Paguyuban Wali Murid





Paguyuban disini adalah perkumpulan orang tua siswa di sebuah sekolah. Namanya bisa macam-macam. Ada  POMG (Pertemuan wali murid dan guru), POTS, paguyuban, dsb. Tapi saya ambil paguyuban saja yang artinya perkumpulan orang-orang untuk membina kerukunan (KBBI).

Baca juga Mengenal Paguyuban Wali Murid...

Mulai dari TK hingga SMP saya pernah menjabat sebagai pengurusnya. Nah, saya ingin sharing kisah seputar kegiatan pengurus paguyuban. Mungkin teman-teman juga pernah menjadi pengurus paguyuban?

Selama saya menjadi pengurusnya paguyuban, biasanya beranggotakan ketua dan bendahara. Kalaupun ada tambahannya ya sekretaris. Tapi pada dasarnya cuma dua itu yang bekerja dan bertanggung jawab. Kalau ada undangan biasanya hanya untuk pengurusnya (ketua dan bendahara). Jika keduanya berhalangan barulah dicari penggantinya.

Sebagai pengurus kita tidak mendapat imbalan. Kita melakukan pekerjaan ini dengan ikhlas demi kemajuan bersama. Ada kerjasama yang indah antara orang tua dan guru. Masing-masing paham dengan tugasnya. Tidak memaksakan kehendak namun lebih menyerap aspirasi.

Fungsi Paguyuban

Fungsi dibentuknya paguyuban ini sebagai perpanjangan tangan guru kepada wali murid. Bagaimana agar program-program dari sekolah mudah dipahami wali murid. Juga untuk meningkatkan kerjasama, kepedulian dan keikutsertaan wali murid. Intinya sih, kita membantu sekolah.

Bagi saya, di paguyuban ini banyak pengalaman berharga yang patut dipelajari. Saya bisa mengenal banyak orang dalam waktu dekat. Padahal saya sendiri aslinya suka lupa, tapi dengan terpaksa harus hafal nama wali murid. Kadang lupa kadang ingat, tapi karena sering berhubungan jadinya ingat.

Yang menjadi masalah adalah pengurus paguyuban yang tidak pernah hadir dalam setiap pertemuan. Padahal dalam satu kelas harusnya ada wakilnya, sehingga ketika hasil rapat bisa disampaikan kepada para wali murid yang diwakilinya.

Menjadi pengurus paguyuban itu harus bisa merangkul semua pendapat. No drama deh! Tidak bisa mentang-mentang saya pengurusnya, pengen ini itu langsung membuat keputusan. Kadang memang sulit. Kadang ada beban ya (eh ngaku). Inginnya bekerja secara maksimal. Terutama yang menyangkut masalah keuangan. Ini masalah sensitif. Tapi setelah duduk bersama mencari jalan keluar, insyaAllah semuanya menjadi mudah.

Ketika saya menjadi bendahara, mau tak mau ya harus hafal orang tua siswa. Kerjanya sederhana, menagih uang iuran. Uang ini digunakan untuk keperluan sosial, seperti kalau ada siswa dan keluarganya yang meninggal, sakit, orang tua yang melahirkan. Dengan dana ini urusan bingkisan menjadi mudah dan ringan. Tanpa membebankan orang tua lagi.

Suka duka

Senangnya kalau menjadi pengurus itu kita bisa dekat dengan sekolah (kepala sekolah, guru-guru). Sehingga ide, saran, nasihat kita didengar dan diperhatikan. Kita juga mengetahui program-progam sekolah sebelum disebarluaskan kepada seluruh wali murid.

Selain itu kita jadi tahu isu terbaru diantara anak-anak. Yeah, saya adalah orang tua yang suka kudet. Apalagi jika di sekolah negeri. Pengalaman membuktikan bahwa komunkasi disana sering tidak lancar. Saya sering ketinggalan berita karena anak saya yang pendiam. Baginya, everything is ok. Tidak pernah ada masalah. Kalaupun ada, dia bisa menyelesaikannya sendiri tanpa campur tangan orang lain, termasuk saya.

Dalam sebuah pertemuan, seorang ibu menceritakan kekhawatirannya terhadap kegiatan rekreasi anak-anak. Wajar sih, karena orang tua memperhatikan pergaulan anak-anak jaman sekarang. Pastinya tentang komunikasi antara orang tua dan anak selama di luar kota. Juga pergaulan mereka selama tidak bersama orang tua. Bapak kepala sekolah menjelaskan kegiatan-kegiatan selama disana. Juga guru yang bertanggung jawab, yang bisa dihubungi. Sehingga orang tua tenang melepas anak-anak untuk rekreasi.

Dari cerita ibu-ibu itu saya jadi tahu kondisi anak-anak. Belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu. Dan peran serta guru dalam membimbing para siswa.

Ada suka pasti ada dukanya dong! Duka disini bukan bermaksud menyengsarakan pengurusnya namun sekedar perasaan tak nyaman atau alokasi waktu yang lebih banyak untuk kegiatan paguyuban. Juga dalam mencari kata sepakat. Kadang ada diskusi yang cukup alot. Tapi alhamdulillah semua legowo dengan keputusan yang diambil.

Pernah, suatu ketika saya merasa tak nyaman menagih uang untuk iuran bulanan (saya bendahara). Siapa sih yang suka ditagih! Seperti orang punya hutang saja. Padahal nominalnya kecil.

Yang namanya tagih menagih ini ternyata buntutnya panjang. Selain orangnya tidak terima, juga mengandung ketidakpercayaan. Kadang saya berpikir begini, apa orang yang melihat saya seperti hendak ditagih saja? Hahaha... masak wajah saya seperti debt collector!

Apa yang dilakukan oleh pengurus paguyuban?

Demi menyukseskan program-program sekolah, para pengurus sering diajak berkumpul bersama para guru dan kepala sekolah. Pada kesempatan itu kita rapat, diskusi dan sumbang saran.

Selain itu kadang kita diminta turun tangan mengurus keperluan sekolah yang berhubungan dengan wali murid. Misalnya untuk kegiatan diluar sekolah seperti family gathering, parenting, perayaan hari besar keagamaan, dsb. Kegiatan seperti ini membutuhkan peran serta orang tua. Tugas pengurus adalah mendukung kegiatan ini dan mengajak partisipasi wali murid. Terutama kalau ada lomba yang harus diikuti perwakilan wali murid.

Selain kegiatan tersebut, saya pernah mengikuti rapat untuk membelanjakan sumbangan siswa. Sesuai peraturan, sekolah tidak akan ikut campur masalah dana ini. Karena ini adalah uang siswa dan diperuntukkan untuk mendukung kegiatan belajar. Sehingga penguruslah yang belanja fasilitas sekolah.  Mulai dari diskusi harga, mencari supplier hingga pemasangan fasilitas sekolah. Waktu itu setiap kelas membutuhkan LCD dan bangku. Dengan demikian semua pengurus tahu arus uang siswa dan penggunaannya.

Sebenarnya masih banyak yang hendak dibenahi namun karena keterbatasan dana, akhirnya hanya fasilitas yang rusak berat. Sedangkan yang bisa diperbaiki tetap dilakukan perbaikan oleh pihak sekolah.

Sebagai pengurus paguyupan, saya belajar untuk mengenali watak teman-teman. Sehingga mudah untuk mengumpulkan mereka untuk suatu kegiatan. Yang paling sering berkumpul adalah saat masih di TK. Karena sering ada kegiatan diluar, seperti perayaan hari besar, pentas seni, manasik haji, dsb. Nah, kegiatan semacam ini perlu pendampingan. Kalau tidak pengurusnya, ya ditunjuk beberapa orang yang sanggup.

Ada pengalaman seru saya ketika mengikuti lomba memasak. Untuk mencari orang yang bersedia ikut lomba itu susah. Kadang main tunjuk saja. kadang bilang bisa eh beberapa hari kemudian bilang tidak sanggup. 

Beberapa kali saya mengikuti lomba memasak. Saya bersedia ikut, asal tidak ada beban. Misalkan untuk menang atau minta dibuat seperti ini itu. Ah, selama saya sanggup saya akan lakukan. Kalau ribet dan susah sih, nyerah saja. Ikut lomba memasak tidak untuk memberatkan kita kok. Yang penting adalah meramaikan acara, mewakili kelas dan melakukan yang terbaik semampu kita.

Selama kita bisa menempatkan diri, saya yakin tak ada masalah dengan para wali murid. Selama itu pula kita bisa legowo menerima pendapat, saran dan ide terbaik.

Well, jika teman-teman memiliki cerita seputar paguyuban seperti ini, please sharing yuk!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

3 Komentar untuk "Paguyuban Wali Murid"

  1. wah seru yah. Tapi kalu jadi pengurus mah repot ya, Mba. Aku pilih jadi anggota aja di sekolah anakku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekali-sekali jadi pengurusnya, mba. Biar bisa merasakan posisi ini.

      Hapus
    2. Betul banget bunda😊
      Pasti ada suka dukanya
      Tapi harus tetap semangat😊💪

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel