Tips Remaja Anti Hoax
Selasa, 19 Juni 2018
Tulis Komentar
Memiliki
anak-anak yang beranjak ke masa pra remaja dan remaja membuat saya belajar
banyak hal. Saya menyebutnya never endeng parenting. Mungkin seperti itulah
ketika saya menggambarkan pembelajaran pengasuhan anak. Dari mulai masih dalam
kandungan saya belajar bagaimana memperlakukan si janin, kemudian tumbuh dan
berkembang, begitu seterusnya.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa anak-anak bisa menjadi guru terbaik bagi saya. Ketika
ramai tentang hoax, saya belajar untuk memilih, memilah, cek dan ricek. Tapi
bagaimana jika kabar hoax ini menimpa anak-anak.
Suatu
hari saya membuka handphone anak yang isinya banyak kiriman tak jelas.
Sementara anak-anak yang masih mudah terpapar info-info ini galau. Apakah
berita ini benar? Kok sepertinya menyakinkan!
Nah,
saya saja kadang terkecoh dengan berita yang terlihat lengkap. Namun alangkah
baiknya segala macam kabar itu disaring terlebih dahulu. Sementara di mata
anak-anak, begitu ada kiriman info, kabar, dsb langsung dibaca. Diskusi dalam
WAG. Tapi intinya sama saja, membingungkan.
Sebagai
orang tua, mudah saja untuk mengatakan, “Nak, jangan mudah percaya dengan
kiriman berita di WAG!”
Tapi
apakah si anak langsung patuh? Kadang tidak juga. Tergantung juga pemahamannya.
Begitulah berita hoax berperan dalam menghasut pikiran generasi muda.
Saya
cerita hoax di zaman nabi Muhammad SAW yang saya ambil dari majalah LMI edisi
Maret 2017.
Pada
tahun kelima setelah hijrah, terjadi perselisihan antara kaum Muhajirin dan
Anshar terkait pembagian sumur, mengakibatkan nabi marah.
“Apakah
kalian mengucapkan kata-kata jahiliyah, sementara aku berada di tengah-tengah
kalian? Tinggalkanlah karena sesungguhnya itu telah berlalu,” sabda Rasulullah.
Pertikaian
itu kemudian menimbulkan fitnah tatkala seorang munafikun menyebarkan berita
bohong dengan maksud mengadu domba. Beruntung kemudian seorang pemuda bernama
Zaid bin Arqam menemui Rasulullah untuk mengabarkannya. Kemudian Rasul tabayyun
(klarifikasi). Allah mengingatkan Rasulullah melalui surat Al Munafiqun ayat
1-8. (diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Hisyam)
Sungguh,
berita hoax itu dapat menyebabkan rusaknya silaturahim bahkan dapat menyebabkan
pertikaian yang sia-sia. Kita diperintahkan untuk hati-hati dalam menyebarkan
berita dengan melakukan tabayyun dan memastikan kebenarannya. Juga menahan diri
agar tidak menjadi sumber dari hoax.
Tips
mengenal dan mengantisipasi Hoax
Jadi
sejak zaman dulu sudah ada berita bohong alias hoax ini. Dengan perkembangan zaman
kita bisa mendapatkan informasi dari televisi, radio, surat kabar dan majalah. Kini dari belahan bumi manapun bisa terhubung
dengan jaringan internet. Dengan mudah kita mendapatkan kabar dari sosial media
dan pesan instant. Tak perlu menunggu menyalakan siaran berita di televisi. Dalam
hitungan detik apapun yang ingin kita cari mudah saja.
Derasnya
arus informasi membuat semua orang dengan mudah menerima pesan, kabar baik yang
penting maupun tidak (spam dan hoax). Agar tidak terjerat kabar yang
menyesatkan sebaiknya kita mengenalinya.
- Gunakan fitur-fitur keamanan untuk memproteksi spam dan hoax.
- Jangan asal ikut-ikutan. Spam dan hoax biasanya berasal dari orang-orang yang suka membagikan berita.
- Jangan share atau like artikel atau berita hanya dengan membaca judulnya. Karena judul saja bisa menipu. Judul kadang tidak mewakili isi berita.
- Akun resmi kantor berita relatif memberikan informasi yang riil sesuai kejadian. Meskipun kadang ada kesalahan atau keberpihakan atas sebuah berita. Jangan ragu untuk cek dan ricek sumber beritanya.
Di
WAG anak-anak masih sering ada hoax. Cara efektif mengenalinya adalah dengan
tidak ada sumber berita alias copas sana sini. Kemudian di akhir tulisan
biasanya mencantumkan peringatan untuk membagikan ulang agar amalan kita tak
berhenti disini. Atau dengan tujuan lain. intinya sih mirip-mirip disuruh
membagikan ulang.
Kalau
saya sekilas membaca berita seperti ini langsung hapus saja. tidak lupa untuk
mute WAG. Di satu sisi adanya grup untuk mempermudah membagikan info. Namun
seringkali disalahgunakan untuk membagikan kiriman hoax.
Mula-mula
anak saya sering bertanya tentang kiriman berita teman-temannya. Setelah berkali-kali
diskusi anaknya bisa mengerti. Tapi untuk stop hoax dibutuhkan kerjasama yang
tak mudah. Dibutuhkan kesepahaman. Sayangnya hal-hal seperti ini belum bisa
terwujud.
Harapan
saya, orang tua dan guru tetap bisa menjadi penengah, penetralisir dan
pengawas. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak remaja membutuhkan media untuk
mengembangkan diri. Kalaupun tidak membawa handphone untuk berinteraksi dengan
teman-teman, mereka bisa memanfaatkan laptop.
Orang
tua tetap sewaktu-waktu membaca chat anak-anak. Sementara untuk guru, tak ada
salahnya untuk memberi nasihat. Karena kadang ada anak yang lebih patuh kepada
gurunya. Sekiranya ada anak yang melenceng dari aturan di grup, guru bisa
mengambil tindakan.
Kalau
saya tidak bisa dengan serta merta melarang anak-anak. Namun bagaimana benda
bernama handphone itu tidak menjadi sebab yang menyesatkan pikiran. Tidak menjadi
kesayangan mereka karena lebih dekat setiap waktu.
^_^
Belum ada Komentar untuk "Tips Remaja Anti Hoax"
Posting Komentar
Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!