Reuni Keluarga, Silaturahim Antar Keluarga Jadi Makin Praktis


rumah

Kalau dulu saya hanya mengenal reuni sekolah dan kampus, sekarang ini berbagai macam komunitas hingga keluarga besar mengadakan reuni saat lebaran. Tujuannya untuk mengumpulkan anggotanya yang terserak. Mumpung banyak yang mudik/lebaran di kampung halaman, sekalian saja diadakan reuni, sekalian halal bi halal.

Tidak ada salahnya mengadakan dan menghadiri reuni keluarga. Karena tujuannya untuk berkumpul, bertukar pikiran, kabar dan mungkin saja sekalian menjajaki bisnis. Segala macam obrolan bisa terjadi disini.

Reuni keluarga, cara praktis untuk bertemu dengan banyak keluarga

Beberapa tahun terakhir ini keluarga besar saya dari bapak mengadakan reuni keluarga. Setiap tahun berganti-ganti tempat. Tidak ada patokan secara pasti untuk menentukan tempat reuni. Bisa saja dari keluarga tertua kemudian diminta keluarga lainnya. Asal semua legowo, maka reuni bisa diselenggarakan di tempat salah satu keluarga.

Jika ditotal seluruh anggota reuni mulai dari orang tua sampai cucu itu bisa mencapai seratusan lebih orang. Namun jumlah sebanyak itu tidak semuanya bisa hadir. Ada kalanya karena tinggal jauh dari kampung halangan dan berhalangan untuk mudik.

Dalam keluarga besar saya, banyak yang tinggal di kampung halaman daripada yang merantau. Yang merantau masih satu propinsi biasanya selalu pulang kampung tiap tahun atau setiap ada kesempatan. Masih ada orang tua yang menunggu kedatangannya. Masih ada saudara yang ingin melepas rindu.

Sebelum ada reuni keluarga dengan menyebut Bani XXX, keluarga saya mengunjungi rumah kerabat satu per satu. Terutama yang masih satu kota, satu kecamatan. Tapi kalau beda kecamatan, jauh dan tidak terlalu dekat hubungan kekeluargaan, biasanya jarang. Hanya kalau ada acara tertentu saja.

Dengan mengunjungi kerabat dari rumah ke rumah, saya bisa memperkenalkan anak-anak saya dengan keluarga tuan rumah, “Ini loh rumahnya budhe AAA. Ini loh anak-anaknya...”

Saya bisa melihat situasi di rumahnya. Tahu kesehariannya dan bermain bersama anak-anaknya. Atau bahkan ngobrol tidak penting agar akrab. Saya rasa suasana seperti ini lebih nyaman karena saya bisa lebih dekat dengan keluarga budhe, misalnya.

Sejak adanya reuni keluarga Bani XXX, saya tak lagi merasa harus berkunjung dari rumah ke rumah yang tentu saja sangat membutuhkan waktu. Katakanlah tiap satu rumah saya singgah selama minimal 30 menit dan maksimal 1 jam. Saya tak perlu repot berjalan menyusuri gang menuju rumah kerabat.

Semua bisa berkumpul dalam acara reuni keluarga Bani XXX di satu tempat. Di situ saya bisa bertemu dengan banyak orang, bertanya kabar, bermaaf-maafan, sungkem, doa bersama dsb. Satu tempat yang bisa memotong banyak waktu dan tenaga dengan sangat efektif. Tentunya semakin mudah mengenal keluarga besar, meski sekedar tahu. Ya, kan masak punya keluarga besar tidak saling "kenal". Kalau ketemu di jalan dan diam-diaman gitu kan tidak asyik! Minimal senyum manis, say hello atau apa gitu biar tidak dikira sombong atau lupa diri....

Satu lagi, saya tak perlu menyediakan banyak kue untuk menjamu semua tamu. Dalam reuni keluarga ini memang tidak ada pungutan biaya apapun. Namun sejak tahun lalu, ada infak yang katanya untuk kepentingan keluarga besar Bani XXX.

Hanya saja, ketika tiba giliran keluarga saya alias ketempatan, maka sumber dana itu dari saya juga. Keluarga saya itu termasuk bapak, saya dan adik. Untuk acara seperti ini saya saya urunan bersama bapak dan adik. Ini cukup menggembirakan karena tidak semua menjadi beban saya.

Untuk acara reuni kecil-kecilan, minimal saya pesan terop, kursi, banner, sound, dan catering. Plus isi amplop untuk penceramah. Tapi kalau mau lebih lengkap lagi bisa sewa jasa foto. Saya tidak mempersoalkan foto karena semua orang dewasa dan anak-anak sudah pegang handphone. Semua bisa foto-foto sendiri.

Reuni Keluarga Praktis Tapi....

jabat tangan


Di satu sisi memang praktis karena kita tak perlu sibuk mengunjungi rumah-rumah kerabat. Kita bisa mendengar kabar baru tentang keluarga Z yang sudah memiliki cucu. Atau keluarga Y yang anaknya berprestasi dan sudah kuliah di luar kota.

Tapi...segala kemudahan itu kemudian menjadikan saya bosan. Reuni seolah menjadi rutinitas tiap tahun. Asal ketemu saja. Asal bisa foto keluarga secara lengkap. Asal bisa kirim doa. Asal....

Semua serba praktis. Tidak ada obrolan santai ditemani secangkir teh dan kue kering buatan nyonya rumah. Tidak ada gurauan yang menghangatkan suasana. Karena kami harus mendengarkan suara MC, pengisi acara, dsb. Masak mau ngobrol terus saat acara. Ngobrol masih, tapi tidak seakrab kalau saya berkunjung ke rumah masing-masing.

Reuni di keluarga saya dengan urutan acara yang formal membuat acara ini tampak monoton. Dari tahun ke tahun begitu-begitu saja. Dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an, sepatah kata dari tuan rumah, doa bersama, ceramah, foto-foto, makan, sungkem kepada sesepuh. Tahun lalu ada tebak-tebakan dan pembagian doorprize kepada semua anak yang hadir.

Acara semacam itu menjadi sedikit membosankan. Dalam undangan tertulis pukul 08.00. Namun seperti biasa, masyarakat kita sudah sangat sibuk dengan berbagi aktivitas yang tak bisa dicancel hingga datang terlambat. Acara minimal mundur 1-1,5 jam. Acara baru selesai setelah dhuhur. Tapi mau apa sih saya. Kok tampak mau protes dengan kebijaksanaan sesepuh keluarga.

Saya kurang tahu di keluarga lain apakah ada reuni keluarga saat lebaran seperti ini, atau tidak. Kemungkinan acara kumpul bareng keluarga besar memang ada. sering ada yang posting di media sosial acara kumpul keluarga lengkap dengan kekek nenek hingga cucu-cucu.

Namun reuni atau halal bi halal atau silaturahim tidak memiliki aturan baku. Entah asal kumpul atau asal bertemu. Entah asal bisa makan bareng atau wajib memiliki susunan acara seperti keluarga saya.

Dua tahun lalu, reuni keluarga di rumah saya. Entah tahun berapa saya kebagian tempat lagi. Yang pasti untuk mengumpulkan banyak orang (keluarga) tidak mudah. Juga untuk menyelenggarakan acara reuni dibutuhkan dana dan perjuangan. Terutama masalah catering dan snack karena banyak yang tutup. Namun semua pasti ingin silaturahim tetap terjaga dengan baik dengan reuni ataupun tidak.

Jadi, lebaran ini teman-teman ikut reuni keluarga alias halal bi halal? Cerita dong di kolom komentar. Terima kasih.

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

2 Komentar untuk "Reuni Keluarga, Silaturahim Antar Keluarga Jadi Makin Praktis"

  1. Wah .. Sama dong dengan keluarga besar saya di kampung. Sudah 3 tahunnya sekarang mengadakan kegiatan halal bihalal. Alhamdulilah, silaturahmi jadi lebih mudah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cukup di satu tempat bisa silaturahim dengan keluarga besar.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel