Ada Wisata Rumah Pohon di Jatirogo
Jumat, 31 Agustus 2018
9 Komentar
Sebagai orang asli Tuban, jujur saya malu mengakui bahwa saya kurang mengenal pelosok kabupaten Tuban. Mau mbulusuk-mbulusuk gitu juga butuh waktu dan modal minimal uang bensin. Butuh partner sejati yaitu suami.
Kalaupun sekarang ini saya suka jalan-jalan tak ada korelasinya dengan status saya sebagai ibu rumah tangga. Eh, tapi ibu butuh piknik itu benar. Ibu butuh sejenak menikmati udara luar rumah, agak jauh. Jelas untuk membangkitkan semangat dalam menjalani rutinitas.
Disaat traveling seperti ini saya memilih memiliki dua opsi, membawa bekal, kadang tidak. Kali ini tidak perlu. Tujuan traveling saya masih di Tuban. Lokasinya dekat, kurang lebih sekitar 1 jam dari kota Tuban. Jadi tak perlulah harus piknik keluar kota. Coba saja mencari tempat-tempat adem di area kabupaten Tuban. Saya percaya masih ada potensi wisata yang bisa dikelola dengan baik.
Pilihan traveling kali ini adalah mengunjungi Rumah Pohon di KPH Kebonharjo, Jatirogo. Tempat ini disebut Discovery of Forest. Perjalanan menuju Rumah Pohon bisa dilakukan melalui jalur pantura dan Montong.
Jalur pantura yaitu dari kota Tuban lewat jalan Pantura hingga pertigaan Bancar. Kemudian belok ke selatan hingga Jatirogo.
Jalur Montong yaitu dari kota Tuban lewat jl. Letda Sucipto, kemudian Pasar Merakurak ambil jurusan Montong, Singgahan, Bangilan dan berakhir di Jatirogo.
Semua jalan tersebut mudah. Lebih tepatnya karena tidak banyak persimpangan jalan. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam tanpa hambatan yang berarti. Kalaupun ada halangan karena jalan yang rusak atau melewati pasar yang sedang ramai. Selebihnya lancar jaya.
Tiba di lokasi, saya harus menyiapkan tiket masuk sebesar Rp 2.000 per orang. Anak kecil membayar sama. Mobil kembali melaju perlahan setelah meninggalkan gapura. Tidak ada tempat parkir khusus disini. Selama masih ada lahan selama itu pula bisa dipakai pengunjung sebagai tempat parkir. Tapi kalau mobil ya di sepanjang jalan ini saja. Berbeda dengan motor, bisa lebih lincah mencari tempat parkir. Misalnya di depan gazebo, taman, dsb.
Jangan kaget dengan jalannya ya. Kalau yang di depan KPH sudah beraspal mulus, sedangkan di dalam KPH ini masih ala kadarnya. Kerikil dan jalan yang bergelombang menjadi sesuatu yang biasa.
Waktu itu ada sebuah komunitas motor sedang mengadakan pertemuan. Anggotanya bisa dari mana saja, termasuk dari luar kota. Agendanya semacam kopdar dengan hiburan di panggung. Pengunjung memang tak ramai. Justru pengunjungnya sebagian besar adalah anggota komunitas motor.
Memasuki area KPH Kebonharjo ini saya ingat seperti sedang berada di dalam hutan. Tapi bukan hutan pohon jati seperti yang saya bayangkan. Pohon-pohon besar dengan ranting bercabang-cabang yang saling bertautan. Sejenak menengadahkan pandangan ke langit yang tertutup cabang-cabang pohon. Ada banyak tanaman parasit yang menempel di ranting-ranting itu.
Pohon-pohon besar membuat suasana siang menjadi lebih segar. Sayangnya udara segar itu telah bercampur dengan kepulan asap rokok pengunjung. Saya memilih tempat lain.
Anggota komunitas motor yang banyak itu tergabung dalam kelompok-kelompok. Beberapa orang duduk di gazebo-gazebo sambil ngobrol santai. Ada yang memilih di warung, di bangku dan tenda.
Saya mungkin berada di waktu yang salah. Ingin mencari gazebo yang kosong ternyata sudah penuh. Duduk di bangku juga demikian. Pilihan lainnya adalah dengan berkeliling lokasi. Siapa tahu ada tempat duduk kosong tanpa harus membayar tiket masuk lagi. Iya kan?
Yang menarik disini adalah rumah pohon. Rumah dengan bahan utama kayu ini memanfaatkan pohon besar. Beberapa ranting dipotong sehingga nampak ranting-ranting besar saja dengan daun yang tak rimbun. Rumah buatan ini menempel pada pohon dengan kokoh. Di lantai bawah berupa lantai dengan pagar kayunya. Sementara di lantai teratas dibuat rumah lengkap dengan atapnya. Untuk mencapai setiap tingkat dengan anak tangga.
Rumah pohon ini yang paling dicari untuk foto-foto selfie. Saya pikir setiap pengunjung bisa masuk dengan gratis. Faktanya tidak. Kita mesti mengeluarkan uang Rp 7 ribu dan 10 ribu untuk menikmati rumah pohon. Di dalamnya ada hiasan-hiasan yang menunjang spot selfie.
Saya mengurungkan niat untuk naik ke rumah pohon. Saya pikir, mengapa tidak menaikkan saja harga tiket masuk sehingga pengunjung bisa dengan mudah menikmati rumah pohon. Daripada sudah masuk, eh masih harus membayar lagi. Tapi begitulah peraturannya.
Musik berdetak keras dari salah satu rumah pohon. Saya melipir saja ke rumah kayu di sebelahnya. Ada bangku kayu buat duduk santai. Sementara rumah kayu ditutup rapat. Ini bukan rumah pohon, melainkan rumah biasa yang terbuat dari kayu.
Suasana disini masih natural. Kalau boleh dikatakan masih apa adanya. Dibandingkan luas area, masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Seperti ban-ban warna-warni di dekat gazebo Mehwood. Kurang tahu fungsinya apa disini. Saya pikir ada wahana atau apalah. Ternyata hanya ban-ban yang disusun dekat gazebo.
Kalau dipikir-pikir gazebo maupun bangku belum banyak. Karena lokasi juga luas, mungkin harus ditambah lagi. Di beberapa area masih ada tanaman liar. Jika dibuat sebagai wisata perlulah untuk dibenahi. Sehingga pengunjung menjadi nyaman dan senang.
Tiket rumah pohon:
Tiga lantai Rp 10.000 per orang
Dua lantai Rp 7.000 per orang
Happy traveling!
^_^
Waktu kecil rumah pohon buat tempat main. Skrg malah jadi jualan tempat wisata yah.
BalasHapusLagi musim begini ya.
HapusKalo pas sore nih mba kayaknya seru banget ke sana. Harga tiket rumah pohonnya beda ya, kalau sampai atas lebih mahal, haha... Kayaknya seru juga lihat2 suasana bawah dari lantai 3.
BalasHapusPagi dan sore, adem mbak.
HapusMbak Nurrochma, rumah pohonnya memang cuma satu biji itu? Kirain rumah pohonnya ada banyak :))
BalasHapusAda dua mbak. Modelnya gitu-gitu.
HapusKalau ke jatirogo mampir ke sini ah. Makasih sharingnya mbk
BalasHapusSama-sama.
HapusSekarang mah yg penting kreatif apalagi semesta sudah menyediakan pepohonan yang amazing bgt😉
BalasHapus