5 Tanda Anak Bahagia di Sekolah
Selasa, 07 Agustus 2018
4 Komentar
Memasuki
tahun ajaran baru ini rasanya nano-nano. Anak-anak cepat banget mereka gedhe.
Padahal sewaktu masih balita, duh ibu pengennya ya cepet gedhe. Biar lebih
mandiri. Biar tidak terlalu capek fisik mengurus mereka.
Nah,
ketika mereka sudah sekolah dan menghabiskan pagi hingga sore di sekolah, duh
saya kok rindu masa-masa sibuk mengurus balita. Yang belajar jalan, belajar
bicara, belajar lainnya. Betapa repotnya hari-hari hanya untuk mengurus mereka.
Sementara suami ada ketika hari libur saja.
Sekarang
ketika dua anak masih di bangku sekolah, saya perhatikan mereka menikmati waktu
di sekolah. Kalaupun tidak, pasti ada masalah. Bisa jadi karena bertengkar
dengan teman, bosan dengan pelajaran di sekolah, atau sedang sakit saat di
sekolah.
Tapi
secara keseluruhan mereka baik-baik saja di sekolah. Sejak awal kami memilih
sekolah berdasarkan banyak pertimbangan. Lokasi hingga apa saja yang diajarkan
di sekolah. Sehingga anak tidak merasa terbebani meski berat tasnya melebihi
timbangan kue saya. Ya iyalah, timbangan kue cuma berapa kilo itu...
Orang
tua pasti paham dengan aura yang dipancarkan anak-anak ketika kita ingin
mengulik lebih jauh tentang sekolahnya. Kalau kita baru bertanya sebentar,
anaknya mengelak, wah pasti ada sesuatu dong. Atau memang si anak yang malas
saja untuk cerita. Ini sering terjadi.
Anak
saja semuanya laki-laki. Kalau tidak ada yang perlu dilaporkan tentang semua
kejadian di sekolah, artinya meraka baik-baik saja. jadi, ibu yang sering
bertanya ini itu. Berhasil? Kadang iya, kalau mood pas baik.
Dari
gesture anak saja ibu paham, kira-kira anak bakal enjoy tidak di skeolah. Apa saja
tanda-tanda yang bisa kita ketahui?
1. Berprestasi
Berprestasi
bukan semata-mata mendapatkan sertifikat dan piala memenangi sebuah lomba,
namun prestasi disini memiliki makna yang lebih luas. Prestasi anak yang tak
bisa dilihat namun bisa dirasakan seperti menjadi lebih baik dalam berteman,
mau membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran, dsb harusnya lebih
diapresiasi. Contohnya, anak saya suka cerita habis berbagi bekal kepada
teman-temannya.
2. Tuntas dalam pelajaran
di sekolah
Kalau
sampai anak ketinggalan pelajaran, orang tua ikut sedih. Yang mencarikan guru
les, atau justru marathon mengajari anak. Bahkan protes dengan guru. Bagaimanapun
orang tua akan berusaha agar anak tetap bisa mengikuti pelajaran sekolah dengan
baik. Sehingga ketika tiba waktunya ujian, anak sudah siap dengan materi yang
sudah diajarkan.
3. Berangkat dan pulang
sekolah dengan gembira
Pernah
melihat anak yang merengut ketika hendak berangkat ke sekolah? Aduh, ibu jadi
was-was, pikiran buruk segera hadir. Ada apa dengan si anak? Adakah yang
membuatnya cemas? Tugas yang belum selesai? Seragam sekolah yang tidak lengkap?
Atau teman sekolah yang jahil?
Berbeda
jika anak berangkat dalam keadaan gembira. Ibu ikut senang mengantarkan dan
menjemput sekolah. Ada saja cerita menggemaskan selama di sekolah.
4. Puas bermain
Tidak
hanya anak SD yang perlu bermain, anak SMP juga perlu. Contohnya anak saya.
Ketika saya tanya mengapa tidak kunjung pulang, jawabannya adalah masih asyik
bermain bersama teman-temannya. Kadang main bola, atau lainnya. Si anak perlu
menyalurkan energi untuk hal-hal positif.
5. Guru dan teman sekolah
yang menyenangkan
Pernah
tidak mendengar anak yang benci kepada gurunya? Tapi tunggu dulu, apa sih
kesalahan guru kepada anak? Karena banyak tugas, dimarahi bahkan dihukum. Yang perlu
dibenahi adalah mindset anak yang terlalu berharap sekolah tanpa perjuangan. Sudah
di rumah saja, berleha-leha...
Sementara
ketika saya melihat hubungan guru dan murid yang akrab, anak-anak jadi senang. Pengen
ngobrol maupun mengungkapkan perasaannya tidak canggung lagi. Kalau saya lihat
anak-anak sekarang lebih berani dan terbuka dengan guru-gurunya. Di sekolah-sekolah
swasta hubungan guru dan murid menjadi perhatian wali wurid.
Kemudian
teman, ya ada saja yang jahil, yang sensitif, yang suka seenaknya. Macam-macamlah,
tapi sewajarnya saja. kalau lebih suka bermain dengan A, B atau C ya silakan,
tapi tidak perlu menggaggu lainnya.
Saya
sering juga mendapat laporan anak bungsu, “Aku nggak mau main sama si X
karena....”
Saya
sih santai. Karena anak harus memiliki keberanian, dan solidaritas dalam
berteman. Kalau tidak suka, ya cari teman lainnya. Anak-anak itu akan memilih
teman karena dia merasa nyaman dan saling support. Selebihnya karena
ramai-ramai.
Ada
yang mau menambahkan? Feel free to drop your comment!
^_^
Wah, klo gak ber prestasi kurang bahagia dong ya bunda. hehe
BalasHapusPrestasi dalam arti luas ya. Bukan soal piala, sih. Kalau si anak berbuat baik, insyaAllah banyak yang suka. Tapi sebaliknya, kalau anak suka jahil, mengganggu teman, suka malak, kemungkinan ya temannya sedikit bahkan nggak mau berteman.
HapusContohnya ketika anak berbagi bekal atau peralatan sekolah dengan temannya. Bagi saya ini prestasi. Anaknya seneng juga.
TK B ini Rayyaan pindah ke sekolah baru yang lebih dekat dengan rumah kami, insyaa Allah sih sudah betah. Tandanya adalah kalau dijemput nggak mau langsung pulang hi hi
BalasHapusHihi...kayak anakku mba. Betah di sekolah, nggak mau pulang.
Hapus