Sensasi Naik Perahu di Pantai Dalegan


pantai dalegan



Ke pantai lagi dan lagi. Bosan! Tapi ada yang merayu. Katanya di Gresik ada pantai bagus. Namanya pantai Dalegan atau lebih sering disebut Wisata Pasir Putih Dalegan. Saya tidak terlalu berharap. Karena tahu sendiri kalau di pantai utara seperti itu-itu juga. Beda dengan pantai selatan. Sepertinya lebih menantang begitu. Ini pikiran awam saya saja...


Well, kalau jalan menuju pantai itu sama dengan jalan pulang ke Tuban, saya setuju. Oke. Suami semangat mengantarkan kami. Sementara tugas saya adalah mencari lokasinya. Ternyata perjalanan dari Gresik ke Tuban lewat jalur pantura itu lama.

Saya pikir karena lokasi masih di Gresik kemungkinan tidak butuh waktu sampai sejam. Tapi karena kami masih belum hafal jalan, jadi jalan pelan-pelan sambil menikmati suasana di kanan dan kiri jalan.

“Kok, nggak sampai-sampai. Nanti keburu siang, malas ke pantai. Panas,” keluh saya. Tapi tanggung juga. Jalan sudah satu jalur tapi lokasi masih entah dimana. Sebentar-sebentar melihat GPS, masih kurang berapa menit lagi...

Jalan menuju pantai Delegan kok kurang bagus ya. Berlubang disana sini. Sepi. Suami bahkan mengajak berhenti ketika melewati Bukit Sekapuk. Ini bukit kapur, tambang batu kapur, semacam itulah. Tapi saya bilang tidak. Tujuan kita kan ke pantai. Nanti kalau mampir-mampir kapan tiba Pantai Dalegan. Keburu panas! Saya jadi kurang greget...

pantai pasir putih dalegan


Yang membuat saya ragu karena akses jalan sepertinya berliku, dan tidak seperti jalur ke tempat wisata yang gampang. Tapi pola semacam ini tidak berlaku secara keseluruhan sih. Ada juga wisata yang jalan tempuhnya susah. Tapi ini di Gresik, saya pikir tidak jauh berbeda dengan kota-kota kabupaten didekatnya.

Akhirnya saya pasrah saja. Melewati kampung nelayan yang makin lama kelihatan pantainya. “Coba deh, ayah turun, tanya sama warga.”

Sekalinya ini suami turun dan bertanya lokasi Pantai Dalegan. Takutnya kami salah jalan. Tapi feeling suami sih sudah benar. Kalaupun salah,  nanti juga tiba di rumah.

“Sudah dekat,” kata suami.

Aduh dekat itu masih berapa kilo lagi.

toko suvenir dan makanan


Di depan kami adalah pantai dengan warna air yang kehijauan. Ow... saya mulai tenang. Dua buah kapal besar bersandar di dekat pantai. Kami berhenti sejenak sambil membayangkan Pantai Dalegan seperti apa.

Perjalanan selanjutnya semakin semangat karena tujuan kami sudah dekat. Tiba di perempatan, “Yah, harusnya kita lewat sana. Tuh, bus-bus juga dari sana.”

Pantas saja jalan yang kami lewati terasa begitu jauh. Lha, kami beloknya kejauhan. Kata suami, takut kalau kebablasan. Mending langsung belok ketika ada pertigaan. Hasilnya seperti ini. Coba kalau lewat jalan ini, seperti kendaraan-kendaraan lainnya. Mungkin lebih cepat. Pulangnya kami lewat jalan ini, ternyata lebih cepat tiba di jalan besar. Tidak perlu berbelok-belok, dan melewati jalan berlubang besar-besar dan bergelombang. Langsung lurus hingga masuk gapura pantai Dalegan.

pantai dalegan yang ramai


Memasuki gapura, kami mesti mengantre dulu. Sudah ada petugas yang berdiri dan siap menerima uang pembayaran tiket masuk. Kemudian mobil belok ke kiri untuk parkir. Hari Minggu itu parkiran lumayan penuh. Apalagi pengunjungnya, banyak banget. Rasanya pantai seperti pasar, penuh orang yang ingin main ke pantai.


Disini itu banyak tempat berteduh. Selain mampir di warung, pengunjung bisa memilih tempat-tempat yang disediakan untuk duduk-duduk. Contohnya di dekat parkiran mobil. Sayang tempat seperti ini selalu penuh pengunjung. Entah karena ini hari libur atau memang sehari-harinya seperti ini.

Kami berjalan diujung pantai. Benar juga, pantai ini berbeda dengan pantai-pantai di laut utara yang pernah saya kunjungi. Air lautnya bersih, sampai batu-batu di dalamnya terlihat. Warnanya kehijauan. Kalau cuaca cerah seperti ini terlihat cakep ya.

Naik Perahu, Siapa Suka?

naik perahu


Tiba di samping perahu, seorang bapak menawari kami untuk naik perahunya. Hanya dengan membayar Rp 10.000 per orang pengunjung bisa naik perahu keliling pantai Dalegen. Anak kecil free.

Satu perahu mampu memuat 15 orang dewasa. Plus pemilik perahu dan anak-anak. Saya duduk di bangku belakang. Salah pilih tempat sih. Suara mesinnya keras banget. Juga yang dibelakang kena sinar matahari dari belakang dan samping.

Tips:

Jangan duduk di bangku belakang! Tidak asyik. Kecuali sudah kebal dengan mesin perahu.

naik perahu


Sebelum berangkat saya bertanya kepada si bapak, tentang keamanan perahunya. Harusnya setiap transportasi laut menyediakan pelampung. Meski air laut tenang, setidaknya ada cara pencegahan ketika terjadi hal buruk. Siapapun pasti menginginkan bisa bersenang-senang di laut dengan aman. Berangkat dan pulang dalam keadaan sehat dan selamat.

Faktor keamanan ini penting. Tidak semua orang (penumpang) bisa berenang. Tidak semua orang paham cara menyelamatkan diri. Tapi seringkali, wisata seperti ini sangat kurang memperhatikan faktor keamanan. Asal sudah ada penumpang dan perahu masih layak jalan, langsung berangkat saja.

Memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi alangkah baiknya jika wisata air tetap mengutamakan keselamatan penumpang.

Keinginan saya untuk naik perahu mengalahkan segala pikiran buruk. Jujur, karena saya melihat air laut yang tenang, maka saya memberanikan diri naik perahu. Selain itu, karena biayanya yang murah. Padahal lumayan jauh jarak yang ditempuh sekitar 45 menit sampai 1 jam keliling pantai. Pas saya naik sekitar 45 menit. Tapi pengumuman dari petugas melalui pengeras suara sampai 1 jam.

Perahu berjalan dengan kecepatan biasa. Kurang tahu sih, tapi dari bernagkat hingga pulang kecepatannya segitu saja. Santai. Tidak ada gemuruh ombak atau angin yang bertiup keras. Laut dan tenang. Saya berharap akan seperti itu sampai kembali nanti.

Saya duduk, mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Semua sama. Air laut yang kehijauan. Perahu mulai berjalan menjauh dari bibir pantai. Naik perahu tapi rasanya tidak seperti keliling pantai. Rasanya perahu seperti berjalan lurus ke depan tanpa belok. Suasana di laut yang tenang.  Pemandangan daratan yang mulai menjauh. 

Ketika perahu mulai masuk ke tengah laut, banyak keramba yang dipasang warga untuk menangkap kerang-kerang laut. Sementara itu burung-burung pantai menjadi asyik bertengger diatasnya.

pantai dalegan


Dengan pemandangan seperti ini saya bisa mengenalkan anak saya tentang burung yang mencari makan di laut. Paruh burung lebih panjang dan runcing menyesuaikan dengan habitatnya. Sangat berbeda dengan burung pemakan padi yang paruhnya pendek.

Langit cerah dengan gerombolan awan-awan putih tipisnya. Tak ada guncangan yang berarti ketika perahu melewati gelombang laut. Kalem saja. Duduk di perahu seperti diayun-ayun. Berbeda dengan Pantai Teluk Hijau di Banyuwangi yang bikin saya deg-degan. Mungkin bagi yang lain, Pantai Dalegan seperti tak ada tantangannya.

Semakin jauh perahu berlayar, laut terlihat semakin hijau. Warnanya lebih gelap dari tepi pantai. Kalau warna yang di foto kurang mewakili yang sebenarnya. Bagus yang asli, dong!

Selesai sudah naik perahunya. Mau turun, tunggu si bapak menyandarkan perahu kemudian mengganjal sisinya dengan ban. Penumpang naik ke daratan dengan sukses.

pantai dalegan gresik


Kalau dipikir-pikir, saat saya kesini pasir putih tidaklah luas. tetap ada pasir putih sesuai dengan judul wisata pantai ini. Dari pintu gerbang ada tulisan Wisata Pasir Putih Dalegan. Sayangnya sedang pasang sehingga air laut naik. Para pengunjung sepertinya lebih memilih bermain di air laut daripada bermain pasir. Meskipun demikian, keadaan tetap aman karena gelombang air laut masih perlahan.

Anak saya sudah tak sabar ingin bermain air. Dia tidak peduli cuaca lagi. Panas! Demi memuaskan masa kecil, baiklah, saya menyewa ban untuk dipakai berenang di laut. Padahal sesungguhnya si anak hanya ingin nyemplung dan mainan ban.

Bermain air di tepi pantai saja. Buat anak kecil, sudah cukuplah buat berendam. Sebaiknya memang harus ada yang menjaga, minimal ada keluarganya. Seperti si bungsu dan ayahnya. 

Harga sewa ban:

Rp 10.000

Ukuran besar maupun kecil harganya sama saja. Kalau mau dipakai berdua, misalnya anak dan satu orang tua sebaiknya pilih yang besar saja. Tapi kalau yang ingin memakai cuma anak, bisa pilih yang kecil.

Sewa tikar:

Rp 10.000

Dengan harga segitu, pengunjung yang menyewa tikar bisa memakai sepuasnya. Asal dikembalikan sebelum pantai ditutup saja.

belanja ikan


Sebelum pulang, saya membeli ikan asap disini. (Maafkan fotonya gelap karena menghalangi cahaya.) Surga...surga banget bisa membeli ikan asap dengan harga lebih murah daripada di daerah saya. Bukan hanya ikan asap saja, ada pepes ikan, telur rajungan, kepiting, lobster kecil, terasi, petis, kerupuk. Ikan yang paling besar itu dijual Rp 45.000 dua biji. Kemudian kepiting sudah matang, Rp 7.000. Andai boleh, saya pengen membeli banyak ikan. Kalaupun tidak dimasak hari itu, bisa disimpan di kulkas untuk besok.

Saya orangnya pengertian. Beli secukupnya agar tidak menyulut protes anak-anak dan suami gara-gara aroma ikan di mobil. Kemudian tiga hari tidak belanja ikan demi menghabiskan belanjaan ikan. Tapi saya nyicip  sedikit saja kalau makan kepiting dan lobster.  

Satu hal yang perlu diperhatikan, jangan lupa menawar. Satu bakul belum tentu sama harganya. Tapi kalau sudah mendatangi satu bakul ke bakul lainnya, pasti bisa tahu harga yang pas.



Tiket masuk:

Dewasa Rp 10.000

Anak-anak Rp 6.000

Sepeda motor Rp 2.500

Mobil Rp 5.000

Bus, truk Rp 10.000

Jam buka:

Pukul 07.00 – 17.00

Kalau main di pantai atau di tempat wisata lainnya, jangan lupa untuk membuang sampah di tempatnya. Sudah disediakan banyak tempat sampah untuk menampung sampah pengunjung. Kebersihan pantai adalah tanggung jawab kita bersama. Bukan petugas kebersihan yang setiap saat mondar-mandir memungut sampah yang berceceran.

Happy traveling!

^_^






Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

8 Komentar untuk "Sensasi Naik Perahu di Pantai Dalegan"

  1. iya Bu ya kok tidakada pelampungnya naik perahu, bisa deg deg ser nanti

    wah kepitingnya kok murah banget

    BalasHapus
  2. Baru aku membatin waktu lihat foto naik sampan kok penumpang semuanya ngga dilengkapi pelampung ..., scroll kebawah ternyata kak Nur juga meyayangkan itu.
    Menurutku sewajibnya failitas naik perahu memang dilengkapi pelampung untuk keselamatan dan berjaga-jaga.

    Seafoodnya murah, aku suka 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya harusnya begitu, demi keselamatan para penumpang.

      Hapus
  3. Kalau anak-anak kayaknya gak kenal kata panas, ya. Melihat air pengennya langsung main :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak kenal panas, gak kenal capek. Langsung nyebur aja.

      Hapus
  4. Pantainya keren yah dengan pasir putihnya. Bersih juga. Seru buat berenang pastinya

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel