Sahur...Sahur!
Selasa, 06 Juni 2017
20 Komentar
Memiliki
tiga anak dengan karakter berbeda itu seru. Ada saja pengalaman menarik dalam
menjalani bulan Ramadhan bersama mereka.
Ada
yang mengatakan ibu itu kalau sahur bangunnya duluan, tapi makan sahurnya
paling akhir. Ya, para ibu berjuang demi keluarganya, demi keberhasilan sahur. Demi kebaikan bersama.
Saya
merasa membangunkan anak-anak untuk makan sahur itu butuh perjuangan dan waktu
yang lama. Ada anak yang dipanggil sekali saja sudah mau bangun. Ada lagi yang sampai
setengah jam lebih membangunkan tidak kunjung bangun. Bahkan saya dikatakan
tidak mau membangunkan sahur. Lha, saya sejak tadi masak bolak balik ke kamar dan
dapur, tapi tidak dianggap membangunkan.
Si
anak selama masih berada di alam bawah sadar, tidak menganggap kehadiran saya. Suara
saya yang sudah naik berapa oktaf tidak digubris. Bahkan dianggap mengganggu
tidurnya. Akhirnya kaki dan tangannya bergerak menghalau saya. Sementara kedua
matanya masih terpejam.
Pernah
karena jengkel, saya rekam saja. Tapi kemudian si anak marah. Ya sudah saya
hapus saja. Setidaknya dia tahu kalau saya sudah berusaha membangunkannya
baik-baik.
Alhamdulillah
sekarang saya terbebas dari tragedi seperti itu. Kalaupun marah tidak sampai
tantrum yang ehem... bikin emosi jiwa. Memang masih butuh waktu untuk duduk dan
makan. Tapi tidak separah dulu.
Gara-gara
membangunkan anak untuk sahur ini saya jadi sulit makan sahur. Rasanya sih
tidak tenang kalau si anak belum bangun. Mau makan juga ditunda bahkan
mendekati imsak.
Andaikan semua anak saya gampang dibangunkan, mungkin saya tidak perlu berlatih sabar. Semua rencana untuk makan sahur pasti mudah saja. Faktanya saya mesti melatih kesabaran. Saya sering mengeluhkan keadaan seperti ini. Tapi kemudian ketika saya bertanya kepada anaknya, "Kenapa sih adek bangunnya susah banget?"
Jawabannya justru membuat saya takjub, "Aku nggak tahu. Pokoknya ibu harus bangunkan."
Kadang saya merasa sudah kehabisan cara. Berulang-ulang seperti ini membuat saya stress juga. Mau mengeluh kepada suami juga tidak membantu. Kecuali kalau suami ada di rumah, pasti ikut mengurus anak-anak. Saya harus bertahan dan yakin. Semua pasti ada jalan keluarnya. Mungkin karena ada anak yang sulit bangun saya mesti bisa mengatur waktu.
Ketika membangunkan anak, saya tunggu sampai anaknya benar-benar bangun dan duduk. Lalu saya tinggal mengurus makan sahur. Tapi beberapa saat kemudian, si anak tertidur lagi. Yang seperti ini, bisa berkali-kali. Bagun tidur lagi, bangun lagi hingga saya benar-benar ada disampingnya dan mengajaknya makan bersama.
Jawabannya justru membuat saya takjub, "Aku nggak tahu. Pokoknya ibu harus bangunkan."
Kadang saya merasa sudah kehabisan cara. Berulang-ulang seperti ini membuat saya stress juga. Mau mengeluh kepada suami juga tidak membantu. Kecuali kalau suami ada di rumah, pasti ikut mengurus anak-anak. Saya harus bertahan dan yakin. Semua pasti ada jalan keluarnya. Mungkin karena ada anak yang sulit bangun saya mesti bisa mengatur waktu.
Ketika membangunkan anak, saya tunggu sampai anaknya benar-benar bangun dan duduk. Lalu saya tinggal mengurus makan sahur. Tapi beberapa saat kemudian, si anak tertidur lagi. Yang seperti ini, bisa berkali-kali. Bagun tidur lagi, bangun lagi hingga saya benar-benar ada disampingnya dan mengajaknya makan bersama.
Kadang
saya merasa seperti menyia-nyiakan waktu. Kalau dihitung saya butuh waktu lama buat
bolak-balik membangunkan anak-anak. Sebenarnya tidak selamanya anak akan
seperti itu. Setelah menjalani puasa dari tahun ke tahun saya mulai sadar,
bahwa anak butuh proses untuk membiasakan ritme tidur saat bulan puasa. Ada yang
cepat dan lama, tergantung pemahamannya.
Karena
anak-anak lebih banyak bersama saya, jadi saya membuat menu yang praktis untuk
sahur. Kalau bisa yang cukup dihangatkan saja. Atau menu dengan lauk yang
digoreng. Yang seperti ini tidak butuh waktu lama untuk menyiapkan.
Namun
kalau suami ada di rumah, saya merasa sangat terbantu. Ada semacam pembagian
tugas. Saya bisa memasak lebih variatif dengan waktu sama. Sementara urusan
anak-anak dipegang ayahnya. Hore!
Selama
ini saya tidak memiliki tips khusus untuk membangunkan anak untuk sahur. Yang penting,
ketika anak-anak sudah mulai bisa dikenalkan dengan puasa, orang tua mengajak anak-anak
untuk bangun dan makan sahur. Meskipun sedikit, tidak apa. Toh, anak-anak masih
belajar.
Juga,
sebelum tidur, saya biasa ngobrol dengan anak-anak. “Nanti malam bangun, sahur
ya!” Saya berharap mereka mengerti kalau nanti saya bangunkan adalah waktunya
makan sahur. Saya ulang-ulang agar tertanam dalam benaknya.
Selain
membangunkan sendiri, sebenarnya saya bisa memanfaatkan alarm jam beker,
handphone dan jam tangan. Kenyataannya, semua alarm tersebut sama sekali tidak
ampuh. Padahal benda-benda itu ada di sampingnya. Tapi entah kenapa kok bisa
bertahan dan tidak kunjung bangun.
Saya
saja mendengarkan bunyi alarm sudah terganggu. Berisik! Oh ya, masih ada suara pengeras
suara dari masjid dan musholla memanggil kita untuk bangun. Tapi tetap ya,
anak-anak masih terlelap. Dan ibu harus segera bertindak.
Tidur lebih awal atau
larut
Dari
tiga anak saya itu ada yang gampang tidurnya dan ada pula yang sulit. Karena itu
ada yang tidur di awal waktu dan sebaliknya. Nah, bulan Ramadhan ini sayang
bukan kalau kita menyia-nyiakan waktu. Terlebih ada banyak bonus di bulan ini. Banyak
yang bisa dilakukan untuk memuliakan bulan Ramadhan.
Orang
tua seperti saya bisa berperan seperti satpam. Yang belum tidur saya tetapkan
waktu tidur. Di hari-hari biasapun seperti ini. Tujuan saya sederhana, kalau
tidur kita tercukupi tentunya mudah untuk bangun. Kadang fakta tidak sejalan
dengan teori. Yang tidur lebih awalpun masih saja susah bangun. Apalagi yang
tidurnya larut malam.
Bagaimanapun anak-anak tetap mengandalkan saya untuk bangun. Saya sendiri tetap menyalakan alarm handphone untuk bangun. Tapi karena sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun, sebelum alarm berbunyi, biasanya saya sudah bangun dulu. Kecuali kalau capek banget atau sedang sakit, jam tidur berantakan. Alarm sangat membantu.
Bagaimanapun anak-anak tetap mengandalkan saya untuk bangun. Saya sendiri tetap menyalakan alarm handphone untuk bangun. Tapi karena sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun, sebelum alarm berbunyi, biasanya saya sudah bangun dulu. Kecuali kalau capek banget atau sedang sakit, jam tidur berantakan. Alarm sangat membantu.
Saya bersyukur dengan perubahan pada anak-anak. Hal yang sederhana tapi saya selalu bersemangat memberikan pujian. Semoga semakin mudah melakukan kebaikan.
Nah,
kalau teman-teman ada pengalaman menarik apa ketika membangunkan anak untuk
makan sahur?
Selamat
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
^_^
Anak saya masih belum belajar puasa jadi belum ada kegiatan bagunin sahur, tapi waktu kecil biasanya memang saya dibiasakan tidur lebih awal jadi ngak terlalu ngantuk saat harus bangun sahur
BalasHapusSaya pengennya juga begitu. Tapi ada satu anak yang biasa menunggu perintah tidur... Kadang ini bikin drama dulu, baru tidur.
HapusLuar biasa memang perjuangan seorang Ibu. Tapi memang anak2 beda-beda karakternya. So, tetap semangat Bund ...
BalasHapusPengennya semuanya mudah. Tapi dengan begini saya belajar banyak hal.
HapusAnakku baru mau 4 tahun tapi aku udah biasain buat bangunin sahur dia bisa bangun sendiri tapi selama 12x sahur ini abru sekali dia absen karena kecapean mba xixixi malahan yang kyk anak mba adalah suami krn dy tidur malam jadinya agak susah dibangunin.
BalasHapusSejak kecil dibiasakan semoga nantinya mudah ya mba.
Hapuskalau di rumah saya yang paling susah dibangunin sahur ya adik dan suami sendiri. heuheuheu
BalasHapusOh iya. Kalau ada suami justru saya merasa dibantu mengurus anak-anak.
HapusKalau aku selama ramadhan ini si batita 2 tahun berturut2 bangun pukul 3 subuh, kalau nggak nangis mau nenen ya mau ngajak ngobrol, jadi aku dibangunin anak mba. Hehe...
BalasHapusSemoga aja sampe ramadhan pas dia udah gede deh kaya gini :D
Ada anak-anak yang membangunkan sahur...
Hapusseru ya kalau mempunyai anak .. berbeda2 karakternya .. saya masih 1 anak
BalasHapusIya, anak-anak memang unik.
HapusKeinget waktu masih kecil, dibangunin susah banget malah tidur lagi hhhe, kunbal
BalasHapusMasih kecil belum ngerti ya...
Hapushehehe... hari ini hampir aja anak ketigaku keukeuh nggak mau sahur dan puasa. untung aku inget ada sereal favorit yang kemarin dia beli waktu kami belanja. jadi deh dia bangun karena mau makan serealnya :)
BalasHapusSemoga puasanya lancar ya.
HapusTahun depan aku baru mulai ngebiasaain ankku yg pertama puasa mba. :) .. Tp diliat dr caranya tidur, kyknya aku bakal dpt masalah jg bangunin dia hahahaha.. Siap2 sabar dr sekarang lah.. Palingan tugas papinya itu yg bangunin :p
BalasHapusSemoga dimudahkan mba Fanny. Kadang anak tidak seperti yang kita bayangkan. Seperti anakku bungsu, ternyata dia gampang bangunnya.
HapusMemang sih semua tergantung dari pola tidur si anak, kalo tidurnya larut malam, pasti akan susah dibangunin ketika sahur. Kalo saya sendiri, alhamdulillah anak saya suka bangung sendiri. Tapi kalo bangunnya siang, dia tetap sahur, soalnya masih dalam tahap latihan, hehehe
BalasHapusAnak-anak berproses, semoga menjadi lebih baik.
Hapus