Bekal Anak
Selasa, 09 Januari 2018
10 Komentar
Ada
yang galau seperti saya ketika merencanakan bekal anak? Enaknya membawa bekal
apa ya? Yang praktis, yang sederhana, yang disukai anak-anak. Apalagi kalau bisa berhemat! Lalu googling mencari resep bekal buat
anak-anak.
Bekal
anak bisa berupa nasi lengkap dengan lauk pauk. Bisa juga snack sehat. Kalau membawa
nasi sebenarnya mudah. Tinggal menyiapkan nasi dari rumah. Membuat menu
sederhana yang bisa bertahan hingga siang nanti.
Namun,
ada sekolah yang menerapkan bekal sehat yang mesti dipatuhi seperti tidak boleh
menggunakan pewarna, penyedap, pengawet, dsb. Bungkus sebaiknya ditujukan untuk
mengurangi pemakaian sampah plastik.
Aduh
repot ya! Padahal kalau kita memesan/membeli snack di catering atau toko kue biasanya
menggunakan plastik dan kotak kardus. Nah, kalau ada peraturan seperti, ibu-ibu
banyak yang galau. Bagaimana tidak, semua yang praktis akhirnya menjadi ribet. Katakanlah
kita menggunakan daun sebagai pembungkus. Bukan kertas minyak seperti yang
biasa digunakan.
Jadi
bagaimana?
Jawaban
tergantung masing-masing. Yang suka memasak, oke saja. Anggap saja sebagai
tantangan. Yang sibuk atau alasan lainnya lebih baik membawa uang saku saja.
Lalu
saya menerapkan yang mana? Keduanya. Kadang membawa bekal kadang uang saku
lebih baik. Karena tidak selamanya kedua tangan ibu bisa diandalkan. Ada kalanya
saya sedang capek, sakit bahkan tidak ada waktu untuk memasak di dapur. Satu lagi, saya sedang malas!
Namun,
saya tetap senang membawakan bekal anak. Saya menikmati masa-masa menyiapkan
bekal nasi dan bekal snack. Masa ketika urusan dapur di pagi hari begitu rumit.
Kemudian saya merindukan masa itu...
Ketika
si sulung masuk SMP, saya mulai menyiapkan bekal nasi. Anak pra remaja lagi
doyan makan. Di sekolahnya ada kantin yang berjualan makanan. Jadi kalau tiba
waktu istirahat bisa saja membeli snack atau bakso, nasi, dsb. Tapi anak saya
malas mengantre dan dia cepat lapar.
Manfaat membawa bekal buat anak-anak:
- Menu sehat dan sesuai dengan keinginan anak
- Hemat
- Cinta ibu dalam sebuah kotak bekal anak
- Kreatif
- Belajar berbagi
Membawa
bekal menuntut ibu untuk kreatif. Saya belajar banyak hal agar urusan memasak
di pagi hari tidak memakan waktu lama. Meski kenyataannya tidak mudah. Untungnya
si anak mau membantu urusan dapur. Mulai dari menyiapkan sayur hingga mencuci
piring. Kalau ada asisten seperti ini, urusan memasak menjadi lebih mudah dan
cepat.
Ada
pengalaman yang masih saya ingat ketika seorang ibu mendatangi saya dan
mengucapkan rasa terima kasih. Saya agak heran karena saya tak begitu akrab
dengannya. Kemudian si ibu berkata bahwa anaknya sering mencicipi bekal anak
saya. Aduh saya jadi terharu. Padahal menunya biasa saja. Menu sehari- hari ala
kami.
Dengan
membawa bekal, ada temannya yang tidak pernah mencoba sayur, jadi ikut
mencicipi. Eh, ternyata sayur tidak seekstrim yang dipikirkan! Atau ketika saya
mencoba menu-menu yang sebenarnya biasa namun bagi temannya “agak aneh”. Contohnya
olahan jamur.
Walaupun
cuma mencicipi sedikit tapi teman-teman anak saya jadi tahu. “Oh begini ya
rasanya,” kata temannya. Kemungkinan di rumah, si ibu memasak menu yang
begitu-begitu saja.
Nah,
ketika membawa bekal saya mesti membuat menu yang berbeda dengan sarapan. Tujuannya
agar si anak tidak bosan. Tapi karena anak saya termasuk gampangan, semua
terasa enak. Tidak ada protes, kecuali jika saya memasak terlalu asin (mungkin saya
kurang fokus). Kalau pedas sih jarang.
Gara-gara
anak saya membawa bekal nasi, beberapa temannya ikut juga. Mereka ini bisa
saling bertukar lauk. Saling mencicipi bekal. Dan setiap ibu biasanya memiliki
ciri khasnya masing-masing. Mungkin juga karena disesuaikan dengan kesukaan
anaknya. Ada yang selalu membawa makanan pedas. Ada yang selalu membawa ayam.
Urusan
bekal si sulung sudah selesai sejak lulus sekolah. Mengingat masa itu kadang
suka terharu juga. Kalau saat ini saya masih membawakan bekal berupa snack buat si bungsu. Biasanya
kami merencanakan mau membawa bekal apa besok. Kadang saya ada ide kadang juga
tidak. Kadang dia yang meminta membuat bekal. Kalau gampang dan waktunya ada ya
saya siap saja.
Bagi
saya membawa bekal itu selalu menarik. Si bungsu sering bercerita bahwa dia
berbagi bekal dengan teman-temannya. “Aku sampai dapat sedikit,” katanya. Lucu juga
sih ketika si anak protes, bekalnya kurang banyak.
Tapi
kalau bekalnya banyak, saya kasihan melihat dia menenteng tas sekolah. Berat. Entah
berapa kg. Buku, alat tulis, bekal dan botol minum. Semuanya berebut tempat di
dalam tas. Semuanya menjadi beban di pundaknya.
Tips membuat bekal anak
- Pilih menu yang disukai anak
- Bervariasi (menu/snack)
- Pilih menu yang hemat waktu (memasak) dan biaya
- Tidak memberatkan anak
Yang
lebih penting adalah tidak mencoba resep baru saat pagi hari. karena ketika
kita mencoba resep baru artinya belum paham baik cara membuat, takaran, bahan
pasti membutuhkan waktu agak lama untuk persiapan. Belum lagi kalau kita mesti
mencontek. Sebentar-sebentar membaca contekan. Sepersekian detik pastinya lebih
lama daripada kalau kita sudah hafal resep.
Lebih
baik menggunakan resep yang sudah pernah dipakai. Yang lebih mudah dan hemat
waktu. Sehingga acara untuk membaca resep bisa digunakan untuk membantu
menyiapkan anak-anak. Kalau saya membantunya dalam rangka mengingatkan apakah sudah
membawa keperluan sekolah hari itu.
So,
buat teman-teman apakah suka membuat bekal atau uang saku saja? Sharing dong!
^_^
wah enak nih.. saya saja berangkat kerja juga bawa bekal bu rochma hehe, praktis dan higienis hasil masakan sendiri.
BalasHapusWow keren, masak sendiri!
HapusSaya sehari-hari bikin bekal sih buat saya dan suami. Semoga nanti kalau anak sudah sekolah bisa bikinin bekalnya juga
BalasHapusAamiin.
HapusWaktu aku kecil, bekalku itu-itu aja. Kalo gak mie instan atau ayam goreng. Karena mama kerja. Iri pas lihat kawan dibekalin kering tempe
BalasHapusSekarang anak, aku usahakan lebih bervariasi. Biar gak bosan. Tapi mereka sukanya telur. Akunya yang malah bosen
Kayak anak sulungku mba. Ngefans sama telur.
HapusSekolah anakku malah lebih praktis, soalnya snack dan makanan sudah disediakan pihak sekolah. Wah beruntung juga nih buat ibu yang nggak ada waktu dan nggak pintar masak kayak aku, hahhaha..
BalasHapusJadi lebih punya waktu buat kerjaan lain ya.
HapusSoal bekal anak emang paling seru waktu tukar2an bekal dengan teman ya, mbak. Kadang sampai ada yang jadi rebutan teman2nya hehe :D
BalasHapusKalau si sulung dulu lebih sering dibuatkan bekal masakan atau snack aja mbak?
Snack pernah, nasi lengkap dengan lauk juga.
Hapus