Warisan Bapak

jasa jahit


Assalamualaikum,

Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Saya seperti sedang membuka lembaran baru sejak bapak meninggal bulan lalu. New chapter of life


Bapak tidak memberikan pesan apapun kepada anak-anaknya. Justru itulah saya yang mesti meraba-raba, langkah yang harus saya lakukan. Terutama tentang kelangsungan hidup usaha bapak yang sudah berpuluh-puluh tahun digeluti. Usaha bapak bergerak di bidang jasa jahit/konveksi. Ada beberapa karyawan yang sudah lama bekerja disini. Rasanya tak rela kalau harus berpisah karena kepergian bapak.

Setelah saya menimbang banyak hal, saya memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan para karyawan. Sebagai anak sulung, saya merasa terpanggil untuk mewadahi uneg-uneg dan usul semua karyawan. Maka, di hari ke tujuh setelah bapak meninggal, semuanya setuju untuk melanjutkan bisnis kecil ini. Mereka menolak saya beri pesangon dan berhenti bekerja. Saya terharu  dengan keputusan mereka. Bismillah, saya mencoba melangkah bersama mereka.

It’s not easy. Kehilangan figure seorang pemimpin, pendiri dan guru bagii para tukang jahit adalah hal yang menakutkan. Ilmu dari bapak secara mendadak terputus. Saya tidak memiliki pengalaman di bidang jahit menjahit. Saya tidak memiliki passion disini. Tapi karena ini adalah tanggung jawab saya terhadap mereka, maka saya harus tetap mewujudkannya. Saya menerima usulan para karyawan, karena semuanya demi kebaikan mereka juga. 

Ada rumor yang meragukan keberlangsungan usaha bapak. Tapi saya dan para karyawan berusaha untuk berpikir positif. Langkah pertama yang kami lakukan adalah saling menyakinkan dan kerjasama secara tim. Tidak akan ada keberhasilan tanpa adanya kerjasama semua bagian. Setiap karyawan memiliki bagian pekerjaannya sendiri-sendiri. Ada tukang ukur – ini tugasnya mengukur badan untuk dibuat baju yang nyaman sesuai keinginan pelanggan. Tukang potong – tugasnya memotong kain sesuai pola dan ukuran pelanggan. Tukang jahit, ada bermacam-macam, mulai jahit kemeja, celana, hingga jas. dan tugas lainnya.

Jadi, karena semua karyawan memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, saya menerima usulan mereka untuk melanjutkan usaha bapak. Saya tahu ini tidak akan sama persis seperti pada masa masih ada bapak. Setidaknya saya sedang berusaha melanjutkan mimpi karyawan.

Kalau dulu, banyak kerabat, teman hingga pelanggan yang bertanya “siapa yang akan melanjutkan usaha bapak”, saya tidak pernah memiliki jawaban pasti. Saya berusaha menghindar dengan memberikan senyum semanis madu. Saya tidak memiliki bayangan apapun seperti ini.


Minggu pertama kita buka

Pelanggan-pelanggan kaget ketika menanyakan keberadaan bapak. Ya, namanya orang meninggal siapa yang tahu. Kagetlah mereka. Tidak ada kabar bapak sakit lalu mereka mendengar berita duka. Tapi kami berusaha profesional. Tetap menerima pelanggan, memberikan pelayanan seperti biasa. Alhamdulillah respon mereka cukup bagus. Karena selama ini para karyawan  sudah menunjukkan kerja keras mereka.

Saya ingin usaha ini berjalan seperti ketika masih ada bapak. Meski ada satu dan lain hal yang tidak bisa sama persis sehingga saya tidak menerima pesanan jenis tertentu. Langkah ini saya ambil dengan pertimbangan karyawan yang ada. Tidak mungkin saya menerima pesanan baju sementara orang yang mengerjakannya tidak maksimal. 

Beberapa perubahan saya lakukan. Tapi untuk bagian fisik, jelas saya masih tertatih. Sambil mengumpulkan dana, saya berupaya untuk memperbaiki bagian fisik. Karena memang tidak ada warisan uang yang memadai untuk memutar biaya operasional. 


Target usaha jahit baju

Saya menyadari bahwa untuk melanjutkan usaha ini tidak mudah. Saya tidak memasang target muluk. Target saya di bulan-bulan awal ini cukup dengan agar uang bisa berputar dengan jelas dan tidak merugi. Karena untuk membuat satu buah baju atau celana, otomatis saya mesti mengeluarkan modal dulu. Apalagi kalau ada pesanan seragam kantor dan jas. Ya, walaupun ada DP, tetap saja saya harus mengeluarkan modal. 

Banyak harapan saya untuk keberlangsungan usaha jahit ini. Tapi saya sadar, untuk melangkah lebih jauh, saya harus menyiapkan banyak hal, mulai dari modal dan tenaga kerja. Kalau ngomong masalah tenaga kerja, saya jadi sedih. Banyak karyawan bapak yang kena seleksi alam. Menjadi seorang penjahit itu susah, gaji kecil. Belum lagi kalau ada drama salah ukuran, dikomplain pelanggan, bongkar sana sini, tidak bisa menepati janji. Ada yang tidak sabar hingga memilih pekerjaan lain. Tapi kalau saya lihat karyawan-karyawan bapak bisa berkeluarga dan hidup dengan layak dan sejahtera itu sesuatu yang saya syukuri. Saya ikut senang.

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

1 Komentar untuk "Warisan Bapak"

  1. Sedih kak dengernya... semoga Amal ibadah beliau diterima... dan tenang di syurgaNya..aamiin

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel