Karnaval Budaya Tuban, 2018
Senin, 20 Agustus 2018
4 Komentar
Hari
Sabtu lalu, digelar karnaval budaya di kota Tuban. Pesertanya dari SMP dan SMA
di kota Tuban. seperti tahun-tahun lalu, karnaval budaya seperti ini pasti
ditunggu-tunggu masyarakat.
Beberapa
jam sebelum rombongan pawai berangkat, masyarakat sudah ada yang siap-siap
menunggu di jalan-jalan yang dilalui. Selain itu ada banyak pedagang kaki lima
yang mendadak berjualan disepanjang jalan tersebut. Sudah bisa dipastikan acara
seperti ini bakal menyedot perhatian masyarakat di kota Tuban.
Bahkan
bakul-bakul sayur yang biasa keliling di tempat saya banyak yang libur. Katanya
mau menonton karnaval. Tontonan yang tergolong mewah tapi gratis ini cuma
setahun sekali, rasanya kok sayang kalau dilewati begitu saja. Mungkin seperti
itulah yang menyebabkan masyarakat rela libur demi kemeriahan karnaval.
Karnaval
budaya ini mengusung keanekaragaman budaya bangsa kita. Beberapa adat yang
diusung mungkin kurang populer. Saya bahkan baru tahu ini. Contohnya saja
endog-endogan yang merupakan tradisi muludan. Tradisi seperti ini muncul pada
saat peringatan Maulid Nabi.
Dimulai
dari alun-alun kota Tuban, karnaval budaya melewati Jalan Veteran, jalan Basuki
Rahmad, Jalan Sunan Kalijoga dan berakhir di GOR. Sayangnya yang namanya
penonton yaitu masyarakat itu suka menghabiskan badan jalan. Bisa dilihat dari
foto-foto saya ya. Jadi semakin mereka mendekat ke tengah jalan semakin mepet
saja jalannya peserta karnaval.
Ini
sebenarnya sudah sering diingatkan. Tapi sayang begitu ada peringatan mereka
mundur, dan kembali lagi. Semuanya pasti ingin dekat dengan peserta karnaval.
Ingin puas melihat penampilan peserta. Karnaval ini memang suguhan yang patut
diapresiasi. Bagaimana tidak, kami warga Tuban bisa dengan jelas dan mudah
menyaksikan pertunjukan para penari, musik dan peragaan busana yang keren.Selain itu ada juga mobil-mobil yang dihias dengan mengusung tema lokal seperti pariwisata. Ada tebing pelangi dan air terjun Nglirip. Sekaligus memperkenalkan wisata unggulan.
Sementara pengantin-pengantin adat ada yang naik mobil dan kereta. Semuanya cakep. Ya iyalah, buat penampilan ini mereka sekolah-sekolah dengan dukungan wali murid berusaha maksimal. Baik dengan menampilkan kostum yang unik dan cerita dari MC. Penonton bukan saja melihat pawai, namun juga mendengarkan cerita sejarah, cerita rakyat dan budaya dari perwakilan sekolah.
Jujur ya, acara ini menghibur masyarakat. Siapapun dapat melihat dengan jelas wajah-wajah anak sekolahan yang sumringah dengan aneka macam kostum. Padahal berat kostum yang dipakai itu bisa berkilo-kilo. Ckckck...
Menggunakan
batik lokal yaitu batik gedog Tuban, karnaval budaya seperti ini tentu menjadi
nilai plus tersendiri. Batik bukan sekedar kain yang digunakan untuk seragam
sekolah maupun kerja. Atau yang sudah sangat populer, motif batik dalam baju
sehari-hari yaitu kaos dan daster. Kalau yang seperti ini sudah sangat biasa di
Tuban. harga kaos dan daster motif gedog memang merakyat. Mudah sekali
menemukan baju-baju semacam ini dalam kehidupan sehari-hari warga Tuban.
Nah,
dengan adanya karnaval budaya, memperkenalkan batik sebagai kostum karnaval
sejatinya adalah demi melestarikan budaya daerah. Meski bukan satu-satunya
cara, namun masyarakat akan senang melihat batik lokal ikut memperkaya budaya. “Oh,
ternyata bisa juga ya dipakai buat kostum karnaval.”
^_^
anak bangsa ternyata banyak yang kreatif karyanya. Tapi, saya sambil membayangkan juga memakai pakaian seperti itu. Kayaknya berat juga hehe
BalasHapusBanget, mba. Kata teman ada yang bisa sampai 5 kg lebih.
HapusAcara keren. Pastinya menambah pemgetahuan kita tentang budaya di sana
BalasHapusBukan saja terhibur namun juga bisa mendengarkan cerita2.
Hapus