Sendang Beron Rengel, Tuban
Jumat, 06 April 2018
9 Komentar
Kalau
lagi tidak ada rencana keluar kota, saya suka ubek-ubek kampung halaman. Piknik
tipis-tipis kali ini tiba juga di Sendang Beron. Sebenarnya tidak ada rencana
khusus kesini. Seperti kebiasaan suami yang suka spontanitas pergi ke suatu
tempat. Ingin pergi langsung tancap gas. Tapi, tetap mengajak keluarga.
Minggu
pagi yang syahdu setelah turun hujan. Tanah basah menjadi pemandangan yang
biasa. Aroma tanah bercampur daun-daun kering seperti pasangan sejoli. Daun menguning
kemudian jatuh menjadi hiasan jalan beraspal.
Sementara
pohon-pohon besar masih berdiri kokoh. Desir angin mengakibatkan daun dan
ranting pohon bergesekan. Seolah menjadi musik alam tanpa komando.
Saya
memilih duduk di gazebo yang teduh sambil menikmati semilir angin dan udara
segar tanpa polusi. Sejenak melupakan hiruk-pikuk pekerjaan rumah. tadi sempat
membeli sebungkus es teh dan teh hangat yang kemudian dingin karena bersentuhan
dengan es.
Nama
sendang Beron baru-baru ini saya dengar. Kalau ada yang bertanya saya kurang
tahu asal namanya. Sendang ini masih belum populer. Dibandingkan dengan Sendang
Asmoro Ngino, masih jauh.
Di
kalangan warga, keberadaan Sendang Beron sangat membantu kehidupan sehari-hari.
Contohnya saja warga setempat menggunakan air untuk mandi dan mencuci baju. Selain
itu ada kolam dengan bangunan masih asli dan tak terawat yang bisa digunakan secara umum.
Awalnya
saya pikir kolam tersebut hanya untuk anak-anak. Terdengar celoteh anak-anak
dari dalam kolam. Bersahutan dan keras. Tak lama kemudian dari balik pintu
masuk, ada seorang bapak yang keluar. Jadi siapapun boleh masuk dan berenang
disini.
Sendang
Beron ini dibagi menjadi dua petak besar. Lokasinya berjauhan. Satu untuk kolam
dan satu lagi untuk mandi dan mencuci. Nah yang untuk mandi ini hanya digunakan
oleh para wanita. Biasanya mereka membawa pakaian kotor di keranjang atau bak. Lalu
mencuci di dalam petak. Setelah selesai mereka mandi di tempat yang sama. Setelah
urusan mereka beres, langsung pulang.
Di
depan kolam ada pompa air milik PDAM. Air dari Sendang Beron seluas 8 ha ini tidak
pernah susut. Airnya sudah lama dimanfaatkan PDAM untuk mengaliri rumah-rumah
penduduk.
Yang
menarik, disini mulai dibuat taman bunga. Lokasi taman belum dipenuhi oleh
tanaman. Masih baru. Sementara di dekatnya ada gazebo dari kayu dan satu buah
ayunan. Tempat favoritnya anak-anak desa ayunan ini. Sayang keberadaan tempat
sampah belum saya temukan. Sementara beberapa bungkus snack berterbaran disini.
Dimana sendangnya?
Pertanyaan
ini terlintas begitu saja ketika memasuki lokasi. Ya, sendang yang menurut
warga terlihat seperti hamparan air itu sebagian telah tertutup enceng gondong.
Pesatnya perkembangan enceng gondok seolah tak terbendung. Menjalar dan
menutupi air sendang tanpa ampun.
Saya
merasa bahwa Sendang Beron ini tidak menarik. Apa yang ingin ditawarkan
pengunjung kesini? Sendang? Atau kolam? Spot selfie? Seperti sebuah peraturan
tak tertulis, dimanapun tempat wisata seolah “harus” memiliki spot selfie untuk
menarik pengunjung. Faktanya spot selfie kadang terasa dipaksakan. Menempatkan benda-benda
hanya untuk pajangan. Sementara alam semakin tergerus oleh urusan manusia.
Terlepas
dari semua kepentingan, saya suka berada di desa seperti ini karena suasana
yang berbeda daripada tempat tinggal saja. Sedikit sunyi dan dekat dengan alam.
Saya suka!
Namun
kalau memilih berada di dekat dua petak tadi, bisa dipastikan ramai. Orang-orang
datang dan pergi ke petak untuk mandi dan mencuci baju. Kebagiaan wanita yang
menyelesaikan satu urusan rumah.
Saya
bertemu dengan anak-anak desa. Bersama mereka saya bertanya banyak hal. Ya,
baru kenal langsung diajak ngobrol, bertanya ini itu. Jawabannya sepatah dua
patah kata. Mungkin masih malu.
Sendang
Beron ini bisa dikatakan tempat hiburan bagi warga. Orang tua mengajak
anak-anak balitanya berkunjung kesini. Jalan-jalan di sekitar sendang dan
bermain ayunan. Sementara anak-anak yang sudah SD bisa bermain bersama
teman-temannya. Kadang hanya menatap wajah enceng gondok. Atau sekedar bermain
ayunan. Berdua dengan temannya. Mengayunnya pelan sambil memandang jalan yang
sepi.
Kata
anak-anak ini, rencananya Sendang Beron akan dibuat wisata. Lalu, kapan? Let’s
see!
Jika
teman-teman kebetulan sedang di rengel, mampirlah kesini. Tidak ada tiket masuk
alias gratis. Entah kalau nanti sudah ada pengelolanya. Semoga saja semakin
baik dan bermanfaat, minimal untuk warga setempat.
Lokasi:
Kalau
dari Tuban, ambil arah Pakah hingga Rengel. Kira-kira 30 km. Tepatnya di depan
MAN Rengel. Jalan kaki menurun sebentar kemudian terlihat papan nama Sendang
Beron.
Happy
traveling!
^_^
sayang banget, belum terlalu diperhatikan ya mbak,
BalasHapusPadahal kalo diopeni, emang bagus sihh
apalagi kalo ditambah spot foto selfie yg kece hheee
suasananya saya suka sekali mbak, dekat dengan alam, apalagi kalau sampai bawa makanan kesana, makan bersama keluarga.
BalasHapusSaya kangen masa2 ketika tinggal di desa dulu, suasanaya seperti sendang beron ini.
Kalau mau makan cari daun pisang sebagai piring, nasi putih dan lauk seadanya terasa amat nikmat, apalagi ditemani dengan ikan asing bakar
Banyak hal baru di tuban, wisata ini masih belum ada sentuhan ya mbak nur..
BalasHapusTuban... saya belum pernah jalan-jalan kesana. Yang jelas kalau dari foto-foto yang ada seandainya dirawat lebih baik pasti sangat indah. Apa lagi orang zaman sekarang suka sekali berfoto.
BalasHapusSendang itu..mata air berarti mata air ya mba. Klo di sini, pasti udah pada dipke in mandi anak2 alias ciblon mba..
BalasHapusasri ya dan duduk di agzebo paling enak sambil makan nasi liwet dan sambal
BalasHapusSuasanya adem, sejuk gitu, terlebih kalau liburan bareng keluarga. Mantep banget. Tapi daerah Tuban saya belum pernah kesana, ini jadi referensi kalau bisa kesana..
BalasHapusngelihat yang hijau-hijau, seger banget. adeeem.
BalasHapusSayang ya lokasi sebagus ini kurang dikelola dengan maksimal.
BalasHapus