Gunung Kapur Tuban




Assalamualaikum,

Sesuai dengan judulnya saya ingin sedikit mengulas pegunungan kapur di Tuban. Ada spot foto cantik dan ganteng loh disini. Ya, begitulah karena saya melihat kebanyakan orang yang memajang foto di medsos dengan latar disini adalah mbak-mbak dan mas-mas. Kalau emak-emak seperti saya kan jarang. Uhuk!




Setelah memendam rasa penasaran akhirnya saya berburu spot foto di gunung kapur, gunung pasir, pegunungan kapur, bukit kapur. Pokoknya yang berbau kapur, deh. Bukankah sekarang sedang ngehits latar penambangan kapur seperti ini. Di Bangkalan, Madura ada bukit Jaddih (semoga bisa kesana ya). Nah, kalau di Tuban ada pegunungan kapur. Tidak perlu keluar kota, karena masih banyak spot foto yang instagramable di sini.



Tuban memiliki banyak pegunungan kapur dan penambangan kapur. Tapi tempatnya dimana, ya? Saya kok ya jarang jalan-jalan ke lokasi seperti ini. Padahal tempatnya dekat saja. Dan saya sering pergi ke Rengel juga. Akhirnya saya bertanya kepada orang-orang yang memang tahu lokasinya. Cuma ada satu keyword “Rengel”. Yah, kecamatan Rengel itu luas masak harus ngubek-ngubek. Jalan saja deh sekaligus bertanya kepada warga lokal.



Lokasi pegunungan kapur bisa ditempuh sekitar 45 menit dari kota Tuban. Terletak ini di antara perbatasan kecamatan Plumpang dan Rengel kabupaten Tuban. Kalau masuk lewat jalan sebelum batas kecamatan Plumpang dan Rengel. Atau sebelum SMA Rengel. Lewat manapun nantinya akan menuju ke pegunungan kapur. Jangan heran jika jalanan makin menyempit karena masuk ke perkampungan warga.



Untuk menuju lokasi ini saya sudah melewati beberapa jalan desa. Karena saya tidak tahu tempat pastinya sebelah mana, jadi masuk saja. Keluar dan masuk melewati jalan yang berbeda. Subhanallah. Melihat deretan pegunungan kapur yang membentang seolah mengingatkan kita betapa diri ini sungguh lemah, kecil. Tak ada apa-apanya!



Pegunungan itu masih berdiri kokoh meski tangan-tangan manusia mengeruknya. Semuanya demi kepentingan umat manusia. Betapa saya terkagum memandang ciptaannya. “Maka, nikmat manakah yang kamu dustakan!” (QS Ar Rahman: 16 )



Sekilas memang tidak tampak dari jalan raya. Lha, setahu saya cuma deretan pegunungan kapur yang sudah bolong-bolong karena penambangan warga lokal. Katanya sih, pemiliknya adalah warga sana juga. Para pekerjanya juga dari warga sekitar. Tidak hanya laki-laki, wanitapun banyak.



Ketika berada di tempat ini saya sempat ngobrol bersama beberapa warga sekitar. Ada yang sudah sepuh tapi masih kuat berjalan kaki mengais rezeki di penambangan batu kapur ini. Yang masih muda banyak yang membawa sepeda motor naik turun gunung. Truk-truk hilir mudik mengangkut kapur. Suara mesin-mesin pengeruk kapur tiada henti. Seolah tempat ini hidup sepanjang hari. Katanya sih sampai lembur juga. Nah, kalau malam bagaimana caranya mengambil batu-batu kapur ini? Kalau hujan? Wah, saya jadi malu. Disini saya cuma mencari foto dan menuliskannya di blog. Sementara mereka, bekerja keras untuk hidup.

Note!

Jalan-jalan di lokasi ini mesti hati-hati ya. Tidak perlu ikutan para pekerja turun ke bawah atau naik ke atas bukit. Apalagi tanpa ada yang mendampingi. Saya sempat juga mau turun melihat cekungan yang mirip danau berwarna hijau. Ada yang menyebutnya green lake! Keren, bukan! Tampaknya cantik kalau difoto. Ops...baru beberapa langkah menurun tiba-tiba ada orang yang berteriak melarang.

Baiklah, sebagai pengunjung (eh, apa sih namanya, kita cuma jalan-jalan) saya hanya mengambil gambar saja. Takut juga kalau batu-batu yang kita pijak tiba-tiba longsor.

Terbentuknya gunung pasir (gunung kapur)



Ketika saya berkata gunung pasir kepada warga lokal, eh malah ditertawakan. Ada juga yang menyanggahnya. Lalu namanya apa, dong?

“Ini bukan gunung pasir,” kata si mbah yang hendak pergi ke kebun jagung, dan kacang hijaunya diatas bukit. Ih, si mbah ini kuat banget. Di usianya yang sudah senja, masih kuat melangkah, naik turun bukit demi mengurus ladangnya. Sehat-sehat selalu ya mbah.



Menurut orang-orang disini, gunung pasir yang ngehits ini berasal dari batu kapur yang digiling hingga halus. Kapur ini merupakan permintaan dari Kalimantan. Sudah lama (mungkin berpuluh tahun ya) namun sayangnya tidak laku. Apa daya, kapur inipun teronggok dengan sempurna. Tumpukan kapur halus inipun mengeras (tapi tidak keras banget) lalu membentuk semacam gunung, ada kelok-keloknya yang indah. Seperti alur air, dari atas turun ke bawah.

Tips:

Untuk mengunjungi lokasi ini sebaiknya di pagi atau sore hari. Panaaas! Saya datang pagi saja sudah terasa seperti siang hari. Kecuali mau duduk-duduk di bawah pohon atau kongkow di warung. Ada warung di tengah hutan! Ajaib, tapi ramai juga. Pelanggannya orang-orang disini. Ada pula warung kosong.



Semua foto yang saya ambil sekitar pukul 07.30 sd 09.00. Asli tanpa menggunakan aplikasi ataupun editan. Alhamdulillah langit cerah sehingga pemandangannya tampak menawan. Sebentar saja berada di dekat pegunungan kapur ini rasanya seperti berada di siang hari, dengan terik yang menyengat. Tapi kemudian saya duduk di dekat warung kosong rasanya adem banget. Terasa semilir angin membelai pagi.



Dari kejauhan saya bisa melihat truk-truk dan alat berat yang bergerak, mengeruk dan mengangkut batu-batu kapur. Semua tampak kecil seperti mainan anak saya. Ya Allah, ini di Tuban, yang bahkan saya kadang merasa apa sih yang indah dari daerah saya. Semoga masih ada kesempatan untuk mengeksplore daerah sendiri.



Oh ya, cekungan disini yang berwarna kehijauan itu sebenarnya adalah bekas galian tambang kapur yang kemudian tergenang air hujan. Nah, air disini dimanfaatkan para sopir untuk mencuci truknya setelah mengangkut batu kapur. Melihat dari atas, truk-truk ini tampak kecil dan lucu.



Saya tidak tahu apa yang menyebabkan airnya berwarna hijau dan keruh. Bisa 
jadi karena lumut. Karena disekitarnya banyak lumut. Apalagi ini musim hujan! Saya ingin melihat dari dekat, tapi keburu disuruh pergi oleh pekerja disini. Berbahaya!



Di sekitar pegunungan kapur ini adalah ladang-ladang milik warga. Mulai dari jagung, kacang tanah dan kacang hijau ditanam. Ada juga pohon-pohon jati. Cukup kontras dengan pegunungan kapur yang gersang. Bahkan diatas bukit sana juga masih banyak ladang. Tanamannya bisa tumbuh subur.



Well, kebanyakan orang-orang yang datang kesini hanya untuk mencari spot foto selfie disekitar gunung kapur. Kalau dilihat dari foto mirip gunung asli. Bener, deh! Yang terbayang dalam pikiran saya, gunung itu begitu cantik, berwarna putih, bersih dan layak didaki. Kelihatan tinggi menjulang. Tapi begitu mengunjunginya, hahaha ... memang luar biasa!

Gunung kapur ini tidaklah tinggi. Tidak seperti pegunungan kapur di sebelahnya. Cukup mudah bagi siapa saja yang ingin mendakinya. Tak heran jika banyak beredar foto-foto orang mendaki hingga diatas gunung.  



Awalnya saya pikir gunung pasirnya (gunung kapur) sudah mengeras dan kokoh seperti batu kapur yang biasa dijadikan bahan bangunan. Eh... ternyata tidak juga. Sangat terasa ketika saya mulai menginjakkan kaki,  mendaki. Melewati kelok-keloknya. Banyak bekas jejak kaki disini. Terpeleset sedikit saja bisa mengakibatkan gundukan kapur itu runtuh.  Jadi yang putih itu bekas dinjak-injak orang. Sedangkan di sekitarnya berwarna warna keabu-abuan. Padahal saya berharap menemukan gunung yang berwarna putih bersih seperti yang beredar di medsos. 

Untuk berkunjung disini tidak ada biaya apapun. Termasuk untuk parkir. Langsung parkir saja di samping gunung kapurnya. Semuanya gratis. Karena ini bukan tempat wisata, melainkan penambangan batu kapur! Pekerja disini akan dengan senang hati menunjukkan tempat yang biasa dipakai berfoto.

Rute:

  1. Untuk menuju ke lokasi ini tidaklah sulit. Kalau membawa kendaraan sendiri, dari Tuban (kota) langsung menuju ke arah Surabaya. Tiba di pertigaan Pakah, belok ke kanan. Nanti bisa berhenti di perbatasan Plumpang – Rengel. 
  2. Sedangkan jika menggunakan angkutan umum bisa memilih jurusan Tuban - Rengel. Atau dengan bus jurusan Bojonegoro.
  3. Kalau dari arah Surabaya, langsung berhenti di pertigaan Pakah. Jika menggunakan angkutan umum, silakan dilanjut point kedua.

Happy traveling!

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

16 Komentar untuk "Gunung Kapur Tuban"

  1. Pantas aja byk pabrik semen di daerah jatim. Tuban ternyata ada gunug kapurnya

    BalasHapus
  2. Panas banget gk mba nurrochma,, penasaran blum pernah k daerah gunung kapur, noted mba,, Insyaallah mdh2an bisa k sana,,,

    BalasHapus
  3. wahh asli lengkap fotonya mb hehehe, mantap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya asal jepret saja. Pegunungan kapur ini panjang.

      Hapus
  4. Amazing ya mbak, panas udah pasti dong ya. Masyaalah deh buat semangat si mbah yang kuat naik turun bukit kapur yang panas. Membaca ini jadi membuat betapa saya harus bersyukur terhadap hidup ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Panas banget karena lokasi penambangan tidak ada pohon-pohon. Kecuali dipinggir (sekitarnya) masih banyak kebun.

      Hapus
  5. Pemandangan bukit kapurnya bagus banget mbaa :)
    Smoga terjaga dengan baik ya.

    BalasHapus
  6. setelah tambang kapur di gresik habis, pabrik semen pindah ke tuban sejak bbrp tahun yg lalu :3
    kapur juga bahan baku utama untuk memproduksi semen

    BalasHapus
  7. kalau siang selain panas juga berdebu kayaknya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau debu...mungkin kalau berada di kawasan penambangan ya. Saya sih nggak sampai kesana. Medannya berat.

      Hapus
  8. Gunung pasir eh gunung kpurnya cantik ya, Mak. AKu ngebayangin pa nginjeknya berasa gimana gitu :). Cakep deh foto-fotonya.

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel