Mari Lindungi Anak Kita dari Pelecehan Seksual
Senin, 23 Oktober 2017
7 Komentar
Perasaan
saya sempat galau ketika menulis tema pelecehan seksual. Bagaimanapun seorang
ibu pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh secara baik. Melewati masa
kanak-kanak dengan bahagia. Kemudian masa remaja dengan penuh harapan dan
seterusnya...
Namun
diluar sana, berita-berita buruk selalu saja membuat hati ibu gusar. Ya,
kasus demi kasus pelecehan seksual yang tak tertangani hingga berujung trauma
pada korban. Miris!
Doa
ibu selalu menyertai setiap langkah-langkahmu, Nak...
Dalam
#KEBloggingCollab, mak Wian Kumalasari membahas aturan untuk mengedukasi
anak-anak agar bisa melindungi dari pelecehan seksual. Poin-poin yang
insyaAllah bisa dimengerti dan dilakukan anak-anak. Bisa baca disini ya.
Sebenarnya
sejak kecil orang tua sudah memberikan pendidikan seks. Contohnya saja ketika
kita mengajari anak untuk membersihkan alat kelaminnya setelah buang air kecil
dan buang air besar. Secara tidak langsung, anak sudah belajar mengenal organ
tubuhnya. Pada saat itu kita juga mengajarkan untuk memiliki rasa malu.
Anak-anak
memang butuh proses untuk belajar mengenal rasa malu. Seperti anak saya yang
berusia 7 tahun. Di dalam rumah dia bisa sesukanya melepas baju ketika akan
mandi. Tapi begitu keluar rumah dia tahu, bahwa tak boleh sembarangan.
Saya
juga mengajarkan anak-anak untuk selalu menjaga auratnya. Untuk anak laki-laki
berbeda dengan anak perempuan. Aurat artinya sesuatu yang tidak boleh dilihat
orang lain. Batasan aurat laki-laki dengan kerabat atau dengan orang lain
adalah mulai dari pusar hingga lutut.
Nah,
seperti mak Wian, saya ingin agar anak-anak mampu melindungi dirinya sendiri
saat tidak bersama saya. Mungkin ini berlebihan, tapi tak ada salahnya untuk
tetap waspada. Meskipun saya dan anak-anak tinggal di kota kabupaten yang damai
(aamiin ya..), orang tua tetap berperan penting dalam menjaga anak-anak dari
hal-hal buruk.
Saya
pernah berpikir, bagaimana kalau anak-anak dibekali dengan ilmu bela diri saja.
Setidaknya mereka memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Fisiknya kuat dan berani. Kalau ada yang macam-macam, si anak memiliki kemampuan untuk melawan. Tapi....apakah masalah akan selesai begitu saja?
Dari CNN Indonesia kita bisa menyimak penjelasan dari Ketua Umum Komisi
Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait sebagai berikut:
Kekerasan pada anak termasuk kekerasan seksual seharusnya bisa dicegah.Dia mengatakan terdapat empat penyebab utama terjadinya kekerasan pada anak yakni, adanya anak yang berpotensi menjadi korban, ada pelaku, adanya peluang karena kurangnya pengawasan dan yang terakhir adanya pencetus.Dari keempat hal tersebut seharusnya bisa dieliminasi sejak awal, lewat pengawasan orang tua dan orang-orang disekitar.
Ternyata
banyak faktor yang mendukung terjadinya tindak kekerasan terhadap anak. Jadi, bagaimana
anak bisa melindungi dirinya sendiri? Berlatih bela diri? Mengenali situasi yang
tak biasa? Menghindar dari orang yang baru dikenal? Bagaimana mencari bantuan?
Saya
memilih menjadi sahabat anak, memperhatikan tumbuh kembang dan perawatan anak. Saya
ingin menguatkan sisi positif dalam dirinya. Misalnya dengan menjalin hubungan
yang baik dengan anak. Juga membiasakan berkata jujur.
Saya ingin selalu ada ketika anak-anak membutuhkan. Lupakan sejenak beban pekerjaan yang menggurita, lalu menatap wajah anak-anak yang merindukan teduhnya kasih sayang.
Saya ingin selalu ada ketika anak-anak membutuhkan. Lupakan sejenak beban pekerjaan yang menggurita, lalu menatap wajah anak-anak yang merindukan teduhnya kasih sayang.
Sama
seperti kita, anak juga butuh tempat untuk curhat. Butuh kasih sayang dan butuh
perhatian. Saya ingin meluangkan waktu lebih banyak ketika bersama anak-anak. Mereka
bebas memilih kegiatan yang menyenangkan.
Berikut ini tips yang saya lakukan agar anak mampu melindungi dirinya:
Berikut ini tips yang saya lakukan agar anak mampu melindungi dirinya:
Pada
anak kecil, saya biasa mengajak diskusi, siapa saja yang boleh bermain
dengannya, dimana batasanya. Jangan lupa untuk selalu mengetahui tempat anak-anak bermain. Anggota tubuh
mana saja yang diperbolehkan dan dilarang dilihat. Lalu siapa saja yang boleh menyentuhnya
Sedangkan
pada anak remaja, saya mengajak diskusi tentang seksualitas, masa puber hingga proses
reproduksi. Lebih baik mereka bertanya kepada kita, para orang tuanya daripada
mereka mencari orang lain yang belum tentu akan mendapatkan jawaban yang benar.
Selain itu kita bisa mengenal teman-teman anak.
Seperti
apa hubungan pertemanannya, baik dengan sesama teman laki-laki maupun dengan
lawan jenis. Kita bisa mengenal teman-temannya ketika mereka bermain ke rumah. Bisa
juga dari pesan-pesan singkat dari
handphone si anak atau dari akun media
sosial.
Komunikasi dengan anak adalah penting. Meskipun anak tidak tinggal bersama kita, komunikasi tetap dijaga. Seperti si sulung yang sekolah diluar kota, tapi saya tetap berusaha untuk menyambanginya. Kalau belum bisa, saya telpon, bertanya kabar dan hal-hal lainnya.
Komunikasi dengan anak adalah penting. Meskipun anak tidak tinggal bersama kita, komunikasi tetap dijaga. Seperti si sulung yang sekolah diluar kota, tapi saya tetap berusaha untuk menyambanginya. Kalau belum bisa, saya telpon, bertanya kabar dan hal-hal lainnya.
Harapan
saya, harapan para orang tua, semoga anak-anak kita tumbuh dengan damai dan
bahagia.
^_^
Jaman dulu seks itu dianggep tabu utk dibicarakan, dan infonya minim banget. Jaman sekarang karena dunia udah semakin gila, dan kejahatan kayaknya kok semakin merajalela (terutama pada anak2) ortu wajib terbuka & memberikan info yg memadai agar anak bisa menjaga dirinya sendiri. Kadang kejahatan seksual sering dilakukan oleh org2 yg dekat sama anak, jadi aku pasti ngajarin ngga boleh dipegang2 sama orang lain kecuali mamih & abah.. titik :D
BalasHapusZaman sudah berubah, mamih. Kejahatan makin canggih saja. Disitu orang tua menjadi semakin waspada, jangan sampai terlena bahkan dengan orang-orang terdekat kita.
Hapusanakku masih kecil-kecil, ngebayangin nanti kalau mereka dah gedean dikit juga udah bikin hati was-was. Semoga godaan yang nanti dateng gak banyak haha.. kalau gak ada gak mungkin kan ya :D. Dibentengi sama akhlak dasar itu perlu banget. Bela diri, kayaknya memang butuh ya.. meski persoalan gak akan selesai, betul kata mbak Rochma :D.
BalasHapusSemoga baik-baik saja. Positif thinking.
Hapussekarang ortu harus pinter2 kasih pengertian tentang pergaulan dan orang asing
BalasHapusterutama medsos
semoga gak ada lagi kejadian mengerikan2, baik anak laki2 maupun perempuan
Serem... Orang tua mesti lebih waspada ya.
Hapusemang kudu harus pinter nih jadi orang tua,
BalasHapusharus peka terhadap perilaku anak, untuk mencegah hal-hal yang seperti ini terjadi :-)