Ini Loh Koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta
Jumat, 06 Desember 2019
1 Komentar
Jalan-jalan
ke kota tua ternyata menyenangkan. Selain karena bangunan-bangunan disini kuno,
juga karena saya bisa menjelajahi jejak-jejak masa lalu. Yup, dengan
mengunjungi museum-museum saya jadi mengerti sejarah, seni dan budaya. Menarik
bukan?
Gedung
ini dibagun oleh W.H.F.H van Raders dengan gaya arsitektur neoklasik. Dahulu merupakan
kantor Dewan Kehakiman Belanda, yang diresemikan pada tanggal 12 Januari 1870.
Pada tahun 1844, gedung ini digunakan oleh tentara KNIL dan selanjutnya dipakai
sebagai asrama TNI.
Pada
tanggal 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu
dijadikan cagar budaya Indonesia. Tahun 1967-1973, gedung tersebut digunakan
untuk Kantor Walikota Jakarta barat. Selanjutnya pada tahun 1976 diresmikan
oleh Presiden Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada
tahun 1990 bangunan ini digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan keramik yang
dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. Museum ini
menyajikan koleksi dari hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu
1800 hingga sekarang.
Koleksi museum seni rupa dan keramik bisa dilihat dari teras gedung. Ada patung-patung yang menjadi daya tarik pengunjung. Semua koleksi meliputi lukisan, keramik dan patung. Masing-masing karya seni dikelompokkan dalam satu ruang. Seperti lukisan ada dalam beberapa ruang dan ditata berdasarkan tahun/masa pembuatannya.
Koleksi museum seni rupa dan keramik bisa dilihat dari teras gedung. Ada patung-patung yang menjadi daya tarik pengunjung. Semua koleksi meliputi lukisan, keramik dan patung. Masing-masing karya seni dikelompokkan dalam satu ruang. Seperti lukisan ada dalam beberapa ruang dan ditata berdasarkan tahun/masa pembuatannya.
Sedangkan
koleksi keramik menampilkan keramik dari beberapa daerah Indonesia dan seni
kreatif kontemporer. Selain itu ada juga koleksi keramik dari mancanegara seperti keramik dari Tiongkok, Thailand,
Vietnam, Jepang, Eropa dari abad ke-16 sampai awal abad ke-20. Koleksi patung
berasal dari penjuru Indonesia.
Yang
perlu diperhatikan ketika berkunjung ke museum ini:
Hati-hati
ketika memotret
Sebelum
memotret saya izin dulu kapada petugas museum. Karena ada peringatan dilarang
memotret. Padahal sayang juga ketika kesini tidak mengabadikan isi museum.
Lagipula memotret bagi saya penting karena saya bisa mengabarkan kepada dunia,
disini ada museum seni rupa yang memiliki koleksi lukisan dari maestro seni
rupa.
Setelah
saya menjelaskan maksud dan tujuan memotret akhirnya saya diperbolehkan.
Syaratnya tidak boleh memotret dari jarak dekat.Apalagi sampai terlihat detailnya karya seni tersebut.
Koleksi
museum cukup dilihat saja jangan dipegang
Ini
sangat penting karena benda-benda koleksi itu ada yang usianya puluhan hingga
ratusan tahun. Contohnya ketika saya masuk ke ruangan seni rupa. Ada lukisan
dari Afandi. Penasaran dengan detailnya? Iya, dong. Tapi cukup dilihat saja. Tidak perlu dipegang-pegang karena dikhawatirkan bisa merusak cat di lukisan.
Saya
cukup senang ketika masuk ke ruangan seni rupa. Di setiap ruangan ada relawan
yang bertugas sebagai pemandu. Dalam waktu yang singkat itu, mbak relawan
bercerita tentang beberapa karya lukis yang dipajang. Ada ribuan, tapi saya lupa jumlah pastinya. Saya agak buru-buru ketika mampir di museum ini karena di tunggu bulik
dan keponakan di luar.
Ruangan pertama yang saya kunjungi seperti di foto diatas. Beberapa keramik ditaruh dalam etalase. Di ruang pertama ini ada tangga menuju lantai atas. Sayangnya sedang direnovasi, ditutup dengan pembatas. Pengunjung diarahkan untuk menuju ruang seni lukis. Bangunan museum ini terdiri dari banyak ruang. Saya seperti sedang keluar masuk bangunan tua dengan pintu dan jendela yang panjang sambil mengamati deretan lukisan yang dipajang di dinding.
Lukisan yang dipamerkan (milik) museum banyak. Hanya saja tidak semua dipajang karena sebagian dipakai untuk pameran di luar negeri. Untuk kurun waktu tertentu ada perputaran karya lukis.
Lukisan yang dipamerkan (milik) museum banyak. Hanya saja tidak semua dipajang karena sebagian dipakai untuk pameran di luar negeri. Untuk kurun waktu tertentu ada perputaran karya lukis.
Yang
menarik, pengunjung bisa melihat lukisan-lukisan sesuai dengan masanya.
Misalnya zaman Orde Baru, lukisannya seperti ini. Lukisan lebih banyak
bercerita hal-hal yang menyenangkan daripada zaman kemerdekaan, perang dan
perlawanan. Tidak bisa dipungkiri bahwa suatu karya memang memiliki latar
belakang masa itu.
Karena
saya tidak begitu paham tentang seni lukis, saya lebih banyak menikmati saja.
Seperti ketika si mbak relawan itu bertanya kepada saya, “Tahu nggak, ini gambar
siapa?”
Sontak
saja, saya bingung. Saya jarang sekali melihat pameran seni lukis, dan tidak
memiliki pengetahuan tentang itu. Saya terdiam.
Si
mbak relawan yang menunjung sebuah karya lukis akhirnya menjawab pertanyaannya
sendiri. “Ini adalah potret wajah Afandi. Dari sini, ibu lihat, ini bagian
wajah, lalu cerutunya.” Sambil menunjukkan alur-alur yang membuat guratan wajah
Afandi, saya baru paham.
Iya
kalau lukisan itu benar-benar terlihat seperti rupa manusia, atau banda-benda
yang mudah dikenali dan ditafsirkan. Kalau cuma sketsa atau coretan-coretan
abstrak, bagaimana? Saya berulang kali, melihat lukisan, mencari benang merah
antara satu goresan dengan goresan lainnya. Tapi sayang, saya bahkan tidak bisa
menerka-nerka. Tapi ketika telunjuk si mbak bergerak menyusuri alur-alur cat minyak hingga
membentuk sebuah gambar wajah manusia, disitulah imajinasi saya terhubung.
Potret diri Afandi!
Setiap
lukisan memiliki daya tarik sendiri. Kalau hanya melihat sekilas, mungkin
kurang paham. Percayalah, di ruang seni rupa ini saya ingin berlama-lama
memandang lukisan sambil membayangkan latar belakang lahirnya sebuah lukisan.
Ada “monalisa” versi Indonesia. Ada juga foto yang sedikit “horor” menurut
saya. Awalnya saya meminta si mbak relawan memotret saya dan lukisan. Kemudian
si mbak bercerita bahwa kalau kita mau memperhatikan dengan seksama, mata orang dalam
lukisan itu seolah mengikuti kita. Jika kita berada di samping kanan, mata
orang dalam lukisan itu seolah melirik kita ke kanan. Begitu juga sebaliknya.
Keren!
Iya, pantas saja kalau lukisan bisa berharga sangat mahal. Karena seni itu
memiliki ciri khas dan imajinasi yang berbeda-beda. Bahkan untuk penikmat seni,
boleh kok menafsirkan secra bebas.
Sebagian
besar lukisan dibiarkan dipajang dalam pigura tanpa kaca. Yang di pigura dengan
kaca itu seingat saya ada beberapa kaligrafi. Jadi lukisan disini dengan
bermacam-macam media.
Perawatan
lukisan dilakukan oleh pihak museum bekerjasama dengan kurator untuk
memperbaiki kerusakan lukisan, misalnya yang mengelupas. Untuk pengunjung,
cukup dengan tidak menyentuh lukisan. Itu sudah termasuk ikut melestarikan
barang-barang kuno, loh.
Setelah
keluar dari ruang seni rupa, pengunjung bisa melanjutkan ke ruang keramik yang
berada di lorong museum. Keramik-keramik yang dipamerkan usianya sudah ratusan
tahun. Keramik ditempatkan dalam etalase kaca dan tertutup rapat. Saya rasa ini demi menjaga
keamanan dan keawetan keramik. Pengunjung hanya bisa melihat tapi
tak bisa menyentuh.
Selanjutnya
adalah ruang pamer patung. Ada banyak koleksi patung yang menarik disini.
Pengunjung tetap boleh memotret asal tidak dari jarak dekat, dan detail.
Selesai
keliling museum, kita bisa istirahat sejenak di bangku-bangku yang disediakan.
Suasana taman dengan pohon besar dan rindang membuat kontras dengan di luar
sana. Disediakan tempat sampah sesuai dengan jenis sampah. Jadi tidak ada
alasan untuk membuang sampah sembarangan, ya.
Nah,
buat teman-teman yang tertarik untuk melihat karya seni, silakan mampir di
Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta.
Fasilitas:
Ruang
serbaguna, workshop keramik, workshop menulis, musholla, toilet, kios makanan.
Alamat:
Jl.
Pos Kota nomor 2 Jakarta Barat
Happy traveling!
^_^
^_^
Wow keren-keren sekali lukisannya, memang kadang yang seni rupa yang abstrak lebih menarik dibandingkan yang jelas detilnya, secara dekat kdg kurang bagus, tp dri sudut pandang yang lihat menjadikan obyek lukisan itu terlihat jelas isinya yang akan disampaikan.
BalasHapus