Omah Kayu Paralayang Batu


Omah Kayu


Assalamualaikum

Apa yang terbersit dalam pikiran kita ketika membaca nama suatu tempat seperti ini: Omah Kayu? Omah dalam bahasa Jawa berarti rumah. Omah kayu adalah rumah yang terbuat dari kayu.



Masih di kawasan Gunung Banyak, tapi kali ini saya cerita Omah Kayu. Sesuai dengan namanya, Omah Kayu ini menyuguhkan rumah-rumah dari kayu yang dibangun diatas pohon pinus.

Omah Kayu


Pintu masuk Omah Kayu ini sejajar dengan Taman Langit. Kita bisa memilih masuk ke Omah Kayu dulu atau ke Taman Langit. Saya memilih ke Taman Langit dahulu karena penasaran dengan “iklannya”. Biasanya kalau ada yang baru pasti banyak iklannya.

Masuk ke lokasi ini kita mesti membayar tiket sebesar Rp 10.000. Kalau sudah sekalian membayar pada saat masuk Taman Langit, tetap ya disimpan tiketnya. Karena begitu masuk ke lokasi ini, petugas akan menanyakan tiketnya.

Kalau ditotal semua tiket per orangnya Rp 30.000. Meskipun satu tempat tapi lumayanlah buat jalan kaki, naik-naik ke puncak gunung. Eh... bukan...perbukitan ya!

Omah Kayu


Setelah urusan tiket beres, sekarang waktunya menjelajah kawasan Omah Kayu. Jadi Omah Kayu ini terletak di bawah Taman Langit. Jalan masuk, mulai dari paving hingga tanah berundak. Jadi kalau musim hujan sebaiknya berhati-hati. Pasti licin. Lebih baik berkunjung ketika cuaca sedang cerah dan aman.

Di kawasan Omah Kayu ini udara lebih segar, sejuk. Pohon-pohon pinus menjulang membuat rindang. Adem dan bikin mata segar. Tidak ada taman seperti di Taman Langit. Disini benar-benar menghadirkan suasana hutan yang alami.

Sepanjang jalan ini kita bakal menemukan banyak tempat buat foto. Termasuk buat foto dari ketinggian. Sayangnya, ada satu tempat yang rusak. Untuk kasus seperti ini, memang ya harus segera ditangani karena bakal membahayakan pengunjung.

Bayangkan bila ada pengunjung yang ngebet ingin naik pohon demi foto-foto selfie yang keren, lalu terperosok. Kalau tinggi sekali, tidak juga. Tapi tetap yang namanya foto-foto seperti ini membutuhkan tempat yang aman.

Berhubung satu tempat ini rusak, pihak pengelola sudah menutup dengan kayu. Sehingga pengunjung tidak bisa mencoba menaikinya. Cari tempat lain saja ya!


Giant Hammock

Di dekat pintu masuk tadi saya penasaran dengan “iklan” giant hammock. Lagi-lagi jika ada wahana baru, pasti banyak iklan, spanduk di tepi jalan. Pasti pihak pengelola ingin memanjakan pengunjung dengan sesuatu yang baru. Hal seperti ini menjadi daya tarik tersendiri. Kadang pengunjung ingin sesuatu yang berbeda.

Omah Kayu


Mungkin keinginan seperti itu terbaca juga oleh pihak pengelola. Tentu agar kita tidak bosan ketika lebih dari sekali datang kesini. Nah, seperti apakah penampakannya? Dalam pikiran saya sih seperti hammock yang biasa dipasang dipohon dengan warna-warna cerah dan menyolok. Mulai yang cuma satu hingga susun lima.

Tapi kemudian saya keliru. Giant hammock tidaklah seperti itu.

Giant hammock ini berupa jaring-jaring laba-laba raksasa. Dinamakan raksasa karena memang luas. Jaringnya berupa tali temali yang disusun erat. Jadi, kita bisa bermain-main dijaring-jaring berwarna putih ini. Jangan lupa untuk membayar tiketnya, Rp 10.000.

Lagi-lagi tiket. Ya, seperti itulah faktanya... 

Ketika bertanya tentang tikes, mas-mas penjaganya santai saja. Kita disuruh main-main dahulu sampai puas. Setelah itu baru membayar. Kalaupun kita kesulitan berada di jaring tadi, boleh minta bantuan mas-mas disini.

Seperti ketika saya melihat mbak-mbak yang dengan ragu melangkah diantara jaring-jaring. Mas penjaganya akan mengajari kita agar bisa berjalan dengan seimbang. Oh ya, jaringnya ada dua tingkat.

Omah Kayu


Karena berjalan di jaring ini membuat tubuh kita goyang ke kanan kiri, lalu jatuh. Butuh konsentrasi dan pikiran tenang. Tapi kalau susah berjalan, ya terpaksa merayap perlahan. Sampai juga di tengah jaring. Lalu cekrek!

Serunya bermain di giant hammock ini karena kita berada di ketinggian. Melihat dibawahnya bisa saja merasa ngeri. Lalu tentang keseimbangan ketika mau berjalan. Memang ini bagian yang sulit. Kalau dekat dengan pohon atau ranting bisa berpegangan. Tapi kalau tidak ada...  

Nah, kalau takut, dan cuma ingin melihat, boleh saja. Duduk-duduk di bangku kayu yang menghadap ke hutan pinus. Sambil menikmati pemandangan yang hijau, melihat view Batu di bawahnya. Sesekali tersenyum melihat polah pengunjung yang menjerit ketakutan.

Pengunjung yang ingin bermain di giant hammock dibatasi. Beruntung waktu itu tidak ramai. Rombongan mbak-mbak dan mas-mas ada di bagian atas. Sementara kami menguasai bagian bawah. Tidak ada orang lain lagi.

Kali ini saya sudah membawa perbekalan berupa sebotol air mineral. Nanti kalau si bungsu mengeluh haus, tinggal diminum saja. Daripada merengek dan butuh waktu untuk mencapai pintu keluar. Pasti melelahkan.

Omah Kayu


Ada satu tempat menarik untuk memotret. Rasanya cukup untuk foto bersama rombongan. Seperti mas-mas yang mengabadikan moment disini. Bisa loh, sambil menyewa tulisan. Atau minta tolong si mbak yang menjaga tempat ini untuk memotret.

Tulisannya lucu-lucu. Kebanyakan meme jomblo. Aduh... kenapa sih, jomblo sering menjadi bahan bully.

Rumah Kayu

Rumah kayu semacam ini biasa kita sebut rumah pohon. Rumah terdiri dari satu kamar yang didalamnya ada kasur dan perlengkapannya. Kamar mandi di luar ya. Ini hasil mengintip dari kaca. Pintu rumah kayu digembok rapat. 
 
Di setiap rumah kayu ini selalu penuh. Bukan di dalamnya. Hanya di halaman rumah kayu! Apalagi kalau bukan buat duduk-duduk sambil memandang view disekitarnya. Lalu foto-foto sampai puas. Mau foto saja sampai harus bergiliran. Mungkin karena weekend jadi ramai banget.


Omah Kayu

Sebagian besar pengunjung disini adalah pasangan muda-mudi. Yang membawa keluarga, kok belum ketemu. Mungkin cuma saya. Memang kalau membawa anak kecil rasanya kurang cocok diajak kesini. Selain karena medannya yang mesti naik turun, tidak ada wahana buat anak kecil. Hal semacam ini bisa sangat membosankan.

Saya sempat tersesat ketika mencari jalan pulang. Tersesat disini maksudnya salah jalan saja. Mestinya mengambil jalan memutar dan mudah dilalui, ternyata sebaliknya. Harus naik cukup tinggi. Tapi lebih cepat sampai ke rumah-rumah kayu. Cuma ya, saya yang agak takut saja ketika naik karena posisi tanahnya miring.  

Saya tidak tahu berapa harga sewa rumah kayu per malam disini. Bisa googling deh. Yang saya tahu, disini orang-orang menikmati serunya mengambil foto. Iya sih, view sangat mendukung.

Ada yang mengatakan view di malam hari sangat romantis. Ah, bicara romantis bisa jadi milik segelintir orang. Tapi bagi saya, romantis itu bisa hadir di tempat yang tepat dengan pasangan yang halal. Bukan di sembarang tempat, apalagi di tempat umum.

Omah Kayu


Dari tiga lokasi di Gunung Banyak ini saya lebih suka ke Taman Langit. Beda situasi beda pula pilihannya.  Ada ayunan yang bisa menjadi penghibur ketika membawa anak kecil. Ketika rewel! Sebenarnya yang ingin jalan siapa ya! Nah, main-main seperti ini lumayanlah buat bersenang-senang bersama anak. Atau bisa duduk-duduk dengan damai sambil menatap langit yang cerah. Juga taman-taman yang asri.

Kalau teman-teman suka yang mana?

Happy traveling!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

12 Komentar untuk "Omah Kayu Paralayang Batu"

  1. Berarti Gunung Banyak tempatnya luas ya Mbak Nur. Kalau aku disuruh naik ke Giant Hammock kayaknya mikir dulu deh. Kalau gak terlalu tinggi ya naik. Kalau keliatannya bikin deg-deg plas, mending gak naik... Hihihi. Penakut ketinggian mah begini, banyak mikirnya dulu

    BalasHapus
  2. Sekarang lagi booming boomingnya rumah pohon ya mbak :D dan banyak pula view yang bagus, kayak omah kayu paralayang ini juga kalau ane lihat good view amazing wes.. :D

    BalasHapus
  3. Tempat nya kereeeen banget mba. suasana nya juga hijau-hijau mandang dari foto aja rasanya fresh banget, apalagi berada disana huhuhu

    BalasHapus
  4. Widih.. Keren banget tempatnya, seru pengen nyobain giant hammock, mgkn prinsipnya hampir sama ketika kita berjalan diatas perahu yang di ombang ambing ombak ya mbak? Mau liburan tapi penuh kesibukan aktifitas akhir tahun. Pengen Nge-VLOG

    BalasHapus
  5. Pasti seru berada di atas guant hammcock

    BalasHapus
  6. Banyak muda mudi ya mba. Aku muda mudi beranak 2 ��
    Tapi pas di Coban Rondo Batu waktu itu ada sejenis gini jugaa nggak dimintain tiket lagi. Ini luar biasa ya, tiket �� aku suka yg terakhir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di coban Rondo, makin hari makin bertambah aja mba spot foto maupun wahananya.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel