelah itu dia tidak mau lagi makan ikan.
- Sakit. Nah, kalau sedang sakit, si anak tidak ada nafsu makan. makan apa saja rasanya beda. Rasanya pahit gitu ya.
Menilik
sebab anak menolak makan, saya bisa mencari kesimpulan kapan anak bisa
dikenalkan dengan menu baru. Kalau menunya itu-itu terus, yang masak ikut
bosan. Eh, tapi anaknya tidak. Hanya saja, dia tidak mengenal menu lainnya. Kasihan
juga kalau ada acara makan bersama, dia tidak ikut makan.
Apa yang saya lakukan untuk si picky eater?
Menjadi
picky eater tidak menguntungkan buat ibu juga si anak. Waktu seperti tercurah untuk merayu
anak agar mau makan. Belum lagi kalau masih minta disuapi, ditunggu makannya super lama
dsb. Fokus ibu hanya pada satu anak.
Meski
yang namanya diskusi dengan anak tetap berjalan, tapi saya tetap mengenalkan
beberapa menu makanan. Karena di bumi ini tersedia berbagai makanan mengapa hanya fokus pada makanan tertentu.
1. Mengenalkan variasi makanan.Sedikit variasi membuat anak-anak lebih menikmati makanannya. Misalnya, brokoli yang biasanya untuk sayuran, saya bikin brokoli tepung, krispi. Makannya sambil mencocol kecap. Biasanya saus tapi si bungsu suka banget dengan kecap.
2. Sajikan menu dengan menarikSebenarnya menu kita biasa saja, tapi ditata dengan bagus bisa menarik perhatian si anak. Langsung deh comot! Contek saja bagaimana resto-resto menata makananya. Kalau susah ya cari yang gampang dengan modal secukupnya alias murah. Lihat instagram atau pinterest bikin ibu semangat masak. Eh, anak-anak juga semangat makan ya.
3. Makan bersamaMakan bersama membuat anak-anak lebih bersemangat. Misalnya ketika di sekolah melihat temannya yang makan dengan lahap. Si anak ikut lahap juga.
4. Makan ketika laparSalah satu jurus “memaksa” anak makan adalah dengan mengajaknya makan ketika lapar. Kondisi seperti ini membuat anak saya tidak berpikir panjang untuk memilih makanan.
Jika
si anak tidak suka sayuran, saya suka menyisipkan sayuran diantara menu
makannya. Misalnya ketika membuat nugget. Tidak hanya ayam yang dibuat nugget. Saya
masukkan wortel parut dan buncis di dalamnya. Jadi anak tidak terasa telah
makan sayur.
Atau
ketika membuat omelet. Dimasukkan saja sayur-sayuran. Tidak bakal mengubah
rasa, kok. Anak tetap suka makan omeletnya.
Jangan
lupa untuk terus promosi makanan sehat buat anak-anak. Seperti apa sih
kandungan gizinya. Manfaatnya apa. Buka diskusi dengan anak-anak. Biarkan rasa
penasaran mereka mendapat jawaban. Semakin banyak yang diketahui semakin anak
mengerti tentang makanan sehat.
Ibu
jadi belajar lagi. Juga belajar menyanyi... Ini sih karena di sekolah diajari
menyanyi lagu 4 sehat 5 sempurna.
Oh
ya, untuk mengenalkan menu baru, tidak bisa langsung “memaksa” anak untuk
makan. Biasanya saya ajak untuk mencicipi dulu. Seperti apa rasanya. Karena masih
belum tahu, si anak cuma menikmati satu gigitan. Pelan-pelan dirasakan. Kalau cocok
akan diteruskan. Kalau tidak? Wassalam...
Sebenarnya
menulis seperti ini adalah untuk menyemangati diri sendiri agar tak patah
semangat menyajikan menu buat keluarga. Ada yang pernah putus asa? Saya pernah. Terutama kalau sedang sakit. Tapi kemudian sadar bahwa anak adalah tanggung jawab saya. Satu cara tak berhasil, ganti cara lainnya.
Nah,
kalau teman-teman, apa yang dilakukan agar si anak tidak picky eater? Sharing, yuk di kolom komentar!
^_^
Anakku yang sulung..picky banget mba pas kecil... Tapi untungnya gedean ini lumayan. Yang gede gampang makan..ganti yang kecil.
BalasHapusKlo pas di luar rumah gitu susahnya..
Biasanya jurus paling mentok, ya nunggu lapar. Ntar klo lapar..nembung sendiri
Anakku semuanya waktu kecil kayak gini. Yang sulung sejak SD kelas 5 sudah banyak berubah. Tinggal adik-adiknya.
HapusSaya sangat suka sama ikan yang ada di gambar, andai ikannya bisa 3d saya tangkap dan makan haha. jadi ngiler saya mba
BalasHapusIkan gurame memang enak.
HapusAnakku yg pertama ini. Miliiiih banget. Kdg kyk mau nyerah.. Apalagi dia sensi bgt ama rasa pedes mba. Kyknya biar dimasukin cm sebutir cabe, dia lgs tau de -_- . Trs lgs emoh makan. Adeknya malah doyan bener kalo pedes.. Sampe skr sih aku dan babysitternya blm nemu cara palinh ampuh supaya si kakak ini jd suka makan mba -_-
BalasHapusSemua anakku pas kecilnya milih banget.
Hapusanak saya masih 11 bulan sih jadi kayaknya belum ketahuan dia picky eater apa nggak. yang jelas saat ini dia masih ogah-ogahan makan masakan ibunya yang nggak pakai gulgar. semoga aja nanti pas sudah benar-benar boleh makan gulgar dia nggak picky eater
BalasHapusSemoga nggak rewel ya.
HapusEhm... Aku dulu waktu kecil juga pemilih makanan mba. Sekarang apa ajah aku makan kwkwkwkwkw...
BalasHapusTapi emang bener, anak susah makan itu nyata waktu bangeeeet hiks
Aku waktu kecil kayaknya juga suka pilih2 makanan. Sayangnya nggak ada pilihan. Tetap dimakan deh.
Hapuskalau aku menganalisa dari awal jenis makanan apa yang anakku suka mak, ternyata dia suka yang manis. Jadi saya pilihkan daging atau sayur yang rasa dasarnya manis supaya nggak pakai pemanis tambahan. Tapi kalau lagi sakit, mau divariasikan kayak apapun menunya dia nggak nafsu sampai sutrisna bahir nih emaknya >,<
BalasHapusHaha.. bener deh, kalau anak lagi sakit menguras waktu, pikiran dan tenaga.
Hapus