Kapan Anak Belajar di Rumah?
Selasa, 08 Agustus 2017
4 Komentar
Bagi
anak-anak yang sekolah di sekolah umum atau swasta, apakah sudah cukup
belajar di sekolah saja?
Ada
banyak ibu yang mengeluh bahwa anaknya susah belajar di rumah. Sayapun
demikian. Wajar? Tidak semua anak itu dengan mudah memiliki kesadaran untuk
belajar. Meski hanya sekedar mengulang pelajaran dari sekolah. Itu membosankan
buat mereka. Lebih asyik bermain dan bermain.
Ada
pula anak yang mood belajarnya timbul
tenggelam begitu saja. Ada yang justru rajin. Tapi jujur ya, saya akan senang
jika anak-anak saya termasuk anak yang rajin belajar. Iya kan?
Ada tiga hal yang membuat anak-anak harus belajar:
- Tugas sekolah
- Menjelang ujian
- Menjelang lomba
Nah,
andaikan masalah belajar ini bisa rutin, orang tua tidak perlu susah payah
mengingatkan. “Nak, ayo belajar!” Diulangi berkali-kali, seperti sebuah rekaman
lagu saja.
Saya
termasuk ibu yang tidak mewajibkan belajar. Dalam arti mengulang pelajaran dari
sekolah. Lha? Bagi saya sederhana saja, jika si anak sudah menguasai materi,
biasanya dia tidak mau mengulang. Alasannya bosan, malas, dsb. Bahkan kadang
mengada-ada seperti pusing, sakit perut, segala macam sakitnya anak-anak tiba-tiba
muncul deh.
Ya,
sudah dicek sebentar. Lihat bukunya, apakah dia mengikuti pelajaran di sekolah
dengan baik atau tidak.
Saat
ini urusan sekolah anak-anak dipermudah dengan adanya grup-grup WA kelas. Kalau
ada pengumuman, orang tua langsung tahu. Atau memang kita ingin mengetahui
perkembangan anak, langsung japri gurunya. Orang tua juga mengetahui
tugas-tugas dari sekolah.
Berhubung
si bungsu sudah SD, saya biasakan untuk menanyakan kegiatan di sekolahnya.
Kalau mood si anak sudah baik, saya
tanya pasti dijawab. Bahkan dia juga senang bercerita kejadian-kejadian
“penting” di sekolah.
Dengan
begitu saya berusaha merangsang si anak untuk aktif bercerita. Karena saya
senang mendengarkan ceritanya. Apapun ceritanya, bagi anak adalah menarik.
Nah,
kalau urusan sekolah baik-baik saja, artinya dia tidak perlu belajar. Yes!
Tidak ada tugas dari sekolah. Namun kalau ada, si anak langsung cerita, kok.
Lalu menunjukkan bukunya. Kalau orang tua yang ragu, benar tidak tugasnya,
japri langsung kepada gurunya.
Selanjutnya
saya memberikan pilihan, kapan dikerjakan. Saya tidak bisa memaksanya untuk
segera mengerjakan tugas. Anak butuh jeda. Anak butuh bermain. Anak butuh
istirahat.
Membuat kesepakatan
dengan Anak
Belajar
itu sebenarnya bisa kapan saja dan dimana saja. Tidak melulu di depan meja
belajar dengan semua pelajaran sekolah. Ketika sedang membaca buku cerita
itupun sesungguhnya adalah belajar.
Belajar
tidak terbatas pada pelajaran di sekolah. Ada beberapa buku di rak (koleksi
pribadi) yang bisa dipakai sebagai bahan belajar. Atau kadang saya dan anak googling saja. Banyak yang bisa
dieksplore dari kegiatan membaca ini. Misalnya ketika membaca buku tentang
gunung dan masih penasaran, langsung ngecek di internet. Oh, ternyata ada ya
gunung pelangi itu. Letaknya di China. Anak puas.
Nah,
kalau ada pengumuman dari sekolah tentang ujian, bagaimana dengan persiapan
anak? Mengandalkan kepercayaan dari anak saja tak cukup. Orang tua sekarang ini
lebih care masalah belajarnya
anak-anak. Sebentar-sebentar pasti ada saja bertanya tentang materi sekolah.
Ada
keuntungannya juga, karena saya tidak ketinggalan info. Kadang anak tidak
menyampaikan info dari sekolah secara lengkap.
Orang
tua tak perlu membandingkan dengan jaman kita sekolah dahulu. Seperti ini, dulu,
saya mau ujian atau tidak, orang tua tidak terlalu peduli. Tapi saya yakin
orang tua pasti berdoa yang terbaik untuk anak-anaknya. Hanya saja, ada sedikit
celah yang membuat orang tua sering tak mengerti urusan sekolah anak-anak,
selain membayar SPP.
Mulai
kelas 1 SD anak diajarkan untuk mengenal ujian itu seperti apa dan bagaimana. Karena
masih masa peralihan dari TK ke SD, ada saja keluhan anak-anak. Yang pasti
mereka sangat menikmati masa bermain.
Anak
saya pernah lupa belajar menjelang ujian harian. Pernah pula tidak belajar
ketika ulangan susulan. Tiba-tiba ustadzah bilang, “Ananda sudah nyusul
ulangan, Ma.” Ya, sudah, tetap semangat di sekolah.
Agar
nyaman ketika belajar, saya dan anak biasa membuat kesepakatan tentang waktu
belajar, seperti ini:
- Setelah bermain.
- Setelah tidur siang.
- Setelah sholat.
- Setelah makan.
Mengapa
tidak rutin? Mengapa tidak setiap sore atau malam saja? Bagi anak saya, waktu
yang dipilih itu adalah waktu yang tepat menurut dia. Haha... dia merasa siap
dengan waktu tersebut. Sehingga dia bisa belajar dengan nyaman, tanpa tekanan dan tidak dalam keadaan mengantuk. Itupun tidak
lama. Anak saya tidak betah belajar lebih dari setengah jam di rumah. Harus ada
jeda atau selesai saja.
Kalau
teman-teman bagaimana? Kapan anak-anak belajar di rumah?
^_^
Kebiasannku kalau malam belajar rencana materi pelajaran keesokan harinya mba :)
BalasHapusBagus mba, jadi rutin gitu ya.
Hapusklo aku abis magrib mb atau biar tenang abis isya baru belajar hehehe krn aku kerja jd mau tak mau waktu itu yg aku manfaatin anakku baru tk lg senengnya belajar pdhl cmn coret2 doang atau nyulang hafalan doa hehehe
BalasHapusNeyna hebat ya, belajarnya rutin.
Hapus