Les, Perlu atau Tidak



 
Brosur bimbel.
Banyak orang yang masih mempertanyakan pentingnya anak-anak mendapat tambahan belajar atau les. Apa iya? Lalu bagaimana tingkat kemampuan anak menyerap pelajaran di sekolah? Masih kurang atau sudah cukup?


Mengikuti les/bimbingan belajar atau tidak itu sangat subyektif. Tidak ada paksaan kok jika anak-anak tidak mengikuti les, baik di bimbingan belajar maupun privat. Anak-anak di desa tidak mengenal les. Berbeda dengan anak-anak di kota.

Saat ini seolah-olah anak-anak dipaksa untuk menguasai berbagai ilmu dalam satu waktu. Meski mereka tidak memiliki kecenderungan dan kemampuan di di semua bidang, tapi harus mengusainya. Entah apa yang sebenarnya diinginkan lembaga pendidikan yang bernama sekolah itu dengan kurikulum yang rajin berubah.

Nggak update kalau nggak les. Demi meningkatkan prestasi belajar anak, les/bimbingan belajarpun menjamur. Mereka gencar sekali menawarkan program dan promo pada sekolah-sekolah favorit. Promonya macam-macam. Ada yang diminta mencoba dulu. Ada memberikan diskon untuk anak-anak dengan peringkat kelas tertinggi. Ada pula yang memberikan diskon jika mendaftar rombongan.

Contohnya saja di sekolah si sulung, hampir semua anak di kelasnya mengikuti bimbel. Yang tidak ikut bisa dihitung dengan jari. Orang tua sangat mendukung dan memfasilitasinya. Kenapa? Karena semua orang tua pasti ingin anaknya pintar dengan paramenter angka.

Bagi saya pribadi, mengikuti les atau tidak itu tergantung orang tua dan anak. Jika orang tua bersedia membiayai dan anaknya semangat belajar, ya silakan. Tapi kalau orang tua saja yang ingin anaknya les, maka akan sia-sia. Anak akan malas datang dan malas pula belajarnya.

Setiap anak itu berbeda. Baik dari kemampuan belajarnya, maupun kecenderungannya untuk menekuni suatu bidang yang disukai. Orang tua tidak perlu memaksakan keinginannya pada anak. Tapi yakinlah bahwa setiap anak itu hebat!

Menginjak tahun ajaran baru, teman-teman si sulung berbondong-bondong mengikuti les/bimbel. Sementara dia tidak. Ini memang kesepakatan saya dan dia. Tidak masalah, selama dia masih mampu saja. Sejauh ini alhamdulillah anaknya baik-baik saja. Ada anak teman saya yang tidak ikut les, tapi nilainya tetap terbaik. Orang tuanya sangat mendukung sekali. Belajar bersama orang tuanya sudah seperti les saja.

Sementara anak kedua saya meminta untuk ikut les. Silakan saja. Saya tetap mendukungnya. Karena saya tahu dia menyadari kekurangannya. Di rumah saja belajarnya pada waktu-waktu yang wajib, yaitu menjelang ulangan. Itupun cukup beberapa menit.

Awalnya saya ragu ketika anak kedua saya ikut les. Maka saya bilang dicoba dulu. Dalam satu bulan bagaimana hasilnya. Ternyata dia senang, satu bulan terjadi peningkatan, maksudnya nilai-nilai ulangannya mulai membaik, maka les tetap diteruskan. Jadi silakan saja.

Setiap anak memiliki gaya belajar masing-masing. Ketika anak saya ikut les bersama teman-temannya, dia lebih bersemangat. Lebih mandiri belajarnya.

Kembali kepada anak, apa manfaat les buat anak? 

Pastinya kalau ikut les/bimbel dengan sungguh-sungguh InsyaAllah hasilnya baik. Selama anaknya enjoy, les/bimbel itu menyenangkan. Sehingga mudah menerima pelajaran, mudah mengerjakan soal-soal ujian. Anak lebih percaya diri. Satu lagi yang saya suka, ketika anak saya bisa mengajari teman-temannya. Karena ilmu itu semakin digunakan semakin kita bisa.

Kalau orang tua masih memiliki waktu dan tenaga, tidak ada salahnya untuk menemani mereka belajar. Duduk bersama dengan santai. Mendengarkan curhatnya lalu masuk ke point penting(belajar). Membantu mengajari tugas-tugas mereka dan mengajari materi yang belum dimengerti. Tidak perlu mengeluarkan biaya dengan mengikuti les/bimbel. Anak juga tidak lelah didera jadwal les. Tentunya belajar bersama orang tua akan meningkatkan kualitas hubungan keluarga.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengikuti les/bimbingan belajar:

1.   Orang tua sanggup membiayai.
2.   Guru yang berkualitas.
3.   Semangat belajar anak.
4.   Kesesuaian program bimbels/les yang ditawarkan.
5.   Testimoni dari alumnus.

Ada masanya ketika anak merasa bosan, malas, capek dan tidak bersemangat mengikuti les/bimbingan belajar. Bagaimana menanganinya?

1.   Cari tahu penyebabnya! Dengan demikian, orang tua ikut membantu menyelesaikan masalah anak. Dalam kasus seperti ini biasanya karena tugas-tugas dari sekolah yang menumpuk ditambah jadwal ulangan yang sudah mengantre.
2.   Tetapkan prioritas. Mana yang mau dikerjakan dulu. Pilih yang waktunya mendesak. Anak-anak belajar membuat jadwal kegiatannya.
3.   Dukung anak. Beri semangat kepada anak-anak untuk meningkatkan kemampuannya.

Mengikuti les/bimbingan belajar adalah sebuah pilihan. Setiap pilihan mengandung resiko, menjadi baik dan lebih baik. Jangan lupa untuk selalu  menyelipkan doa untuk anak-anak tercinta kita.

Semoga bermanfaat!

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

4 Komentar untuk "Les, Perlu atau Tidak"

  1. Setuju mbak, les tanpa kemauan anak, sama arti buang-buang duit dan malah bikin anak stres.

    BalasHapus
  2. Aku dulu tukang maksa anak untuk les. Tapi dulu anak2 pernah jenuh. Jadinya, sekarang mereka les saat mau ujian kelulusan aja. Pas kelas 6 dan pas kelas 9. Kasian. Yang penting belajar maksimal aja di sekolah dan di rumah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya di jenjang akhir itu anak2 itu ikut les/bimbel. Dari sekolah juga ada tambahan belajar. Dan memang hampir semua anak ikut.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel