Tips Remaja Anti Hoax

hoax



Memiliki anak-anak yang beranjak ke masa pra remaja dan remaja membuat saya belajar banyak hal. Saya menyebutnya never endeng parenting. Mungkin seperti itulah ketika saya menggambarkan pembelajaran pengasuhan anak. Dari mulai masih dalam kandungan saya belajar bagaimana memperlakukan si janin, kemudian tumbuh dan berkembang, begitu seterusnya.


Tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak bisa menjadi guru terbaik bagi saya. Ketika ramai tentang hoax, saya belajar untuk memilih, memilah, cek dan ricek. Tapi bagaimana jika kabar hoax ini menimpa anak-anak.

Suatu hari saya membuka handphone anak yang isinya banyak kiriman tak jelas. Sementara anak-anak yang masih mudah terpapar info-info ini galau. Apakah berita ini benar? Kok sepertinya menyakinkan!

Nah, saya saja kadang terkecoh dengan berita yang terlihat lengkap. Namun alangkah baiknya segala macam kabar itu disaring terlebih dahulu. Sementara di mata anak-anak, begitu ada kiriman info, kabar, dsb langsung dibaca. Diskusi dalam WAG. Tapi intinya sama saja, membingungkan.

Sebagai orang tua, mudah saja untuk mengatakan, “Nak, jangan mudah percaya dengan kiriman berita di WAG!”

Tapi apakah si anak langsung patuh? Kadang tidak juga. Tergantung juga pemahamannya. Begitulah berita hoax berperan dalam menghasut pikiran generasi muda.

Saya cerita hoax di zaman nabi Muhammad SAW yang saya ambil dari majalah LMI edisi Maret 2017.

Pada tahun kelima setelah hijrah, terjadi perselisihan antara kaum Muhajirin dan Anshar terkait pembagian sumur, mengakibatkan nabi marah.

“Apakah kalian mengucapkan kata-kata jahiliyah, sementara aku berada di tengah-tengah kalian? Tinggalkanlah karena sesungguhnya itu telah berlalu,” sabda Rasulullah.

Pertikaian itu kemudian menimbulkan fitnah tatkala seorang munafikun menyebarkan berita bohong dengan maksud mengadu domba. Beruntung kemudian seorang pemuda bernama Zaid bin Arqam menemui Rasulullah untuk mengabarkannya. Kemudian Rasul tabayyun (klarifikasi). Allah mengingatkan Rasulullah melalui surat Al Munafiqun ayat 1-8. (diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Hisyam)

Sungguh, berita hoax itu dapat menyebabkan rusaknya silaturahim bahkan dapat menyebabkan pertikaian yang sia-sia. Kita diperintahkan untuk hati-hati dalam menyebarkan berita dengan melakukan tabayyun dan memastikan kebenarannya. Juga menahan diri agar tidak menjadi sumber dari hoax.

Tips mengenal dan mengantisipasi Hoax

Jadi sejak zaman dulu sudah ada berita bohong alias hoax ini. Dengan perkembangan zaman kita bisa mendapatkan informasi dari televisi, radio, surat kabar dan majalah.  Kini dari belahan bumi manapun bisa terhubung dengan jaringan internet. Dengan mudah kita mendapatkan kabar dari sosial media dan pesan instant. Tak perlu menunggu menyalakan siaran berita di televisi. Dalam hitungan detik apapun yang ingin kita cari mudah saja.

jenis spam dan hoax


Derasnya arus informasi membuat semua orang dengan mudah menerima pesan, kabar baik yang penting maupun tidak (spam dan hoax). Agar tidak terjerat kabar yang menyesatkan sebaiknya kita mengenalinya. 

  • Gunakan fitur-fitur keamanan untuk memproteksi spam dan hoax.
  • Jangan asal ikut-ikutan. Spam dan hoax biasanya berasal dari orang-orang yang suka membagikan berita.
  • Jangan share atau like artikel atau berita hanya dengan membaca judulnya. Karena judul saja bisa menipu. Judul kadang tidak mewakili isi berita.
  • Akun resmi kantor berita relatif memberikan informasi yang riil sesuai kejadian. Meskipun kadang ada kesalahan atau keberpihakan atas sebuah berita. Jangan ragu untuk cek dan ricek sumber beritanya.

Di WAG anak-anak masih sering ada hoax. Cara efektif mengenalinya adalah dengan tidak ada sumber berita alias copas sana sini. Kemudian di akhir tulisan biasanya mencantumkan peringatan untuk membagikan ulang agar amalan kita tak berhenti disini. Atau dengan tujuan lain. intinya sih mirip-mirip disuruh membagikan ulang.

Kalau saya sekilas membaca berita seperti ini langsung hapus saja. tidak lupa untuk mute WAG. Di satu sisi adanya grup untuk mempermudah membagikan info. Namun seringkali disalahgunakan untuk membagikan kiriman hoax.

Mula-mula anak saya sering bertanya tentang kiriman berita teman-temannya. Setelah berkali-kali diskusi anaknya bisa mengerti. Tapi untuk stop hoax dibutuhkan kerjasama yang tak mudah. Dibutuhkan kesepahaman. Sayangnya hal-hal seperti ini belum bisa terwujud.

Harapan saya, orang tua dan guru tetap bisa menjadi penengah, penetralisir dan pengawas. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak remaja membutuhkan media untuk mengembangkan diri. Kalaupun tidak membawa handphone untuk berinteraksi dengan teman-teman, mereka bisa memanfaatkan laptop.

Orang tua tetap sewaktu-waktu membaca chat anak-anak. Sementara untuk guru, tak ada salahnya untuk memberi nasihat. Karena kadang ada anak yang lebih patuh kepada gurunya. Sekiranya ada anak yang melenceng dari aturan di grup, guru bisa mengambil tindakan.

Kalau saya tidak bisa dengan serta merta melarang anak-anak. Namun bagaimana benda bernama handphone itu tidak menjadi sebab yang menyesatkan pikiran. Tidak menjadi kesayangan mereka karena lebih dekat setiap waktu.

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Tips Remaja Anti Hoax"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel